Chapter 12

1.4K 173 28
                                    

Keesokan harinya Draco terbangun dengan perasaan kosong. Tidak didapatinya Hermione di samping tempat tidur seperti malam tadi membuat dirinya berspekulasi bahwa kehadiran gadis itu hanyalah sebuah ilusi mimpi. Dirinya mendengus hampa, kesenangan sesaat yang memenuhi setiap inci tubuhnya seketika menguap. Baru semalam ia kembali merasakan bagaimana nikmatnya tidur nyenyak dengan perasaan tenang. Kehadiran Hermione membuatnya lupa akan mimpi buruk mengenai Voldemort yang hampir selalu mampir ketika Draco memejamkan mata.

Dengan wajah penuh rasa pupus, Draco bangun, memosisikan diri duduk bersandar di kepala tempat tidur. Ujung matanya mengerling sebuah kursi kayu kecil yang semalam—seperti—ditempati Hermione. Hatinya semakin terasa kosong ketika melihat kursi itu tak berpenghuni. Ia terus melirik kursi tersebut, berharap Hermione tiba-tiba muncul dari udara kosong dan terduduk di tempat itu.

"Kau sudah bangun," suara Matron Hospital Wing bernama Madam Pomfrey mengagetkannya, "segera minum ramuan di sebelahmu," katanya sembari melangkah cepat menuju tirai dekat pintu masuk yang masih tertutup.

Draco ingat semalam Hermione memberitahu ia bahwa di tempat itu Katie sedang tergeletak tak berdaya, baru terkena kutukan, dan yang lebih membuat Draco enggan dengan kenyataan itu adalah kutukan yang mengenai Katie disebabkan oleh dirinya. Ia kembali tersadar, dimana kalung opal seharga dua ribu galleon tersebut? Apakah para guru belum berhasil memecahkan siapa pemiliknya?

Seusai meneguk ramuan yang serupa dengan yang semalam diberikan oleh Hermione, Draco kembali bersandar malas. Ia dapat mendengar suara bel masuk kelas dari kejauhan. Senin pegi, seharusnya saat ini ia memasuki kelas Rune Kuno dan berbagi bangku bersama Hermione, kemudian berjalan berdua saja menuju ruang kelas Ramuan yang letaknya di bawah tanah.

Lamunannya dibuyarkan oleh langkah-langkah cepat Madam Pomfrey. Penyihir wanita itu seperti terbiasa berjalan cepat dengan langkah-langkah kaki kecil sehingga terlihat seperti balerina di balik gaun putih rumah sakitnya. Madam Pomfrey membawa nampan berisi sup kental berwarna kecokelatan yang berbau sangat sedap dan menggiurkan. Beberapa potongan wortel, brokoli, dan kentang menyembul di permukaannya yang berasap dan masih sedikit menggelegak. Di sampingnya ada sebuah piala berisi susu segar hangat dan cawan berisi ramuan—yang kini—berwarna hijau terang.

"Makanlah! Jangan lupakan ramuanmu!" perintah Madam Pomfrey dengan tegas. Meletakkan nampan yang tadi ia bopong ke atas meja samping ranjang Draco.

"Tongkat dan pakaian bersihmu ada di dalam sini," Madam Pomfrey menunjuk laci di meja tersebut. "Kalau sudah merasa lebih baik, kau boleh pergi dan melanjutkan kelas hari ini. Kalau belum—er... aku akan pergi ke St Mungo."

"Sori?" Alis Draco bertautan.

"Setelah ini aku akan ke St Mungo bersama beberapa staf untuk mengantar Miss Bell yang malang. Mungkin akan kembali menjelang malam. Jadi jika kau ingin keluar, langsung saja. Tak usah menungguku," kata Madam Pomfrey. Ekspresi kerasnya masih menunjukkan rasa empati tinggi dan keibuan. Mungkin semua Healer—Penyembuh di dunia ini memiliki ekspresi wajah serupa.

Draco mengangguk singkat. Pandangan matanya kini mengikuti arah gerakan Madam Pomfrey yang kembali menghampiri tempat Katie masih tertutup tirai rumah sakit. Hatinya terasa sakit harus berbagi ruangan bersama orang yang telah menjadi target-nyasarnya. Ia buru-buru berpaling ketika sebuah rasa kasihan dan penyesalan mulai memenuhi hatinya kembali. Ingat dengan apa yang pernah dikatakan Lucius, seorang Malfoy pantang menyesal dan menaruh belas kasihan.

Agak siang, beberapa staf dan Profesor McGonagall menyeruak masuk melalui sepasang pintu kayu besar Hospital Wing. Bibir McGonagall mengerut kecut, raut muka yang selalu ia tunjukkan ketika serius. Madam Pomfrey, yang telah berganti jubah bepergian bagus, keluar dari kantor kecilnya dan berbaur bersama rombongan kecil tersebut. Draco menarik sedikit tirainya untuk menyembunyikan diri, masih menyisakan celah untuk memerhatikan proses pemindahan Katie.

Draco Malfoy: The Boy Who Has No ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang