06:00

220 63 11
                                    

— 𝐏𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫𝐚𝐧 —

📍Vancouver, 2007.

Irana dapat nilai bagus!

Semester yang lalu, Irana mendapat nilai memuaskan, berkat belajar bersama Guntur dan Kak El. Bunda bilang ia bangga terhadap Irana, pun begitu Ayah.

Naik tingkat, dari kelas satu ke kelas dua, membuatnya harus kembali beradaptasi dengan keadaan. Syukurlah, Guntur masih sekelas dengannya dan kali ini mereka satu bangku. Irana senang karena Guntur pintar dalam semua pelajaran, entah kenapa otaknya bisa memproses pelajaran begitu cepat, sedangkan Irana butuh lebih banyak waktu. Sedikit nggak adil sebenarnya, tapi apa boleh buat, Guntur pun nggak curang atau melakukan perbuatan nggak baik.

Oh, oh! Irana dan Guntur bertemu teman baru, namanya Maple. Dia duduk tepat di depan Irana dan Guntur, anaknya sedikit berisik seperti Irana jika sudah merasa dekat dengan orang. Maple sering menanyakan pelajaran yang nggak dimengerti, sebenarnya bertanya kepada Irana juga, namun Irana nggak mengerti juga. Alhasil, Guntur yang selalu menjawab.

Awalnya Irana sebal karena Maple terlihat ingin merebut Guntur darinya. Tapi penilaiannya salah setelah Maple menawarkan sepotong sandwich kepada Irana. Juga, Maple duduk di sebelah Irana saat Guntur nggak masuk karena sakit.

Dan hari ini pertama kalinya Maple main ke rumahnya. Guntur turut hadir bermain, meski akhirnya dia malah bermain bersama Elrano. Alasannya karena Irana dan Maple sibuk berpura-pura menjadi peri, Guntur nggak mau ikutan jadi ibu peri.

"Putri Irana, jangan bersedih, ya. Karena peri Maple ada di sini. Aku akan memberikan tiga permintaan."

"Kenapa hanya tiga?" Irana bertanya dengan polos. Sejujurnya, ini pertama kalinya Irana bermain menjadi ibu peri. Biasanya ia harus menyesuaikan permainan mengingat Guntur dan Kak El nggak akan mau diajak bermain permainan yang lebih banyak mengandung unsur keperempuanan.

"Karena sudah peraturannya, Putri."

"Hmm, kalau begitu, pertama aku minta sepatu kaca."

"Tring, tring, tring." Maple memutar tubuhnya, memperagakan gerakan ibu peri yang ada di televisi.

Irana tersenyum lebar saat sepatu kaca milik Maple dipinjamkan untuknya. Mungkin ini alasannya Maple berkata tunggu sebentar dulu untuk mengenakan sepatu kaca.

"Lalu yang kedua?" tanya Maple dengan wajah serius.

"Hmm. Aku mau pancakes!"

Maple tampak panik. Pasalnya, ia nggak bisa mengabulkan permintaan Irana yang ini. Ia nggak bisa masak sendiri, menyalakan kompor di rumahnya saja nggak sampai apalagi memasak. "Irana, ganti permintaannya. Aku tidak bisa mengabulkan."

Irana terkekeh. "Tenang. Ayo ikut aku." Irana menggandeng tangan Maple untuk menemui Kak El dan Guntur yang sedang bermain PS2 yang baru saja Bunda belikan untuk Kak El karena ia mendapat gelar lulusan terbaik di sekolahnya.

"Kak, aku mau pancakes."

Elrano yang mendengar serentet kalimat itu langsung berdiri. "Oke, Irana mau rasa apa?"

"Aku mau pakai syrup maple."

"Kalau Maple mau rasa apa?" Elrano menekuk lututnya, menyamaratakan tinggi tubuhnya dengan dua anak perempuan lucu ini.

"Cokelat ada tidak?"

"Tentu saja ada!" Elrano mengusap puncak kepa Irana dan Maple bersamaan. "Guntur mau pancakes nggak?"

"Aku sama kayak Irana, Kak."

Nggak butuh satu jam, tiga puluh menit pancakes telah tersaji di atas meja makan. Irana melahap paling cepat makanannya, ia sudah menghabiskan makanannya, sementara Maple dan Guntur masih menikmati pancakes buatan Elrano dengan saksama.

Ketika semua makanannya habis, Irana dan Maple kembali bermain. Melanjutkan permintaan selanjutnya.

"Kesempatan terakhir, Irana. Permintaan ketigamu?"

"Aku ingin bertemu pangeran."

Maple kebingungan, lantas ide tiba-tiba muncul. "Kau tunggu di sini. Akan kubawakan pangeran yang kau inginkan." Maple membantu Irana untuk duduk di sofa.

Irana setia menunggu dan nggak berapa lama dari itu, Maple kembali dan mengajaknya pergi. Menuntun Irana yang disuruh menutup mata.

"Siap, ya?" Tangan Maple masih bertengger untuk menutup mata Irana. "Saat aku buka, kau bisa membuka matamu."

"Oke."

"Satu ... dua ... tiga." Maple melepas tangannya. "Tada!"

Irana terdiam melihat Guntur yang didandani layaknya pangeran. Lalu alisnya mengernyit. "Ih, Guntur mah bukan pangeran!"

[]

DEER'S

Hai, hai! Gimana?

Aku sedang berusaha menyelesaikan ini. Meski agak terburu-buru, aku harap ceritanya masih tetap seru ya hehe. Aku akan menumpahkan seluruh ideku untuk meneruskan kisah Guntur-Irana.

Jangan lupa vote dan komen!

Sejauh ini kalian lebih suka sifat Irana atau Guntur? Atau mungkin Kak El ehehehhe.

Kira-kira yang cocok jadi Maple sama Kak El siapa ya? Hmm.

Hope you enjoy it!

✔️when i realizedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang