Pukul 00.05 Winwin dan Yuta sekarang sudah berada di rumah sakit. Jaehyun sendiri sekarang sudah berhasil ditangani oleh Dokter.
Dokter bilang ada sekitar 12 jahitan di bagian kepala Jaehyun, dan dua jahitan di bagian dagu.
Untung saja Jaehyun cepat ditangani, jika tidak mungkin pendarahan pada kepalanya akan menyebabkan hal yang jauh lebih serius lagi.
Sedetik saja... Winwin merasa hidupnya sedikit berguna untuk orang lain. Walaupun Winwin hanya mengobati luka kecil pada tubuh Jaehyun setidaknya itu berguna untuk pertolongan pertama. Oh iya, dan jangan lupa soal Winwin yang sampai harus kehilangan uang kuliahnya demi bisa menyelamatkan nyawa pemuda bermarga Jung itu.
Yuta tau semua yang menimpa Jaehyun itu adalah murni 100% kesalahannya. Tapi dia senang melihat Jaehyun menderita, karena itu memang tujuan Yuta dari awal. Apalagi jika bukan membuat Jaehyun menderita.
Yuta membenci Nyonya Jung, Ibunda Jaehyun yang merupakan ibu tirinya. Wanita yang sudah membuat ibu kandung Yuta meninggal.
Semenjak Nyonya Jung menikah dengan Ayahnya, ia merampas semua yang menjadi kebahagiaan Yuta. Terlebih lagi saat tahu bahwa wanita itu sudah merenggut hidup ibunya, penyebab ibunya tewas dalam kecelakaan 2 tahun silam.
Fakta bahwa Nyonya Jung memilki anak laki-laki tunggal yang usianya terpaut 2 tahun lebih muda darinya membuat Yuta sedikit senang karena setidaknya dia punya mainan baru sekarang. Seseorang yang juga harus merasakan penderitaan yang sama dengan Yuta.
Yuta berjalan menuju resepsionis rumah sakit, bermaksud ingin membayar semua tagihan rumah sakit adik tirinya. Tapi petugas di bagian resepsionis rumah sakit bilang kalau tagihan atas nama Jung Jaehyun sudah dilunasi. Yuta terkejut karena dia belum mengeluarkan uang sepersen pun, Yuta bahkan baru saja berniat untuk membayar tagihannya, lalu siapa yang sudah membayar tagihan rumah sakit Jaehyun?
"Kalo boleh tahu, siapa ya orang yang sudah membayar tagihan rumah sakit atas nama Jung Jaehyun?".
"Tunggu sebentar ya Tuan...". Petugas resepsionis itu pun mengecek buku daftar tagihan rumah sakit, mencari nama Jung Jaehyun dengan cepat. "Biaya rumah sakitnya sudah dilunasi oleh penanggung jawab atas nama Dong Sicheng Tuan!".
"Dong Sicheng??". Sejenak Yuta berpikir keras, setahu dia tidak ada teman Jaehyun dengan nama aneh seperti itu, apalagi kerabat Jaehyun.
Atau jangan-jangan...
"DONG SICHENG!!!".
Winwin menoleh saat namanya dipanggil dengan begitu lantang.
"Jadi bener... Lo orang yang sudah ngelunasi biaya administrasi atas nama Jung Jaehyun?".
"Ya kamu pikir aja sendiri, Jaehyun gak akan cepat ditangani sama Dokter kalo biaya administrasinya belum dibayar, kalo sampai Jaehyun meninggal kamu bisa dipenjara".
Yuta tersenyum sinis, lebih kepada meremehkan karena menurutnya kabar gembira jika benar Jaehyun sampai meninggal. Ingat... Itu tujuan awal Yuta. Dia ingin Jaehyun menderita bahkan kalo perlu sampai mati sekalian.
"Dapet mana Lo uang sebanyak itu buat ngelunasi tagihan rumah sakit Jaehyun? Lo nyeleweng ya biar dapet uang banyak? Pelacur pekerjaan Lo, kan?".
Winwin terdiam mendengar tuduhan Yuta terhadapnya. Lebih kepada shock karena baru kali ini ada orang asing yang berani menghinanya dengan mengatakan bahwa uang miliknya hasil dari nyeleweng seperti jalang diluar sana.
Marah... Kesal... Itu yang sekarang Winwin rasakan. Menangis? Jangan tanya... Air matanya sudah tumpah sedari tadi.
"Kenapa diem? Berarti bener kan apa yang gua bilang?".
"Sumpah demi apapun... Jika sekarang ini aku bukan berada di rumah sakit aku pasti sudah merusak wajah mulusmu itu. Uang itu... Murni hasil dari kerja kerasku selama setahun bekerja sebagai barista, bukan sebagai jalang seperti yang kamu tuduhkan...".
"Gua ganti uang Lo, tinggal catet nomor rekening Lo biar nanti gua transfer".
"Gak perlu... Lagian aku iklas kok".
"Bacot lo... Gua tau lo bokek sekarang... Lo butuh uangnya kan? Lo aja tadi bilang kalo itu uang tabungan Lo selama setahun kerja jadi barista, gak usah berlagak kayak orang berduit, cepet catet nomor rekening Lo".
Winwin mengusap air matanya. Uang itu... Memang sih Winwin berniat memakai uangnya untuk membayar kuliahnya, tapi langsung habis saat dia membayarkannya untuk menutupi tagihan rumah sakit Jaehyun. Biaya berobat ke rumah sakit memang tidak sedikit, dan dia benar-benar butuh uang untuk membayar kuliahnya sekarang.
Nasib baik jika Yuta mau mengganti uangnya, itu bisa Winwin gunakan untuk membayar biaya kuliahnya selama 6 bulan kedepan. Lagi pula... Memang ini sudah kewajiban Yuta untuk membayar tagihan rumah sakit Jaehyun. Seharusnya memang Yuta yang bertanggung jawab untuk semuanya, bukan Winwin. Tugas Winwin hanya membantu sampai Jaehyun benar-benar mendapatkan penanganan secepatnya dari rumah sakit, itu juga termasuk bagian menyelamatkan hidup Jaehyun dari kematian, kan?
Winwin meraih ponsel Yuta, mencatat nomor rekeningnya dengan baik disana.
"Sudah tuh". Ujar Winwin.
"Entar gua transfer". Yuta menjatuhkan pantatnya di kursi ruang tunggu rumah sakit dan duduk tepat disebelah Winwin.
Lagi... Pikir Yuta. Berada dekat dengan Winwin seperti ini membuatnya terlihat lemah. Rasanya seperti duduk tepat disebelah ibunya.
Yuta menoleh kearah Winwin. Menatap matanya lekat. Dia baru sadar bahwa mata Winwin yang berbinar mirip dengan mata ibunya. Tanpa sadar Yuta tersenyum, di dalam pandangannya sosok ibunya begitu nyata sekarang. Yuta bilang ibunya cantik malam ini. Ya, kata-kata itu terlontar begitu saja dari bibir Yuta. Membuat Winwin meringis sekaligus kesal karena pria psycho itu tiba-tiba memanggilnya dengan sebutan IBU.
(◍•ᴗ•◍)
Happy Reading YuWin Fans ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Destiny
FanfictionYuta: "Gua tau Jaehyun sayang banget sama lo Win... Gua gak pernah ngebahagiain Jaehyun sebagai adik gua. Gua cuma mau dia bahagia. Gua ikhlas kalo lo menikah sama Jaehyun. Mungkin... Memang kita gak ditakdirkan bersama Win, tapi satu hal yang perlu...