Winwin kesal, ia benar-benar kesal saat Yuta semakin melumat bibirnya dalam. Ia tidak munafik bahwa ciuman itu sungguh membuatnya merasa nyaman, tapi sungguh memuakkan karena mereka melakukannya di depan banyak orang."Jika hanya ingin membalaskan dendam mu kepada Jaehyun kenapa kau harus melibatkan aku?". Tanya Winwin sesaat setelah menarik tautan bibirnya dengan Yuta.
"Cari tahu sendiri jawabannya. Gua... Gak akan pernah melibatkan siapapun yang gak punya urusan atau hubungan apapun sama gua".
Winwin terdiam, lalu urusan seperti apa yang mengikatnya hingga membuatnya terseret dan terlibat kedalam masalah kakak-beradik itu?
"Emangnya apa yang bikin lo sebegitu pengen tahunya?".
Winwin menggeleng. Lalu mengalihkan pandangannya.
"Yuta?!". Winwin kembali menatap wajah Yuta.
"Hem?".
"A-apa ada pilihan lain jika aku benar-benar menyukaimu, m-maksudku... Bisakah aku menyukaimu tanpa menyakiti Jaehyun?".
Yuta terdiam. Menelisik tajam manik kelam Winwin. Bisakah Yuta mendapatkan satu kebenaran disana?
"Lo... Suka sama gua?".
Kini giliran Winwin yang terdiam. Ia tidak benar-benar menyukai Yuta, ia hanya ingin mendapatkan sesuatu yang baik untuk dirinya tanpa harus menyakiti Jaehyun. Sungguh... Membunuh Jaehyun sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya, siapa yang mampu membunuh pemuda sebaik dan setampan Jaehyun?
Winwin membalas tatapan Yuta.
"Jika kau berhenti menyuruhku menyakiti atau membunuh Jaehyun maka aku akan jujur".
Tidak ada jawaban dari Yuta, mereka hanya saling tatap selama beberapa menit, sampai akhirnya tawa terdengar mulus dari bibir Yuta.
"Gak ada, Win! Gua bakal tetap berpegang teguh sama apa yang sudah kita sepakati!".
'Benar-benar keras kepala!'.
Winwin tersenyum. Mungkin langkahnya kali ini tidak sesuai dengan rencananya, tapi mau bagaimana lagi? Dia terdesak sekarang, jadi mau tidak mau ia harus memutar otak agar bisa membuatnya mendapatkan ruang untuk kembali mengatur rencana baru.
"Aku menyukai Jaehyun, Yuta! Apa kau akan percaya jika aku mengatakan itu?".
Yuta menggeleng.
"Kenapa? Aku akan menunjukkannya segera kepadamu. Aku belum menyatakan perasaanku kepadanya, dan aku belum memberitahukan masalah ini kepada siapapun, jadi kau orang pertama yang tahu bahwa aku menyukai adikmu itu".
Yuta kembali tertawa, "Lo aja barusan bilang kalo lo suka sama gua, kan? Dan sekarang lo mau bilang juga kalo lo suka sama Jaehyun, iya?".
"Aku tidak mengatakan bahwa aku menyukaimu, aku hanya bilang bagaimana jika aku menyukaimu? Aku sedang tidak menyatakan perasaanku, tuan Na Yuta!".
Yuta kembali tertawa untuk yang entah keberapa kalinya, dan sebenarnya apa yang membuat pria itu tertawa? Sungguh ini tidak lucu.
"Ngapain gua harus peduli? Gua tau itu semua cuma omong kosong dan bualan doang".
"Begitukah yang ada dipikiranmu sekarang? Tidakkah kau ingin tahu apa yang membuatku menunjukkan sedikit sikap baikku padamu pagi ini?".
Winwin kembali tersenyum.
"Yuta! Tidak ada alasan yang jelas saat kau menyukai seseorang! Jawabannya tidak akan ada habisnya. Mau dia bersikap seperti apapun, jika kau merasa sangat amat nyaman didekatnya kau akan mengarahkan hatimu untuk menyukainya".
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Destiny
FanfictionYuta: "Gua tau Jaehyun sayang banget sama lo Win... Gua gak pernah ngebahagiain Jaehyun sebagai adik gua. Gua cuma mau dia bahagia. Gua ikhlas kalo lo menikah sama Jaehyun. Mungkin... Memang kita gak ditakdirkan bersama Win, tapi satu hal yang perlu...