-01-

494 41 10
                                    

Rabu, 22:45

Seperti biasa, pulang kerja dimalam hari... Rutinitas yang sama sekali tidak bisa Winwin hindari. Jalanan kota yang Winwin lewati memang sangat tenang. Bukan, ini lebih kepada sepi karena memang sudah hampir mendekati tengah malam.

Suara berisik itu lagi, pikir Winwin. Tunggu... Tapi ini berbeda dari suara yang biasanya Winwin dengar, ini memang jalanan yang biasanya Winwin lewati, setiap harinya memang jalanan ini sering dijadikan tempat berkumpulnya anak-anak remaja, mereka nongkrong, berbincang, berpesta minuman keras, melakukan transaksi yang entah apa itu... Dan lain sebagainya. Mereka juga tidak jarang mengganggu pejalan kaki yang sering lalu lalang di jalanan, kemarin lusa Winwin masih beruntung karena terhindar dari gangguan remaja-remaja pemabuk seperti mereka, kemarin juga, hari ini, besok, dan hari besoknya lagi, dan seterusnya semoga... Winwin selalu terhindar dari gangguan mereka.

Winwin memelankan langkah kakinya, mengendap-endap dan berusaha sebisa mungkin untuk melangkah tanpa menimbulkan suara. Berjalan ke arah sisi kanan, menempelkan punggungnya ke tembok pertokoan, bersembunyi dibaliknya. Winwin mencoba mendekatkan telinganya kesisi lorong remang-remang, di sana terlihat dua orang laki-laki yang tampak berisik. Mereka saling mengumpat, memaki, memukul satu sama lain, saling menjatuhkan tanpa henti. Perkelahian?!

Samar-samar percakapan diantara keduanya sedikit bisa ia dengar...

"Dasar brengsek!! Lo tuh sama aja kayak nyokap lo, sama-sama licik. Emang bener ya... Buah jatuh gak jauh dari pohonnya, lo sama nyokap lo gak ada bedanya. Dasar anj*ng!!".

Pria itu mencengkeram kerah kemeja pemuda itu dengan erat, lalu meninjunya tepat diwajah hingga pemuda itu tersungkur di tanah.

Winwin terkejut, saking terkejutnya ia hampir saja berteriak. Pemuda yang menerima tinjuan itu masih terduduk lemas di tanah, sesekali mengusap wajahnya, dia juga terlihat menahan rasa sakit di bagian perutnya, tampaknya dia menerima lebih banyak kekerasan dari pada yang Winwin lihat sebelumnya. Entah kesalahan apa yang diperbuatnya sehingga pemuda itu mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari pria dihadapannya itu.

Pria dengan penuh amarah itu menatap sarkas pemuda yang tampak kesakitan dibawahnya. Matanya penuh dengan amarah, ia mundur beberapa langkah tanpa bisa ditebak apa langkah selanjutnya yang akan dia lakukan. Sekarang pria penuh amarah itu tampak menoleh ke kanan dan kiri, matanya menyusuri setiap jengkal jalanan, sampai sorot matanya menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya. Tanpa ada sedikitpun keraguan pria itu segera berjalan kearah tujuannya, mengambil sesuatu yang sedari tadi menarik perhatiannya, balok kayu sepanjang paha kaki pria dewasa. Apa yang akan dilakukan pria itu dengan balok kayu ditangannya?

"JUNG JAEHYUN....". Pria penuh amarah itu mulai berteriak sambil berjalan melangkah kearah pemuda yang tersungkur di tanah itu, Jung Jaehyun!!

"Lo bilang... Lo bakal bahagia kalo lo lihat orang lain bahagia, kan? Itu berarti lo juga bakal bahagia kalo lihat gua bahagia, bener kan? Lo tahu apa yang bisa bikin gua bahagia? Hem...??".

Dia mulai menyeret balok kayunya kearah pemuda bermarga Jung itu, dalam hati Winwin merutuki dirinya sendiri, tidak seharusnya ia menguping seperti apa yang dia lakukan sekarang, tapi... Lorong tempat dimana mereka sedang berselisih paham sekarang adalah jalan satu-satunya yang bisa Winwin lewati untuk sampai kerumah, dan ia rasa sekarang bukan waktu yang tepat untuk asal nyelonong melewati keributan di depan sana yang kemungkinan besar itu juga akan sangat  membahayakan dirinya. Jadi... Winwin harus menunggu mereka sampai selesai berkelahi? Sampai kapan? Ada sedikit kekhawatiran dalam dirinya.

"Kalo lo mau lihat gua bahagia, gua bakal kasih tau caranya! Gampang kok, yang perlu lo lakuin simple, sesimple lo ngebalikin telapak tangan". Pria itu tersenyum sinis, sesekali menunjukkan smirk-nya. Siapa pria kejam itu? Selama hidup Winwin saat dimana ia melewati lorong ini, Winwin sama sekali tidak pernah melihat pria itu di sepanjang jalan.

You're My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang