FLASHBACK
"Lalu? Apa yang akan kau lakukan? Tidak mungkin kan kau selamanya bersembunyi seperti ini dari Yuta?". Taeyong berjalan menuju meja makan, tempat dimana Winwin, Jaehyun, dan Doyoung tengah duduk sambil membahas tugas kuliah Winwin yang sedikit menumpuk.
Taeyong meletakkan 2 buah piring yang berisi french fries dan nugget ayam di atas meja makan, lalu duduk di kursi kosong yang masih tersisa.
Winwin mengikuti setiap gerak langkah Taeyong, biji matanya sesekali melirik kesana-kemari dengan gelisah, kedua jari telunjuknya saling bertautan di bawah meja. Kakinya mengetuk-ngetuk pelan pada ubin lantai rumah Taeyong, menandakan si pemilik kaki sedang dalam keadaan hati yang tidak tenang.
"Aku...". Winwin menjeda kalimatnya. Kembali berpikir, haruskah ia menceritakan keputusannya ini?
"Aku? Aku apa?". Tanya Taeyong sambil menuangkan cola kedalam gelas masing-masing orang di hadapannya.
"Aku... Hmmm... Aku sudah mengambil.. keputusan Hyung". Jawabnya dengan gugup, berbicara tanpa menatap lawan bicara dihadapannya sama sekali. Setelah menyelesaikan kalimatnya, ia buru-buru menenggak cola di dalam gelasnya. Kerongkongannya kering.
"Benarkah? Lalu apa keputusanmu? Apa langkahmu selanjutnya?". Tanya Doyoung.
"Hmmm...". Winwin tersenyum canggung. Bukan. Itu alibi untuk menyingkirkan pertanyaan yang sama sekali tidak ingin Winwin jawab.
"Aku lapar, makan dulu saja bagaimana?". Winwin akan meraih french fries pertamanya, tapi urung ia dapatkan karena tangan Doyoung meraih lebih dulu piring yang penuh french fries itu, menjauhkannya dari jangkauan Winwin.
"Katakan dulu, baru kau boleh makan".
Winwin mencebik kasar, ia sangat kesal.
"Baiklah... Untuk masalahku dengan Yuta. Aku sendiri yang akan menyelesaikannya. Mengingat Yuta adalah orang yang sangat keras kepala, walaupun seribu kali kukatakan tidak padanya, aku yakin... Dia tetap akan datang dengan menunjukkan wajahnya itu di hadapanku. Dia bisa saja menggunakan segala cara untuk membuatku kembali terikat dengan perjanjian-perjanjian bodoh. Jadi...".
Winwin mengangkat dagunya sedikit, membetulkan posisi duduknya, jari telunjuknya masih saling terpaut, matanya mulai berani menatap satu-persatu bola mata ketiga kawannya.
"Jadi aku akan mengikuti semua permainannya".
"Apa? Tunggu! Permainan apa maksudmu? Jika kamu melakukan ini semua hanya karena ingin melindungiku, lebih baik hentikan! Aku bisa menyelesaikan sendiri masalahku dengan Hyung-ku". Jaehyun mengajukan protesnya kali ini. "Keputusan yang kamu ambil sudah tepat, Win! Kamu memutuskan untuk tidak melanjutkan taruhan itu saja sudah cukup. Jika kamu melakukan hal yang lebih dari itu aku khawatir Yuta Hyung tidak akan pernah melepaskanmu lagi, dan dia akan semakin menyakitimu".
"Benarkah? Jika kau memang bisa menyelesaikan masalahmu dengan Hyung-mu itu, maka buktikan! Kenyataannya sampai sekarang kau bahkan masih terjebak dengan sikap Hyung-mu itu, kan?".
"Tunggu... Tunggu... Jangan membuatku merasa bingung, permainan apa yang kau maksud, Win?". Taeyong mendekatkan kursinya ke arah kursi Winwin. Ia ingin mendengar sendiri penjelasan laki-laki itu soal permainan yang ia maksud.
"Ehm... Itu... Aku akan mengikuti semua alur permainan Yuta! Aku akan kembali menyetujui taruhan itu. Aku juga akan merubah sikapku dihadapannya, seperti bersikap lebih luluh dan manis. Siapa tahu dengan cara itu aku bisa membuat Yuta berterus terang kepadaku...".
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Destiny
FanfictionYuta: "Gua tau Jaehyun sayang banget sama lo Win... Gua gak pernah ngebahagiain Jaehyun sebagai adik gua. Gua cuma mau dia bahagia. Gua ikhlas kalo lo menikah sama Jaehyun. Mungkin... Memang kita gak ditakdirkan bersama Win, tapi satu hal yang perlu...