- 𝐊𝐚𝐦𝐮 𝐬𝐨𝐤 𝐤𝐮𝐚𝐭, 𝐌𝐚𝐩𝐥𝐞 -
📍Vancouver, 2014.
Irana rasa semua orang yang ditakdirkan berada di dekatnya secara perlahan ditarik kembali. Semua orang yang datang hanya untuk pergi.
Irana menatap nanar batu nisan di depannya. Guntur sudah memeluk Irana sedari tadi, Irana belum mengeluarkan air mata dan hanya memberi tatapan kosong. Guntur mengusap rambut Irana lembut.
Meski sekarang Guntur mengusap rambutnya, berada di dekatnya, tapi kenapa Irana selalu merasa jauh?
Belum lagi Maple yang selalu merapalkan kata aku tidak apa-apa setiap dirinya datang ke rumah gadis itu, nyatanya arti tidak apa-apa bagi Maple itu ada apa-apa. Kenyataan yang menamparnya tepat di muka. Maple nggak sekuat itu, tapi dia sok kuat. Irana benci Maple sok kuat.
"Katanya kita mau ke kolam berenang yang baru buka musim panas nanti. Kok kamu malah pergi?" Jelas nggak ada yang bakal mengerti ujaran Irana barusan. Hanya Janan dan Guntur yang berada di sampingnya yang mengerti. "Kamu janji kan sama aku mau kasih aku kado di hari ulang tahunku nanti? Mana? Aku tagih loh janjimu."
"Aku nggak butuh kado Maple. Aku butuhnya kamu. Jangan pergi." Irana meledak. Akhirnya dia menangis setelah orang-orang mulai meninggalkan pemakaman. "Katanya nggak akan ninggalin aku sendiri?"
"Dan kenapa kamu terus bilang nggak apa-apa? Kenapa kamu nggak bilang aja kalau kamu kesakitan? Kamu sok kuat, aku nggak suka."
"Aku nggak suka kamu sok kuat, Maple!"
"Irana, udah yuk. Ayo kita pulang." Guntur mendekap gadis yang mulai di luar kendali itu. Dibantu Janan yang ikut menenangkan Irana.
Irana jatuh ke pelukan Janan seraya menangis kencang. Chloe menahan tangisnya melihat Irana. Belakangan ini Irana menyimpan semuanya sendiri, Chloe sadar akan itu. Tapi Janan dan Chloe hanya bisa menunggu Irana untuk bercerita.
__
Ponselnya sudah berbunyi berkali-kali. Pikirnya, paling juga teman-temannya atau Guntur. Ia sungguh sedang nggak ingin diganggu sama siapapun. Hanya ingin sendiri.
Ketujuh kalinya ponsel itu bergetar, Irana beranjak meraih ponselnya. Membaca nama yang tertera.
Kak El.
Irana mengangkat panggilan masuk tersebut. Dengan nada sedatar mungkin, ia berusaha menahan tangisnya. "Kak El?"
"Rana.." Sungguh Irana ingin menghambur ke pelukan Kak El. "Rana baik-baik aja, kan?"
"Baik."
"Nggak ada yang mau diceritain sama Kak El? "
"Enggak."
"Yakin? Padahal Kak El lagi luang loh, besok soalnya Kak El nggak bisa ditelpon."
"Yakin."
"Oke deh kalau begitu, Irana jangan lupa makan ya. Jangan nggak makan, oke? Nurut sama Bunda biar Bunda nggak khawatir, ya. Kak El tutup, ya? "
"Kak."
Di seberang sana Elrano tersenyum miris. Mendengar suara sedih Irana saja ia ingin menangis, apalagi jika melihat wajah sembab adik kesayangannya itu.
"Rana salah ya, Kak?"
"Kenapa? Kamu emang berbuat apa?"
"Kenapa orang-orang yang Irana sayang selalu ninggalin Irana? Emang aku salah apa?"
Ya Tuhan. Rasanya Elrano ingin memesan tiket untuk menemui adiknya di Vancouver.
"Kata siapa? Siapa yang ninggalin? Kakak tetap ada untuk kamu buktinya?"
"Kata siapa?" ujar Irana. "Kakak nggak tau apa yang Irana rasain sekarang. Kakak juga nggak tahu kan kalau Irana lagi suka sama orang. Kalau Kakak ada untuk Irana, Kakak tau semua tentang Irana, bukan?"
"Irana ngerti Kakak ikut Ayah. Tapi ... saat Irana telpon Kakak dua minggu lalu, Kakak nggak ada. Aku memaklumi kalau Kak El sibuk, tapi seenggaknya Kak El nelpon balik, bukan?"
"Kalau Kak El ada, kenapa rasanya Irana selalu sendiri?" Isak tangisnya terdengar di telinga Elrano, hatinya sakit bukan main mendengar perkataan adiknya. Irana berubah, entah hilang ke mana Irana ceria yang selalu bisa mengungkapkan semua hal yang dia rasakan. "Kalau Guntur ada, kenapa aku terus ngerasa nggak punya temen?"
"Aku cuma bisa cerita sama Kak El dan Guntur. Tapi ... kalian pergi."
[]
DEER'S
Aku nangis:) ini part yang menguras emosiku hiks.
Gimana kalian setelah baca ini? Ada yang pernah ngerasain hal yang sama?
Aku nggak tau harus nyampein apa lagi. Jadi, seperti biasa aja. Hope you enjoy!
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️when i realized
Fanfiction🏅The winner of JMM WEEK (Fanfiction). Irana membenci Guntur! Entah guntur di langit atau Guntur yang selalu mengintilinya setiap waktu hanya untuk mengusilinya. Intinya, Irana benci Guntur apa pun yang terjadi. [JINRENE LOKAL] ©Short Story by BBYD...