Malam cerah penuh bintang meniupkan udara musim semi ke penjuru bumi. Langit-langit di Aula Besar tampak menyenangkan mendampingi penghuni Hogwarts menyantap hidangan, membuat selera makan seolah meningkat beberapa kali lipat bagi beberapa orang seperti Ron yang memiliki hobi makan.
Namun, rupanya keceriaan malam ini tidak berlaku untuk Hermione. Bisa dilihat bahwa ia tampak paling tidak tertarik dengan hidangan yang disuguhkan para Peri-Rumah. Berkali-kali ia melirik takut-takut ke arah Harry yang duduk jauh dari tempatnya. Pemuda itu tampak terganggu, sama sepertinya. Rupanya mereka berdua belum berhasil melupakan peristiwa siang tadi.
Pandangan Hermione beralih ke arah meja Slytherin yang berada dua baris di hadapannya. Penghuninya riuh berceloteh sama seperti penghuni meja yang lain. Hanya saja yang membuat berbeda bagi Hermione adalah ketidakmunculan seorang Draco. Ia tak tampak di antara murid-murid Slytherin bahkan di antara beberapa kawan-kawannya. Hal tersebut membuat Hermione semakin tidak selera makan.
Apakah kejadian siang tadi semakin mempengaruhi emosi Draco?
Tiba-tiba Hermione dikagetkan oleh sebuah tepukan keras di bahu kanannya. Rupanya yang melakukan hal tersebut adalah Ginny Weasley, yang duduk tepat di samping kanannya. Gadis itu nyengir tak bersalah setelah ditimpa sebuah lirikan mematikan dari Hermione.
"Kau tampak tak oke, Mione," kata Ginny, sambil mengiris daging angsa yang terhidang di piringnya. "Makanlah! Kau tidak ingin para Peri-Rumah yang di dapur memiliki pekerjaan sia-sia, kan?"
Sebuah helaan napas lelah keluar dari cuping hidung Hermione, menginterpretasikan perasaannya yang penuh kemelut. "Tidak ada hubungannya dengan Peri-Rumah, Gin. Tak ada pengaruhnya aku makan atau tidak bagi pekerjaan mereka," kata Hermione tak peduli. Terdengar bukan seperti Hermione yang selama ini gencar membela hak-hak Peri-Rumah.
"Kalau begitu makanlah demi kesehatanmu," ucap Ginny peduli.
Hermione hanya mengeluarkan sebuah suara tak jelas sebagai respons. Ia benar-benar tidak ingin mengunyah apa pun malam ini, atau bahkan sekadar menyeruput susu hangat yang segar untuk pengantar tidur. Pikirannya masih kalut dan butuh diluruskan. Hanya saja ia bingung, dimana tempat yang menyediakan jasa meluruskan pikiran yang sudah kusut seperti gumpalan benang.
Manik cokelat Hermione terus menyusuri setiap inci meja Slytherin, berharap kehadiran Draco rupanya ada dan ia hanya tidak nenyadarinya. Namun nihil. Tetap saja pemuda pirang itu tidak terlihat di sudut mana pun. Keresahan Hermione menggelitik rasa penasaran Ginny. Melihat temannya terus menatap meja Slytherin, Ginny langsung paham dengan apa yang sedang gadis itu cari.
"Kau mencari Malfoy?" tanya Ginny dengan enteng seperti sedang menanyakan cuaca hari ini.
"For God's sake, Gin! Bisakah kau pelankan volume bicaramu?" tegas Hermione.
"Maaf," balas Ginny dengan nada sungguh-sungguh. "Tetapi, ayolah! Kau tidak bisa membohongiku. Aku sudah mengenalmu lebih dari lima tahun. Cukup bagiku untuk bisa memahami apa yang sedang kaupikirkan. Lagipula, aku tahu tentang pertengkaranmu dengan Harry tadi siang."
"Yeah, tak ada yang perlu ditutupi. Aku tak peduli bahkan jika semua orang tahu tentang apa yang terjadi denganku setiap hari," kata Hermione dengan jengkel. "Kau pasti tahu dari gosip-gosip murahan yang beredar, kan?"
"Sembarangan!" Ginny berkata tidak terima. Ia meletakkan pisau dan garpu yang barusan dipakai mengeksekusi daging angsa dan mulai berbincang serius. "Aku tidak pernah mendengarkan gosip-gosip yang beredar di Hogwarts. Itu semua sampah, dan aku terlalu berharga untuk peduli dengan hal-hal semacam itu."
"Lantas, bagaimana kau bisa tahu? Kuyakin Harry sudah mencari tempat yang tepat untukku dan dia saling berteriak tadi," ujar Hermione dengan sedih, teringat bagaimana marahnya Harry dan dirinya sendiri yang begitu kalap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Draco Malfoy: The Boy Who Has No Choice
Fanfiction[COMPLETED] "Aku ingin kau membantuku," ucap Draco pada akhirnya. Draco menyingkap lengan kemeja sebelah kiri. Betapa terkejutnya Hermione mendapati tanda berbentuk tengkorak dengan ular yang terjulur keluar dari mulutnya terukir jelas di lengan pem...