--Second Route--

1.2K 129 20
                                    

Ahem.

Dear readers,

Gomenne, author malah jadi hiatus lumayan lama :") sekarang udah balik sibuk lagi disini. Mungkin ada yang udah kelamaan nunggu, hontou gomennasai.

So, hope y enjoy the story~

.
.
.
.
.

Midoriya melihat hero midnight hanya melintasi halaman belakang seolah tak melihat apapun seperti yang Shinsou lakukan tadi.

"Jadi Kurogiri sudah kalah, hm? " gumam Shigaraki. Memahami arti dari para hero yang kini berkeliaran kesana kemari.

"Baiklah, aku harus mengurusmu secepat mungkin. "

Simi melindungi Midoriya dibalik tubuhnya. "Jangan mendekat. " dia sudah lebih berani seiring waktu berlalu. Karena ada nyawa yang menjadi taruhan.

"Perubahan rencana, akan kubunuh kalian berdua. "

Midoriya menepuk pundak Simi dan mencoba bangun.

"Amaya..?"

"Aku sudah cukup istirahat." ujar Midoriya dengan ringisan saat menahan sakit ketika dia berdiri.

"Tidak mungkin, luka-lukamu tidak akan membaik dalam waktu sesingkat tadi. "

"Membaik kok, percaya padaku. " Midoriya mengulas senyum kecil.

Simi tidak bisa mencegah lebih jauh setelah Midoriya berjalan maju menghadapi Shigaraki sekali lagi.

Shigaraki menyeringai. "Yakin masih mau melawan? Kuhajar sekali saja pasti juga roboh. "

"Jangan banyak bicara. " Midoriya menegakkan badannya. "Diam dan majulah, Shigaraki. "

Shigaraki mendengus. "Kau tidak mau kubantu untuk bisa menemui ibumu dengan cepat. Bukankah kau merindukannya? "

Midoriya mengepal kuat. Perangai Shigaraki yang sombong dan banyak bicara memberinya sedikit keuntungan.

Kali ini dia berencana sengaja membiarkan Shigaraki membakar emosinya. Dengan begitu dia akan mendapat kekuatan saat kemarahannya memuncak, dimana dia akan mengabaikan seluruh rasa sakit dan resiko luka tambahan.

Midoriya akan mengakhiri pertarungannya selama dia punya kekuatan sementara itu.

"Kenapa diam? Ah, apa kau ingin mengucap selamat tinggal lebih dulu pada teman-temanmu? Baiklah, akan kubuat kematianmu datang perlahan. Sehingga setidaknya saat mereka datang kau masih hidup dan gunakan menit-menit terakhirmu untuk berpisah dengan baik. "

Baiklah, sudah cukup. Midoriya melesat maju. Mengerahkan sisa-sisa terakhir tenaganya.

.
.
.
.
.

Shinsou, Todoroki, juga Bakugou bertemu di satu titik setelah mereka berpencar.

Tatapan dan tingkah mereka masing-masing, mengartikan jika usaha mereka belum membuahkan hasil.

"Apa mereka ada di arena tanding? "

"Akses kesana akan sulit, tempat ini sudah dikepung pertahanan kuat. Kita tidak akan bisa keluar, apalagi mencoba masuk ke arena, kita memerlukan bantuan sensei. "

Heroes - BnHA Fanfict (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang