Setelah melihat foto Yuta bersama Winwin di taman hiburan kemarin, Jaehyun menunggu momen yang pas untuk menemui Yuta. Dia tidak ingin orang rumah selain Yuta melihatnya memohon-mohon kepada Hyung-nya.
Saat waktunya sudah tepat Jaehyun pun mendatangi Yuta dengan perban yang masih membalut sebagian kepalanya.
"Hyung...". Panggil Jaehyun lirih.
Yuta yang sedang menyilangkan kakinya di atas sofa melirik Jaehyun dengan malas.
"Jaehyun mohon sama Hyung... Hyung boleh ngelakuin apapun ke Jaehyun, tapi jangan apa-apain Winwin. Jaehyun mohon sama Yuta Hyung".
"Gua gak bakal mundur buat ngedeketin Winwin. Lo lihat aja gimana kedepannya... Gua bakal bikin lo nangis darah!". Yuta menyeringai saat melihat wajah Jaehyun yang sangat panik tengah berlutut memohon kepadanya.
"Jaehyun siap kalo Yuta Hyung mau habisin Jaehyun sekarang juga, tapi Jaehyun mohon... Jangan sakiti Winwin".
Jaehyun berlutut dan memohon dengan sangat kepada Yuta untuk tidak melakukan hal-hal bodoh kepada Winwin.
"Terlambat, Jae... Winwin gak bakal nolak gua deketin. Kalo lo mau, dan kalo emang lo cowok sejati, lindungi Winwin dari gua. Bisa? Jangan jadi pengecut". Yuta mendorong tubuh Jaehyun agar menjauhinya. Lalu segera beranjak dari tempatnya. Sedangkan Jaehyun... Ia merasa sangat bersalah karena gara-gara dia sekarang Winwin juga ikut terseret dalam masalah keluarganya yang rumit.
Sedangkan Winwin... Sudah 2 hari ia tidak bertemu Yuta, pria brengsek itu juga tidak mengabarinya. Bukan hanya Yuta, tapi Jaehyun juga tidak mengabari ataupun mengirimkannya pesan. Bukannya apa-apa, dia hanya berpikir apakah Yuta tengah merencanakan sesuatu agar Winwin jatuh hati padanya? Atau apakah Yuta tengah menyusun rencana untuk menghabisi nyawa Jaehyun?
Mungkin ada belasan pesan yang sudah Winwin kirim kepada Jaehyun, tapi pemuda itu tidak juga membalasnya, Winwin bahkan berulang kali menelponnya tapi ponselnya tidak aktif. Itu membuat Winwin menjadi khawatir.
Hal yang sama juga ia lakukan kepada Yuta, berharap ia tidak melakukan hal-hal bodoh yang dapat membahayakan Jaehyun. Bahkan Winwin berusaha mengancam Yuta untuk membatalkan taruhannya tempo hari.
Winwin pulang lebih lambat dari biasanya karena cafe tempatnya bekerja sangat ramai pengunjung. Dan seperti biasa Winwin akan berjalan kaki untuk sampai di rumah.
Winwin terkejut saat tiba-tiba ponselnya berdering, ia yang awalnya melamun langsung tersentak karena dering ponselnya yang berbunyi dengan sangat nyaring.
Saat menatap layar ponselnya, Winwin bingung ia harus bersikap seperti apa. Ia senang pria brengsek ini menghubunginya, itu artinya ia bisa bertanya banyak hal akan ketakutannya selama beberapa hari ini, tapi disatu sisi dia juga takut, entah karena apa... Winwin juga bingung.
"Taruhannya masih berlaku...". Yuta memulai obrolan saat Winwin mengangkat panggilannya. "Gua gak bakal nyentuh ataupun nyakitin Jaehyun sampai waktu taruhan kita berakhir".
Winwin menghentikan langkahnya. Ia bersyukur atas ucapan Yuta. Setidaknya Winwin bisa bernafas lega karena merasa tidak ada yang perlu Winwin khawatirkan sekarang.
"I-iya". Tapi entah kenapa, Winwin masih saja merasa takut.
"Sorry akhir-akhir ini gua gak ngabarin lo, gua masih nyusun rencana buat bikin orang yang sekarang lagi bicara sama gua lewat telepon ini bisa jatuh cinta sama gua. Dan gua udah tau apa yang bakal gua lakuin untuk buat lo jatuh cinta sama gua!".
"Tidak perlu repot-repot melakukannya, aku tidak akan menyukai apalagi jatuh cinta kepadamu".
Mendengar Winwin mengatakan hal itu, lawan bicaranya segera memutuskan sambungan telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Destiny
FanfictionYuta: "Gua tau Jaehyun sayang banget sama lo Win... Gua gak pernah ngebahagiain Jaehyun sebagai adik gua. Gua cuma mau dia bahagia. Gua ikhlas kalo lo menikah sama Jaehyun. Mungkin... Memang kita gak ditakdirkan bersama Win, tapi satu hal yang perlu...