Chapter 9

1.6K 190 21
                                    

Pada Sabtu malam Harry pergi menemui Dumbledore untuk memulai pelajaran privat pertama mereka pada tahun ini sesuai dengan yang Dumbledore intruksikan lewat surat singkat. Seperti yang diceritakan Harry pada keesokan harinya kepada Hermione dan Ron, dirinya dan Dumbledore pergi ke dalam pensieve yang berisi kenangan milik Bob Ogden, seorang Kepala Pasukan Pelaksanaan Hukum Sihir pada jamannya. Pria paruh baya dalam kenangan itu pergi ke kediaman Marvolo Gaunt yang terletak di kaki bukit pinggiran desa Muggle.

Singkat cerita dalam kenangan tersebut Harry diperkenalkan beberapa tokoh baru dalam hidupnya. Selain Bob Ogden sendiri si empunya kenangan, juga—yang telah disebutkan tadi—Marvolo Gaunt dan kedua anaknya, Morfin dan Merope. Keluarga Gaunt adalah keturunan terakhir Salazar Slytherin. Mereka berkomunikasi satu sama lain menggunakan Parselmouth, salah satu ciri khas dari keturunan Slytherin. Kedatangan Ogden ke kediaman Marvolo adalah untuk membawa paksa Morfin yang mangkir dari panggilan kementerian. Pemuda gila itu telah menyelakai seorang Muggle yang tinggal tak jauh dari tempatnya. Namun Ogden memiliki kesulitan dengan Marvolo yang menentang habis-habisan kehadirannya.

Pun Harry diperkenalkan oleh sebuah benda pusaka turun temurun dari Salazar Slytherin. Sudah rahasia umum bahwa keempat pendiri Hogwarts masing-masing memiliki benda pusaka, seperti: pedang Godric Gryffindor yang berhasil Harry dapatkan di tahun kedua ketika melawan Basilisk. Kini ia mendapat kembali gambaran benda pusaka lain milik Salazar, yakni kalung Slytherin, yang pada saat di dalam kenangan itu sedang dipakai oleh Merope Gaunt, putri Marvolo sekaligus ibu dari Tom Riddle (Voldemort).

Selain kalung Slytherin, dalam kenangan tersebut Marvolo juga dengan angkuh menunjukkan kepada Ogden sebuah cincin jelek bermata-batu-hitam besar dengan lambang Peverell terukir di atasnya. Ketika Harry selesai dengan pensievenya, ia mendapati cincin jelek bermata-batu-hitam retak tergeletak di atas salah satu meja Dumbledore. Harry mengingat bahwa kepala sekolahnya tersebut pernah memakainya sekali saat musim panas ketika pergi menemui Slughorn. Dumbledore mengatakan kepada Harry bahwa ia mendapatkan cincin tersebut bertepatan dengan didapatkannya luka di tangan kanannya yang menghitam seolah mati. Sayangnya ketika pemuda itu menanyakan bagaimana Dumbledore bisa mendapatkan cincin tersebut, penyihir tua itu seolah mengalihkan pembicaraan.

"Kupikir ku berhak tahu," kata Harry, menghela napas panjang dan memandang langit-langit Ruang Rekreasi Gryffindor yang didominasi warna merah-emas hangat.

Hermione dan Ron bertukar pandang, paham dengan kekalutan yang dirasakan Harry. Hermione sangat bersyukur karena Dumbledore tak ingin menutupi pelajaran privat antara dirinya dan Harry kepada Hermione dan Ron. Mungkin karena keduanya telah mengalami segala hal yang berbahaya bersama Harry. Pertama kali perjalanan heroik mereka dimulai sejak menghentikan jiwa Voldemort yang menginginkan Batu Bertuah dan berlanjut hingga sekarang. Terakhir mereka telah sama-sama menghadapi Pelahap Maut di Kementerian pada akhir tahun ajaran lalu. Akibat semua petualangan dan kebersamaan itu ikatan batin mereka semakin kuat tak terpisahkan dan mungkin itu yang membuat Dumbledore memercayai Hermione dan Ron seperti halnya Harry.

Beberapa gadis kelas lima terkikik genit ketika melewati mereka bertiga—atau lebih tepatnya—ketika melewati Harry. Seperti yang telah dikatakan Hermione beberapa waktu lalu tentang kenyataan Harry yang semakin menarik di mata para gadis. Seluruh kisah Harry Potter bukan lagi rahasia, terutama semenjak ia disebut-sebut sebagai Sang Terpilih oleh sebagian besar penduduk dunia sihir, seolah jumlah anggota fanbase Harry Potter menjadi melejit bukan main. Ditambah lagi tahun ini ia menjadi Kapten Quidditch Gryffindor, membuat pesonanya semakin bertambah lima puluh kali lipat.

"Bisakah sehari saja gadis-gadis tidak memandang ke arah kita dengan cara demikian? Maksudku," Ron bersandar ke punggung kursi, "aku tahu alasan mereka seperti itu karenamu, Mate. Tapi, tetap saja aku tak terbiasa meskipun telah bertahun-tahun bersama denganmu."

Draco Malfoy: The Boy Who Has No ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang