-09-

160 21 2
                                    

Yuta menjatuhkan tubuhnya ke sofa begitu dia sampai di rumah. Nyonya Jung segera menghampiri Yuta saat ia melihat anak tirinya itu pulang.

"Yuta, kau sudah makan? Kalau belum cepat bersihkan dirimu dan pergi keruang makan, ibu sudah memasakkan makanan untukmu dan Jaehyun. Hari ini ayahmu bilang ada pekerjaan yang harus diselesaikan di kantor jadi dia akan pulang sedikit terlambat. Oh, iya... Adikmu kemana? Bukankah dia bilang akan pergi keluar untuk menemuimu?".

Yuta langsung menoleh ke arah Nyonya Jung. "Jangan asal bicara. Maksudnya kau menuduhku pergi bersama dengannya, begitu?".

"Bukannya ibu menuduhmu, sebelum pergi keluar Jaehyun memang berkata akan menemuimu, ibu pikir kalian akan pulang bersama".

Yuta menggeleng "Aku tidak tahu dia dimana. Dia tidak menemuiku". Yuta lalu bangkit dan melangkahkan kakinya kearah Nyonya Jung, saat dia sudah berada di hadapan Nyonya Jung, Yuta berbisik di telinganya... "Dan satu hal lagi, jangan pernah menggunakan kata ibu saat berbicara padaku, karena kau... Bukan ibuku!". Yuta menekankan kata ibu dan kembali berjalan keluar meninggalkan Nyonya Jung yang sekarang menatapnya dengan wajah terkejut setelah mendapatkan perlakuan yang membuat hatinya sakit dan kecewa.

Yuta kembali masuk kedalam mobilnya, dia tidak ingin hanya berdua saja di rumah dengan ibu tirinya itu. Mengingat apa yang dikatakan Nyonya Jung kepadanya soal Jaehyun itu malah membawa pikirannya kepada Johnny yang beberapa menit lalu menghubunginya.

"Apa mereka udah ngelepasin Jaehyun?". Jari tangannya mengetuk-ngetuk stir mobil, Yuta sedikit cemas tapi lebih kepada masa bodoh jika terjadi sesuatu yang buruk kepada Jaehyun.

Yuta merogoh kantong celananya. Meraih ponselnya yang terselip disana. Ia mencari satu nomor lalu menekan tombol panggil.

"Hei Cas, dimana lo sekarang?". Yuta segera melajukan mobilnya saat orang di seberang sana menjawab pertanyaannya.

"Jangan bilang Johnny kalo gua yang udah kasih tau lo, ya?". Lucas sedikit was-was, tapi daripada Johnny, sungguh Lucas lebih takut kepada Yuta.

"Gak papa, biar aja mati sekalian tuh orang. Gua gak keberatan kok". Yuta menyenderkan kepalanya ke sofa, sekarang ini Yuta sedang berada di apartemen Lucas.

Yuta bisa bernapas lega sekarang, setidaknya jika adik tirinya itu mati tidak ada lagi yang mengganggu ataupun mengusik hidupnya.

"Yut, lo udah gak waras, ya? Dia adik lo, kalo sampai Ayah lo tau... Lo bisa habis sama dia!".

Yuta melirik sekilas kearah Lucas yang juga duduk tepat disebelahnya. "Cih, masa bodoh. Mau tuh pak tua habisin nyawa gua sekalipun, dendam gua ke dia, Nyonya Jung, dan Jaehyun gak akan pernah terbayarkan. Lo gak lupa kan... Siapa orang yang jadi penyebab ibu gua meninggal?".

"I-iya... Tapi kan... Setidaknya lo punya hati nurani sedikit lah".

Yuta menatap Lucas tajam, ia benar-benar lelah mendengar sahabatnya itu terus saja menasehatinya tanpa henti. "Lo sebenarnya di pihak siapa sih? Lo temen gua apa temen si brengsek itu? Kalo lo capek jadi temen gua sama Johnny mending lo gak usah jadi temen gua lagi, gua gak butuh temen yang sok nasehati gua kayak lo!".

Lucas membuang napas dengan kasar. "Gua gak ada maksud buat bikin lo tersinggung, jangan marah gitu lah... Yaudah, apa rencana kita selanjutnya?".

Yuta kembali menoleh kearah Lucas. "Telpon Johnny, kita temuin Jaehyun malam ini juga". Perintah Yuta. Sedangkan orang yang diperintah segera menuruti apa yang diperintahkan kepadanya.

Winwin melirik jam dinding di kamarnya, jarum jam menunjukkan pukul 02.50 pagi. Dia sebenarnya sangat lelah dan mengantuk tapi entah kenapa matanya sangat sulit untuk terpejam. "Ayolah... Aku ingin tidur sekarang juga!". Winwin mengusap wajahnya dengan perasaan gusar.

You're My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang