Haiiii, aku up setelah dua minggu gak mood nulis. Btw makasi ya, kolom komen chapter sebelumnya ampe jebol, terharu banget 🥺🥺
──Draco tidak ingat sejak kapan ia mulai berhenti bergaul dengan kedua teman bertubuh besarnya dan tidak lagi membuat onar dengan merundung beberapa siswa. Pikirannya hanya dipenuhi Harry akhir-akhir ini.
Setelah pertemuan mereka di taman tempo hari, Harry mulai membuka diri padanya secara perlahan. Manik emerald Harry tidak lagi menatapnya marah atau jengkel. Harry akan mengangguk singkat untuk menyapanya ketika mereka bertemu di koridor sekolah. Dan Draco juga menyadari bagaimana tatapan Harry selalu mengikutinya kemana pun ia pergi, lalu ketika ia membalas tatapan itu, Harry akan mengalihkan tatapannya dengan pipi yang merona tipis.
Draco menyukai itu semua. Draco menyukai bagaimana Harry secara tidak langsung menujukan bahwa ia tertarik padanya—ini bukan soal narsisme, hanya saja bahasa tubuh Harry dapat dibaca dengan mudah.
Namun bahkan setelah mengatakan pada dirinya sendiri bahwa Harry menyukainya, ia masih tidak memiliki keberanian untuk mendekati Harry secara terang-terangan. Dalam hati ia mengutuk siapun yang menuruni sifat pengecut padanya.
Sampai di suatu pagi ketika para murid bahkan masih terlalu malas untuk mengisi koridor sekolah, Draco mendapati Harry yang menahannya dengan menarik pelan lengan kemejanya. Ia menggigit bibirnya dengan tatapannya yang bergerak gugup berusaha menatap apapun di sekitarnya kecuali manik abu Draco.
"Berhenti mengigit bibirmu, Harry."
Oh, ia bahkan sudah telalu terbiasa menyebutnya Harry.
Untuk beberapa saat, Harry tercenung lalu matanya berkedip cepat dengan pipinya yang bersemu. Draco masih berdiri di sana, menunggu dengan tenang sekalipun jantungnya berdebar tak karuan yang mungkin saja Harry juga bisa mendengar debarannya. Ini akan menjadi obrolan pertama mereka sejak terakhir kali mereka bertemu di taman.
Kaumau ma kansiang denga nku?
Draco mengangkat alisnya, bibirnya mengulum senyum gemas membayangkan segugup apa Harry sampai ia bahkan tidak bisa meletakkan jeda pada setiap kata dengan benar.
"Tentu saja, temui aku di taman belakang sekolah." Dimana aku melempar alat bantu dengarmu di hari pertamamu.
Harry tersenyum lebar, matanya ikut menyipit dan rambutnya bergerak pelan ketika kepalanya mengangguk semangat. Setelahnya, Harry pergi meninggalkannya memilih untuk pergi ke kelas lebih dulu.
listen
Draco lebih dulu sampai di taman belakang sekolah, ia memilih pohon yang paling rindang dan terpencil letaknya karena ia tidak ingin ada murid lain yang melihatnya tengah bersama Harry. Entahlah, mungkin ia hanya tidak siap mendengar reaksi orang-orang ketika mereka tahu ia menyukai Harry Potter dan semua yang ia lakukan sebelumnya hanya untuk menarik perhatiannya.
Kepalanya menoleh cepat ketika ia mendengar langkah seseorang dan ia mendapati Harry dengan dua kotak bekal di gengamannya dan senyum lebar terlukis pada bibir tipisnya, matanya berbinar semangat dan ia terlihat benar-benar menggemaskan.
"Hai Harry." Draco tersenyum melihat Harry yang salah tingkah. Ia harus membiasakan dirinya karena mulai sekarang, Draco akan terus memanggil nama depannya.
Setelahnya, keduanya sibuk dengan kotak bekal yang Harry bawa. Draco tahu Harry menyukai cokelat dan makanan manis, maka ia mengeluarkan sekotak cokelat dan menjadikannya sebagai makanan penutup.
Dan sekarang kotak cokelatnya sudah ada di pangkuan Harry. Manik emeraldnya bahkan tidak lagi menatapnya, terlalu fokus pada cokelat di pangkuan dan di genggamannya. Bibir tipisnya tersenyum setiap kali ia merasakan cokelat yang meleleh di dalam mulutnya. Ketika kotak tersebut telah kosong, Harry membulatkan matanya, menatap Draco dan kotak kosong di pangkuannya dengan tatapan menyesal membuat si pirang mengangkat alisnya heran.
Draco mengeluarkan sapu tangannya untuk membersihkan bibir dan tangan Harry yang dipenuhi sisa cokelat. Harry mencebikkan bibirnya lalu mengatakan 'maaf' tanpa suara.
"Untuk?"
Harry menujuk kotak cokelat di pangkuannya lalu dirinya sendiri dan menggumamkan kata 'habis'. Draco terkekeh kecil setelah mengetahui apa yang Harry maksud.
"Aku memang membawanya untukmu, tidak perlu meminta maaf." Draco mencondongkan tubuhnya berusaha melihat lebih dekat sisa-sisa cokelat di sudut bibir Harry walaupun beberapa kali fokusnya terganggu oleh bibir tipis yang tengah tersenyum manis di hadapannya.
Bagaimana jika ia menciumnya? Draco benar-benar ingin merasakan bibir Harry. Seperti apa rasanya? Ia menebak-nebak, lembut dan manis seperti cokelat mungkin. Namun lagi-lagi ia ingat kemungkinan yang terjadi setelahnya jika ia mencium Harry secara tiba-tiba. Mungkin Harry tidak akan menyukainya, mungkin Harry tidak akan merasa nyaman, dan mungkin setelahnya Harry kembali menjauhinya.
Mereka sudah sedekat ini—sedekat nadi. Draco bahkan bisa mencium aroma lembut dari surai hitam berantakannya, madu mungkin, atau bahkan kayu manis dan susu. Apapun itu, Draco menyukainya.
Draco menarik dirinya menjauh sebelum dirinya kehilangan kendali dan ia tidak ingat sejak kapan ia menahan napasnya. Sampai tiba-tiba Harry menarik kerah kemejanya memaksanya untuk menunduk dan tidak lama kemudian bibir keduanya bertemu. Bahu Draco menegang terkejut. Harry menciumnya. Hanya kecupan singkat sebelum akhirnya Harry menarik diri dan menunduk dalam dengan pipi yang bersemu merah gelap.
Itu terlalu singkat, bahkan ia tidak sempat merasakan cokelatnya pada bibir Harry. Namun setidaknya ia tahu bahwa Harry menginginkannya juga.
"Har-" Ucapannya terpotong oleh dering bel yang menandakan jam makan siang telah habis. Harry dengan gerakan cerobohnya mulai merapikan kotak bekalnya dan meninggalkan Draco yang masih terduduk dengan senyuman bodohnya.
Ingatkan ia untuk menahan Harry saat pulang sekolah nanti.
tbc
AKU GAPERNA NULIS KISS SCENE NSHSGSHSN NGAKAK BGT BACA TULISAN SENDIRI
Btw kalian tahun baru kemana nih?
KAMU SEDANG MEMBACA
listen | drarry.
FanfictionHarry Potter tuli dan Draco Malfoy akan terus menjadikan hal itu sebagai alasan untuk merundungnya. b x b bully! non-magic out of character ᝰ selamat 7k votes, listen! alderigel, 2020.