11.

12K 2.2K 273
                                    

Hai aku mau tanya, kalian bosen gak sama alurnya sejauh ini? Aku ngerasa tulisanku terlalu bertele-tele sih.
──

Harry berhasil mencapai ruang kesehatan sekalipun harus berjalan dengan terseok-seok dan bagian kiri perutnya nyeri bukan main.

Seorang wanita paruh baya dengan pakaian perawatnya berdiri mematung selama beberapa saat menatap Harry dengan terkejut lalu menuntunnya menuju salah satu ranjang dan pergi mengambil beberapa obat dari lemari penyimpanannya.

Ekspresi terkejut belum juga pudar dari wajah sang perawat membuat Harry mengeryit heran dan mengeluarkan buku catatannya namun detik selanjutnya ia mengerang mengingat tangan kanannya baru saja ditimpa musibah dan ia tidak bisa menggunakannya untuk menulis, maka ia menggunakan tangan kirinya sekalipun hasilnya sulit dibaca.

Butuh dua menit untuk sang perawat bisa membaca kalimat yang Harry tulis.

Mengapa terlihat sangat terkejut? Aku yakin aku bukan satu-satunya murid yang datang ke sini setelah mendapat perundungan.

"Ya, tidak hanya dirimu, tapi mereka tidak pernah separah ini. Mungkin hanya memar di beberapa bagian atau hidung yang berdarah sedangkan kau lebih terlihat seperti korban tabrak lari."

Harry mendengus geli, terlalu nyeri untuk sekedar terkekeh kecil.

"Apa kau ingin aku melaporkannya pada kepala sekolah atau menghubungi orang tuamu?" Harry menggelengg.

Aku baik-baik saja, dan kau tidak perlu melaporkannya pada guru manapun

Hening setelahnya, hanya terdengar desisan-desisan kecil dari Harry ketika perawat tersebut mengoleskan alkohol pada beberapa lukanya.

"Kau bisa memanggilku Madam Pomfrey, semoga di hari-hari berikutnya aku tidak menemuimu lagi di ruangan ini," ucap sang perawat yang hanya dibalas anggukan tidak peduli oleh Harry.

Madam Pomfrey memutuskan pergi dari ruang kesehatan untuk mengambil bebrapa es (yang entah dimana letaknya) ketika ia melihat sebuah memar besar di perut Harry yang Harry tebak ia dapatkan dari tendangan maut salah satu dari para perundung tadi.

Harry mendengar derit pintu membuatnya mengangkat kedua alisnya, Madam Pomfery kembali benar-benar cepat. Namun alisnya berubah mengeryit tidak suka ketika yang ia dapati di depan pintu sana bukan Madam Pomfrey melainkan Draco Malfoy.

Kini si pirang sudah berdiri di hadapannya dengan tatapan yang terpaku pada luka memar di perutnya lalu berpindah untuk menilik wajah Harry. Tanpa sadar ia menahan napasnya dan lagi-lagi perutnya melilit karena rasa bersalah.

"Potter, bukan kah seharusnya kau pergi ke rumah sakit?" tanya Draco yang dibalas dengusan oleh Harry.

Aku baik-baik saja

"Kau tidak terlihat baik saja"

Aku sudah terbiasa dengan hal semacam ini, akan lebih baik jika kau berhenti mencampuri urusanku, Malfoy.

Draco menyipitkan matanya berusaha keras untuk membaca tulisan Harry yang terlihat seperti resep dokter.

"Kau tahu, tulisanmu tidak kalah berantakan dari rambutmu, Pot-" Harry menunjukkan telapak tangan kanannya yang dililit perban dan mampu membuat Draco bungkam setelahnya.

Harry meringis ketika Draco menyambar tangan kanannya untuk kemudian ia lihat dengan seksama, Harry mendorong Draco dengan tangan kirinya tak lupa tatapan tidak suka juga ia lontarkan pada si pirang.

"Berhenti menatapku seperti itu, Potter. Asal kau tahu aku berbohong pada Porfesor Snape dengan mengatakan aku butuh pergi ke toilet demi memastikan kau baik-baik saja! Aku khawatir dan aku berniat menolong-" Draco menghentika ucapannya ketika ia sadar bahwa tidak seharusnya ia mengatakan itu semua.

Jika memang seperti itu, mengapa tidak melakukannya sejak awal? Mengapa kau hanya berdiri di depan sana dengan pandangan kosong? Aku mulai bertanya-tanya siapa yang pecundang sebenarnya di sini, aku atau kau, Malfoy?

Kali ini bukan hanya perutnya yang melilit, namun ia merasa seperti seluruh  tubuhnya diremat oleh sebuah tangan yang besar. Mungkin sudah saatnya Draco mengakui bahwa dirinya pengecut bukan main. Napasnya tercekat dan yang bisa ia lakukan hanya mengunci pandangan Harry berusaha memberi tahu lewat tatapannya bahwa ada banyak kata yang tidak bisa ia ucapkan begitu saja.

Kau tahu, aku mengagumimu.

Draco kembali menahan napasnya menunggu Harry yang tengah melanjutkan tulisannya.

Mengagumi bakat aktingmu lebih tepatnya. Kau memiliki banyak wajah dan aku selalu bertanya-tanya yang mana wajah aslimu sebenarnya.
Saat ini bisa saja kau bersikap seolah kau peduli, namun beberapa jam ke depan kau akan bersikap seolah aku adalah seonggok sampah yang harus disingkirkan.

"Mempercayaimu adalah hal yang tidak akan pernah aku lakukan," final Harry dengan suara seraknya sebelum akhirnya mengusir si pirang ketika kembali ia mendengar derit pintu, itu pasti Madam Pomfrey.

tbc

Alah sia boiii makin ngelindur aja alurnya

listen | drarry. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang