Akibat insiden hari yang lalu, hubungan Hermione dan Ron sangat tidak harmonis. Harry, yang sudah lelah dengan segala urusan pribadinya, menjadi ikut senewen bila merasa Hermione dan Ron melempar aura tak akur satu sama lain. Padahal saat ini ia merasa butuh sekali bantuan keduanya. Ia tak ingin terus bertahan memegang dua utas tali yang hampir terputus dari simpulnya. Dumbledore memberitahunya—memberitahu seluruh orang yang mau mendengarkan, bahwa di masa-masa seperti ini persatuan lah yang patut diperjuangkan. Tetapi ketika Harry sendiri sibuk mendikte orang-orang dengan perkara demikian, kedua sahabatnya malah bertengkar hebat dan tak mau berdekatan satu sama lain.
Hermione menjadi lebih jarang terlihat dalam jangkauan pandang Harry dan Ron. Ia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melampiaskan kemarahan dengan cara belajar gila-gilaan di Perpustakaan bahkan hingga larut malam dan lupa makan. Setiap kali Hermione ingin menyambang Aula Besar untuk sekadar mencomot beberapa hidangan, selera makannya seketika menguap secepat manik hazelnya menangkap sosok Ron yang sedang duduk bersama Harry dengan santainya.
Pemuda itu tak menampakkan niat ingin meminta maaf sedikit pun kepada Hermione. Hal tersebut membuat Hermione semakin sebal dan tak tahan bila harus melihat sosoknya. Kerenggangan ini sangat memberatkan bagi pihak Ron, karena di saat banyaknya tugas yang berdatangan dan hari H ujian yang tak lama lagi, Hermione yang biasa membantunya justeru tak sudi bicara dengannya.
Insiden yang menimbulkan konflik antar dua sahabat karib rupanya juga memengaruhi hubungan baik Hermione dan Draco yang baru saja terjalin. Sebab dari kalimat Ron lah Draco menjauh dari Hermione. Memang sama sekali bukan salah Hermione, tetapi dugaan buruk Draco tentangnya kembali muncul, membuatnya kembali memusuhi Hermione seperti sedia kala. Bahkan Draco pun sudah melupakan rencana pergi bersama ke Pesta Malam Natal dengan Hermione yang sebelumnya ia tawarkan sendiri.
"Kau masih sakit?" tanya Blaise, sambil melirik sahabatnya yang tengah diam memandang meja dari balik bukunya.
Draco, yang pikirannya lebih fokus terhadap Hermione, langsung mengerjap dan memalingkan muka menghindari tatapan Blaise yang menelisik. Sudah hampir setengah jam pelajaran ia habiskan dengan melamun, tidak memerhatikan Profesor Binns yang—seperti biasa—melayang mengitari kelas sembari menjelaskan Sejarah Sihir dengan suara yang amat membosankan.
Hanya ada enam orang yang mau repot-repot mengambil mata pelajaran Sejarah Sihir yang terkenal akan kejenuhannya. Draco Malfoy dan Blaise Zabini adalah salah duanya, kemudian ada Zacharias Smith dari Hufflepuff, Anthony Goldstein dan Isobel MacDougal dari Ravenclaw, juga satu-satunya Gryffindor adalah Parvati Patil. Profesor Binns, guru-hantu-nya tampak tak terlalu keberatan dengan sedikitnya minat para murid dengan kelasnya. Beliau bahkan tak perduli bila ada muridnya yang menjadikan jam pelajaran berharganya sebagai pengganti jam tidur.
"Berhentilah memandangku seperti itu! Kau menakutkan," protes Draco kepada Blaise yang masih menatapnya dengan intens.
Blaise mendengus dan kembali berpura-pura mendengarkan ketika Profesor Binns melayang di sebelahnya. Namun ketika Profesor itu telah sampai di depan kelas lagi, Blaise kembali memandang Draco. "Kau tampak semakin pucat. Bagaimana jika aku mengatakan kepada Binns supaya kita bisa menyusup keluar dari kelasnya yang membosankan ini—"
"Tidak, Blaise, terima kasih," Draco memutar bola matanya dengan enggan. Ia tahu bahwa Blaise sama sekali tidak tertarik dengan mata pelajaran ini, tetapi juga heran mengapa pemuda itu memutuskan untuk mengambilnya tahun ini. "Lagipula aku memang selalu terlihat pucat."
"Tetapi ini berbeda, Mate. Kau seperti Vampir yang haus darah," kata Blaise, sambil membuka buku Sejarah Sihir-nya yang menampilkan deretan paragraf membosankan tentang konflik Vampir dan Penyihir di abad pertengahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Draco Malfoy: The Boy Who Has No Choice
Fanfic[COMPLETED] "Aku ingin kau membantuku," ucap Draco pada akhirnya. Draco menyingkap lengan kemeja sebelah kiri. Betapa terkejutnya Hermione mendapati tanda berbentuk tengkorak dengan ular yang terjulur keluar dari mulutnya terukir jelas di lengan pem...