•17•

1.2K 179 23
                                    

.
.
.
.
.

Esok paginya mitsuki melihat midoriya telah siap dengan seragamnya saat dia mengecek di kamar gadis itu.

"oh, apa kau sudah sembuh, mido-chan? "

Midoriya selesai merapikan rambutnya dan mengangguk. "sudah, bibi. Setelah minum obat dan istirahat demamku sudah hilang. "

Mitsuki memeriksa kening midoriya. Sudah dingin, demamnya benar2 sembuh. "syukurlah. Bagaimana dengan buku2 pelajaranmu? Bukankah tidak sesuai dengan jadwal karena kau menginap dua hari disini?"

"memang benar. " midoriya mengecek tasnya. "tapi tidak masalah. Karena kurasa secepatnya aku tidak akan lagi bersekolah di ua. "

Mitsuki terhenyak. "apa? Apa maksudmu, mido-chan? "

"tujuanku datang ke sekolah hari ini adalah untuk mengaku pada pihak hero yang ada di ua soal kebohonganku selama ini. Kemungkinan aku akan dikeluarkan karenanya bukanlah nol persen. Jadi, aku akan bersiap saja. "

"tapi bukankah itu berarti belum tentu kau akan dikeluarkan, bukan? Kenapa kau terdengar sangat serius tadi? "

Midoriya mengenakan tasnya, tersenyum tipis. "karena meski aku tidak dikeluarkan pun, aku akan mengundurkan diri. "

.
.
.
.
.

Shinsou duduk di kursinya dengan menghela nafas bosan. Guru mapel tengah keluar dan seisi kelas diberi tugas selama ditinggal.

Otoko itu baru mengerjakan separuhnya saja dan moodnya sudah hilang. Dia memutuskan mengerjakannya nanti saja saat istirahat atau dirumah.

Seisi kelas cukup riuh saat tidak ada guru yang menjaga. Shinsou hanya diam memainkan penanya tanpa tertarik ikut bicara dengan anak lain sama sekali.

Pena hitamnya yang sejak tadi dia putar2 diantara jemarinya tidak sengaja terlepas dari pegangan dan jatuh ke lantai. Menggelinding menjauh dari kursinya. Dengan malas, shinsou menunduk ke sisi kiri untuk mengambilnya.

Pena berhenti bergulir dibawah kursi yang telah kosong selama dua hari ini. Setelah mendapatkan kembali penanya, shinsou melihat pada meja dan kursi yang kosong itu.

"izuku... " pikirnya. "apa kau benar2 hanya sakit? "

Selama midoriya tidak masuk, selama itu juga shinsou terus mengirim pesan dan mencoba menghubungi nomor gadis itu.

Setelah cukup bersabar di hari pertama midoriya absen dan mendengar alasan gadis itu tidak masuk karena sakit, shinsou kembali was2 pada hari kedua.

Pasalnya semua pesan dan panggilannya tidak masuk sama sekali. Ponsel midoriya telah dimatikan.

Shinsou jadi berpikir macam2. Dia khawatir mungkin midoriya sakit parah atau tertimpa sesuatu yang membuatnya bahkan sama sekali tidak membuka ponselnya.

Hal itu bahkan sering mengacaukan pikirannya saat pelajaran. Shinsou sampai berniat nekat mencaritahu dimana rumah midoriya dengan cara mendatangi kantor arsip sekolah. Namun dia masih menahan diri hingga sekarang.

"shinsou-kun. " panggil simi, membuyarkan pemikiran shinsou.

"ah, ya? "

"boleh aku pinjam penghapus? Milikku hilang kemarin. "

Shinsou mengangguk dan meminjamkan penghapusnya.

"arigatou. " simi menerima penghapus hitam itu. "shinsou-kun, kau nampak serius memikirkan sesuatu. Kurasa soal2 tugas ini tidak sesulit itu. "

"eh, apa? Oh... bukan. Aku bukan pusing soal soal ini. " shinsou mengusap tengkuknya. "aku hanya... terpikir soal izuku. "

"izu-chan? Aku juga khawatir karena dia tak bisa kuhubungi. Tapi kau tahu, kurasa pagi tadi aku melihatnya ada di sekitar sekolah."

Heroes - BnHA Fanfict (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang