" aku serius " ujar Alice.
Ma'am Ganie menatap wanita muda didepannya ini. Ia sudah tua, sudah banyak hal dan orang yang ia lalui maka sudah banyak juga pengalaman yang ia miliki.
Ganie tau Alice berbohong, tapi ia tidak sampai hati menahan Alice. Karena yang ia mau, Alice hidup bahagia dengan caranya sendiri.
" tapi Laura bukan seorang profesional " ujar Ganie.
Alice sedari tadi merayu Ganie untuk menjadikan anak Ganie sebagai pemilik butiknya.
Alice bahkan akan memberikan butiknya dengan sukarela tanpa syarat apapun. Ia hanya akan mengambil semua profit butik itu yang dari dulu ia simpan.
Lalu Alice akan memberikan butik itu dengan modal secukupnya. Lagi pula Alice sudah menimbang - nimbang.
Ia telah membuat banyak desain dibutiknya, jadi dalam waktu yang lama, Laura selaku anak Ganie tidak perlu membuat desain baru. Ia hanya perlu menjual desain yang ada.
Alice mempercayai Laura karena anak Ma'am Ganie yang satu ini adalah lulusan terbaik di jurusan design.
" ayolah, bukannya dari dulu Laura pengen punya butik sendiri? " tanya Alice pada Laura yang duduk disebelah Ganie.
Perempuan yang masih berusia 20an itu sangat setuju dengan tawaran Alice, sedangkan Ganie masih ragu.
" aku benar - benar harus pergi " ujar Alice dengan raut wajah yang sangat serius.
" jadi panti ini bagaimana? " tanya Laura.
" relawan yang menyumbang kesini kan cukup banyak dan mereka juga akan jadi relawan dalam jangka waktu yang panjang " ujar Alice.
Alice meraih totebagnya, ia mengeluarkan setumpuk berkas dan memberinya pada Laura.
" semua staff butikku sudah tau kau akan jadi pemilik baru. Ini berkas pemindahan nama, jadi kalau ada yang bertanya, bilang saja aku menjual butik ini pada mu "
Laura menerima berkas - berkas itu dan mengangguk paham.
" aku pamit, jaga diri kalian baik - baik " ucap Alice pada kedua orang itu.
" apa kau tidak akan kembali kesini? " tanya Ganie.
Alice tersenyum, mengusap pundak perempuan tua itu dan mensejajarkan tingginya " aku akan kesini disaat - saat tertentu "
Ia memeluk Ganie dan Laura sebagai salam perpisahan. Alice keluar dari gedung pantinya tanpa ada niat untuk berlama - lama disitu.
Alice masuk kedalam mobilnya dan melihat Christian yang sibuk dengan ponsel.
" sudah? " tanya Christian.
Alice mengangguk dan memasang seatbeltnya.
" aku.. mau kerumah mommy " ujar Christian.
Alice terdiam, ia memutar kepalanya, melihat wajah tanpa ekspresi Christian.
" ada apa? " tanyanya.
Christian mengendikkan bahunya. " Barusan mommy telfon, minta aku kerumahnya sekarang "
Alice menganggukkan kepalanya " oke, ayo " ujarnya.
Christian menyalakan mobilnya, mengendarai mobil itu menuju kerumah orang tuanya.
Alice dibuat takjub saat sampai dirumah orang tua lelaki itu. Untuk masuk kedalam saja harus melewati 2 gerbang tinggi dan harus melewati kurang lebih 100 meter sampai didepan rumah itu.
Ia mengangakan mulutnya, melihat betapa besar rumah ini. Mungkin seluruh uang yang dia hasilkan selama ini tidak akan cukup untuk membeli rumah sebesar dan seluas ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caught with You 1 [COMPLETED]
FanficCAUGHT WITH YOU 1 " Together we'll be fine " ------------------------ Masa lalu akan tetap jadi masa lalu. Gak ada gunanya menyesali semua perbuatan dan semua hal yang udah terjadi. Bukankah lebih baik untuk saling menerima? Bukankah lebih baik untu...