Sepulang dari rumah sakit Winwin langsung membersihkan badannya. Winwin enggan pergi tidur walaupun ia tahu ia sangat lelah hari ini.
Winwin tidak mungkin bisa tidur jika tugas presentase yang seharusnya ia kumpulkan besok malah belum ia selesaikan.
Winwin mengecek kembali laptopnya. Mencari file pekerjaan-nya yang belum sempat ia selesaikan.
"Sebanyak ini?". Gumamnya.
"Harusnya aku menyelesaikan ini lebih awal!". Sesal Winwin. Dan sekarang ia harus begadang dan merelakan tidur malamnya demi menyelesaikan pekerjaan yang belum dia selesaikan.
Merasa lapar, Winwin mencoba mengingat-ingat kembali apakah dia masih memiliki persediaan ramen instan di lemari dapurnya. "Ah... Itu sudah habis!". Pekik Winwin setelah ia berhasil mengingatnya, bahwa terakhir kali ramen instan miliknya sudah ia seduh pagi tadi sebelum berangkat ke kampus, dan Winwin belum sempat membelinya karena harus pergi bekerja di sore hari.
Alhasil, selain Winwin harus menahan rasa kantuknya malam itu ia juga harus menahan rasa lapar yang menderanya.
Pukul 07.09
Winwin berlari sekuat tenaga menuju halte bus. Ia gusar, takut jika ia terlambat datang ke kampus.
Semalam Winwin benar-benar tidak bisa menahan rasa kantuknya, dia tertidur di atas laptopnya, bahkan masih ada beberapa pekerjaan yang belum ia selesaikan. Alhasil Winwin bangun kesiangan, dan berakhir dengan berlari sekuat tenaga menuju halte bus.
Saat sampai di halte bus dan duduk disana Winwin menghentak-hentakkan kakinya sambil sesekali melirik jam tangannya, "Akkkhhhhhhhhh... Aku benar-benar bisa terlambat jika seperti ini". Pekik Winwin. Jadi dia memilih berlari saja menuju kampusnya, tidak peduli jika dia harus sampai disana dengan tubuh berkeringat.
'Ttiiinn... Ttiiinn...'
Suara klakson mobil itu membuat lari Winwin semakin kencang.
'Ttiiinn... Ttiiinn...'
"Berisik!!". Gumam Winwin, "Aku tahu... Aku bahkan sudah mempercepat langkahku". Ujarnya yang terus berlari tanpa menoleh kearah mobil yang terus membunyikan klaksonnya itu.
'Ttiiinn... Ttiiinn... Ccciiiittt...'
"Akkkhhhhhhhhh...".
Suara decitan ban mobil itu membuat Winwin berteriak dan refleks menjatuhkan tubuhnya ke tanah. Winwin menutup telinga dengan kedua tangannya, matanya pun terpejam akibat bayangan mobil yang mungkin akan menabraknya.
"Aku tidak mau mati sekarang!". Winwin menangis masih dengan mata terpejam dan tangan yang menutupi telinganya.
Samar-samar Winwin mendengar seseorang keluar dari dalam mobil dan suara bantingan pintu mobil di detik berikutnya.
Winwin membuka matanya perlahan, ia mengerjapkan matanya berulang kali. Sebuah tangan besar menarik tangan Winwin dan menyuruhnya untuk berdiri.
"Ikut!". Orang itu menarik Winwin kearah mobilnya.
"Yuta!".
"Masuk ke mobil aja dulu".
Akhirnya dengan berat hati Winwin menurut dan masuk kedalam mobil Yuta.
"Lo kuliah dimana?". Tanya Yuta.
"U.K.H".
"Yaudah biar gua antar. Lagian lo bego banget sih! Udah gua klakson berulang kali bukannya berhenti malah makin kenceng larinya". Omel Yuta.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Destiny
FanfictionYuta: "Gua tau Jaehyun sayang banget sama lo Win... Gua gak pernah ngebahagiain Jaehyun sebagai adik gua. Gua cuma mau dia bahagia. Gua ikhlas kalo lo menikah sama Jaehyun. Mungkin... Memang kita gak ditakdirkan bersama Win, tapi satu hal yang perlu...