10:00

190 52 3
                                    

— 𝐉𝐞𝐧𝐠𝐤𝐞𝐥 —

📍Vancouver, 2011.

Besok Irana akan pergi darmawisata bersama teman angkatannya yang lain! Kelas Guntur juga ikut, juga kelas Maple dan Chloe. Mereka berbeda kelas di tahun ini. Syukurlah Irana tetap bersama Janan.

Janan bilang besok dia akan membawa mie goreng dari Indonesia. Indomie memang terbaik!

Irana mengecek ulang catatannya, dibantu dengan Bunda yang dari tadi merapikan tasnya. Irana hanya perlu mencari barangnya dan Bunda yang merapikannya di tas. Sore tadi Irana sudah mencoba, tapi nggak bisa, hasil tasnya malah jadi gendut seperti Moko - kucing yang diberikan ibu Guntur saat ulang tahun Maret lalu. Mungkin Guntur cerita bahwa Irana ingin kucing tapi Bunda nggak mau kasih uangnya buat beli, Irana juga nggak punya uang buat beli, akhirnya hanya ngedumel di depan Guntur.

"Lihat, Ran. Moko mau ikut darmawisata." Irana berlari ke kamarnya dan melihat apa yang Bunda katakan. Sontak Irana tersenyum geli dan mengangkat Moko ke gendongannya.

"Moko mau ikut?"

"Meong."

Bunda dan Irana tertawa bersamaan. Sepertinya, kapan-kapan Irana harus membawa Moko jalan-jalan.

__

"Itu tadi adik kamu?" Irana menatap anak laki-laki yang sedang menangis di luar bis.

Janan mengangguk. "Iya." Janan ikut menatap adiknya yang nggak berhenti mengeluarkan air mata. "Emang suka gitu dia."

"Gitu gimana?"

"Kalau aku pergi sering nangis, tapi kalau di rumah aku diusilin mulu."

Ah, Irana jadi teringat Kak El. Irana selalu menangis saat Kak El pergi, tapi jika di rumah Irana selalu menyembunyikan barang-barang Kak El dan menyuruhnya menemukan barang itu. Semacam permainan hide and seek tapi dengan barang.

Irana tertawa. "Aku juga gitu."

"Sama Kak El?" Irana sudah sering cerita tentang Kak El kepada teman-temannya, bahkan Chloe penasaran dengan Kak El yang begitu perhatian dan sabar - karena Irana cerita begitu dan nyatanya Kak El memang sesabar dan seperhatian itu.

"Iya. Kalau Kak El nggak jemput aku, aku bakal ngambek seharian. Pokoknya kalau Bunda jemput, Kak El harus ikut."

"Ih, sama banget sama Rayasa." Janan dan Irana tertawa.

Mungkin ini sebabnya Iranan paling nyaman berbincang dengan Janan, dia terlihat lebih dewasa karena anak pertama. Berbanding terbalik dengan Irana yang manja dan rewel.

"Sampe lupa, Ran. Mie-nya!"

"Oh iya!"

Janan membuka bekalnya. Mamanya memasak dua bungkus mie goreng karena Janan ingin berbagi dengan Irana. Karena Janan sudah membawa mie goreng, Irana memilih membawa nasi goreng.

"By the way, Ran. Guntur punya temen baru, ya?"

"Hah? Siapa?"

"Itu, perempuan itu. Keliatannya akrab banget."

"Oh, itu. Zoey namanya. Murid baru yang pinter itu," jelas Irana. "Kamu denger kan yang katanya kelas sebelah ada murid pindahan yang pinter?"

"Iya. Dia orangnya?"

"Iya."

"Kamu nggak ngerasa apa-apa gitu, Ran?"

"Ngerasa apa?"

"Kesel, mungkin?"

"Kenapa harus?"

"Aku soalnya kalau ngeliat kamu deket banget sama temen baru aja suka kesel. Nggak tau sih, mungkin aku aja."

Entahlah. Irana juga nggak paham. Meski memang rada menjengkelkan.

[]

DEER'S

Hai!

Masih antusias kan? Mana suaranyaaaa?

Sedikit lagi work ini tamat. Kita akan berpisah dengan Irana dan Guntur, juga Kak El:(

Tapi gapapa, nanti tanggal 1 Januari bakal rilis chapter 1 dari work baru aku yang judulnya Getting Harder. Kalau suka, silakan klik read hehe. Aduh, promosi mulu aku di mana-mana.

Dan hope you enjoy this story!

✔️when i realizedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang