PROLOG

22.2K 1.3K 294
                                    

Seoul, Korea Selatan.

"Aku tidak mau pergi," kata Haru Tanaka kepada ibunya Maureen Tjahrir-Tanaka.

"Haru, ayolah," ibunya sekali lagi meminta Haru untuk bersiap-siap tapi anaknya yang berumur sembilan belas tahun sama sekali tidak ingin pergi ke pertunjukan teater yang akan dimulai satu jam lagi. "Haru, perjalanan akan macet kalau kita tidak pergi sekarang."

"Mama bisa pergi dengan Hana," Haru memberitahu dan mencoba meraih makanan kecil yang dimakannya tapi karena ia buta, Haru tidak tahu pasti kemana makanan tersebut berada. Ibunya membantu dan berdesah, "Haru, kita akan tetap pergi. Kamu tidak bisa selamanya di rumah hanya karena kamu takut bertemu dengan teman-teman kuliahmu."

"Aku tidak takut Mama, aku hanya ingin berdiam di rumah dan memakan sebanyak mungkin pretzel asin ini sampai bibirku berkeriput."

Maureen Tjahrir membuat Haru anak pertamanya berdiri dari sofa dengan cara mengangkatnya dan berkata, "Well, too bad Haru, I'm your mother and I'm not going to let you do that."

Haru mendesah dan menjawab ibunya, "Untuk apa aku pergi ke pertunjukan teater ini? Aku tidak bisa melihat Mama."

"Tapi kamu masih bisa mendengar dan kamu bisa merasakan. Come on Haru, kalau kamu ingin diperlakukan sebagai anak kuliah normal kamu harus pergi keluar dari rumah. Terkadang kamu sangat keras kepala seperi Papa kamu."

"Atau lebih tepatnya seperti Mama," gumam Haru.

Haru yang terlahir buta sama sekali tidak pernah memedulikan pandangan orang terhadapnya sampai ia masuk kuliah di Seoul National University. 'Teman-temannya' selalu mengejeknya dan merasa terbebani ketika Haru meminta tolong kepada mereka untuk membantunya jalan ataupun mengambilkan sesuatu untuknya. Ia akan pulang ke rumah menahan tangisnya dan ibunya tahu kalau bukan karena pelajaran-pelajaran mata kuliah hukum yang sangat sulit yang membuat Haru sedih. Haru tidak pernah menceritakan apa yang terjadi kepadanya tapi Maureen mengikuti Haru suatu hari ke kampus dan dengan tepat menebak apa yang terjadi kepada anaknya. Haru tidak memiliki 'teman'—ia hanya memiliki orang-orang yang mengejeknya dan tidak memedulikannya.

"Mama akan memberitahu Papa kalau kamu tidak ingin bergerak sekarang dan mengganti pakaian tidurmu Haru," kata Maureen memberikan ultimatum.

Hana Tanaka adik Haru yang berumur tujuh belas tahun—dua tahun lebih muda daripada kakaknya masuk ke dalam kamar dan melihat ibunya tengah memarahi Haru. "Mama, kita akan terlambat," kata Hana kepada ibunya.

Maureen melihat jam tangannya—empat puluh lima menit sebelum pertunjukan dimulai. "Dua menit, Haru."

"Haru ayolah," kata Hana kali ini ikut membujuk kakaknya.

"Aku akan pergi kalau kalian setelah pertunjukan teater mentraktirku odeng-guk[1] dan tteokbokki[2]."

"Deal," kata Hana. "Ya, kan Ma?"

"Ya, okay. Tapi hanya sedikit saja karena nanti Papa akan mengajak kita makan malam."

Dua menit kemudian Maureen mendesah ketika ia turun ke lantai bawah dan tersenyum pasrah kepada Reagan Tanaka suaminya yang telah menunggu. Reagan menatapnya bertanya-tanya apa anak tertua mereka akan ikut dan Maureen mengangguk. "Dengan baju tidur."

Haru dibantu oleh adiknya berjalan turun ke lantai bawah dan walaupun ia tidak bisa melihat ekspresi kedua orangtuanya, ia berkata, "Kalian masih bisa mengubah pikiran kalian sekarang."

"That won't be necessary," kata Reagan. "Aku menyukai baju tidurmu yang berwarna pink dengan kelinci-kelinci ini, Haru."

"Thanks Papa for your sarcasm."

Reagan yang memakai jas formal malam mengambil alih pegangan di tangan Hana dan membantu Haru berjalan. "You're still my little girl you know that right?"

"Tidak, aku sudah dewasa sekarang."

Reagan mengecup kening anaknya, "Ayo kita pergi sekarang."

___

Sejong Center for the Performing Arts[3] tempat pertunjukan teater yang terletak di dekat Gwanghwamun Plaza[4] malam ini menunjukkan pertunjukan "White as Snow" yang diperani oleh aktor teater terkemuka Han Seon-Ho dan Kim Rue-Jin. Han Seon-Ho yang berumur tiga puluh empat tahun telah berhasil menjual habis semua kursi pertunjukan untuk dua bulan kedepan karena wajahnya yang menawan dan aktingnya yang memukai para penonton.

Di belakang panggung—lima belas menit sebelum pertunjukan Han Seon-Ho sedang memperbaiki rambutnya yang telah tertata rapih di depan cermin. Hwang Jung-Yoon manajer Han Seon-Ho mendatanginya dengan segelas es kopi Americano dan berkata, "Siap? Hari ini pertunjukan pertamamu, Hyeong-nim.[5]

"Ya, Jung-Yoon jangan membuatku gugup," kata Seon-Ho kepada manajernya. Ia meminum kopi Americano-nya dan tersenyum, lesung pipi yang dalam terlihat di kedua pipinya, "Apa kita bisa pergi makan odeng-guk dan tteokbokki setelah pertunjukan selesai Jung-Yoon?"

"Bagaimana kalau kita memesannya saja? Hyeong-nim tahu betapa banyak fans Hyeong yang akan mengantre di belakang pintu keluar teater setelah pertunjukan selesai, kan?"

Seon-Ho menepuk bahu manajernya yang telah bersamanya semenjak ia memulai karirnya tujuh tahun yang lalu, "Baiklah. Sampai bertemu di akhir pertunjukan Jung-Yoon."

Jung-Yoon yang lebih pendek daripada Seon-Ho memberikan hormat seperti ia sedang berada di upacara kenegaraan, "Hwaiting[6] Hyeong-nim!"

Lesung pipi Seon-Ho terlihat lagi selagi ia berjalan keluar dari ruang tunggunya dan tersenyum sebelum ia naik ke atas panggung untuk pertunjukan perdananya malam itu.

________

[1] 오뎅국 (odeng-guk) adalah jajanan Korea berupa sup dengan otak-otak ikan.

[2] 떡볶이 (tteokbokki) adalah makanan Korea dari tepung beras yang dimasak dengan bumbu gochujang yang pedas dan manis.

[3] 세종문화회관 (Sejong Munhwa Hoegwan).

[4] 광화문광장 (Gwanghwamun Gwangjang).

[5] 형님 (hyeong-nim) adalah panggilan bagi kakak dari pria kepada pria yang lebih tua darinya.

[6] 화이팅 (hwaiting).

On-Air | #Love No. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang