— 𝐀𝐩𝐚𝐤𝐚𝐡 𝐏𝐚𝐧𝐭𝐚𝐬? —
📍Vancouver, 2013.
Kondisi Maple semakin memburuk. Dia hanya datang ke sekolah sekali atau dua kali perminggu. Irana sering menjenguk dan menyalin catatan untuk Maple agar dia nggak ketinggalan pelajaran jika sembuh. Irana tahu Maple sedang berjuang melawan penyakitnya dan sakit sekali rasanya setiap Irana datang ke rumahnya, kondisinya semakin menurun.
Tahun ini Irana sekelas dengan Guntur, sebab Irana berjuang mati-matian belajar. Dan benar saja, Irana berhasil masuk di kelas yang sama.
Irana senang bukan main waktu Guntur memilih duduk di sebelahnya. Tapi Irana nggak tahu sejak kapan jantungnya berdegup kencang setiap melihat dan berbicara dengan Guntur. Irana rasa ada yang aneh dengan dirinya.
__Salju seputih susu bertebaran di setiap jalan. Kanada sedang dilanda musim dingin, yang artinya sebentar lagi libur telah tiba. Irana menginjakkan kaki ke salju dengan hati-hati.
Mereka menuju kafe baru. Ya, Guntur dan Irana akhirnya berkunjung ke kafe yang tahun kemarin baru buka. Irana sudah pernah menjelajahi setiap sudut kafe, sudah hafal betul isinya. Tempat biasa yang ia dan teman-temannya habiskan waktu.
Irana duduk di seberang Guntur yang tengah melihat menu. Irana menatap Guntur, dia nggak paham dari mana perasaan aneh inu berasal, yang pasti sekarang perutnya seperti ada kupu-kupu berterbangan. Selalu. Setiap menatap Guntur belakangan ini selalu begitu.
"Ran, ada yang recommended?" tanyanya menatap mata cokelat tua milik gadis di depannya. "Ran?" ulang Guntur melihat Irana nggak merespon sama sekali.
"Hah? Apa?"
"Ih, bengong dia. Ada yang recommended nggak di sini? Kamu sering ke sini, kan?"
"Iya, kok kamu tau?"
"Sering liat. Kebetulan sering lewat sini kalau pulang."
"Loh, muter jalan dong?"
"Iya. Aku les bareng Zoey di rumahnya. Rumahnya di sekitar sini."
Ah, begitu. Irana mengangguk-angguk. Sesungguhnya, Irana nggak ingin mendengar nama itu di manapun sekarang. Cukup di sekolah dia sering mendengar nama itu, di sini jangan juga. Apalagi kalau keluar dari mulut Guntur, rasanya ingin marah tapi nggak tahu apa yang harus dimarahi.
"Bagels di sini enak. Hot chocolate-nya juga, pakai cokelat belgia."
"Oke, aku pesen itu aja deh. Aku yang pesenin, kamu pesen apa?"
"Samain aja, Tur."
Guntur menyahut sekilas dan melangkah menuju kasir untuk memesan serta membayar pesanan.
Guntur kembali, kali ini wajahnya lebih sumringah.
"Ran, aku mau cerita, boleh?"
"Boleh. Cerita apaan emang? Ada orang yang kamu suka?" ledek Irana yang mengejutkannya Guntur malah terdiam. Dia sungguhan? "Serius?"
"Hmm. Bisa dibilang gitu, sih."
"Siapa? Zoey?"
"Kayaknya kamu yang paling tau aku ya, Ran."
Air matanya mendesak untuk keluar tanpa alasan. Irana nggak tahu kenapa juga ia ingin menangis di saat temannya menemukan orang yang disuka.
Ataukah ... dia menyukai Guntur? Apakah boleh menyukai teman yang dari kecil bersamanya? Apakah pantas?
Irana rasa dirinya harus mengubur rasa ini sedalam-dalamnya jika bisa. Ia nggak mau membuat Guntur membenci dirinya. Ia juga nggak mau rasa ini merusak pertemanan mereka yang sudah terjalin sembilan tahun lamanya.
[]
DEER'S
percaya sama pertemanan cowok dan cewek, nggak? aku sih enggak wkwk. pasti salah satunya ada yang menyimpan rasa 😬
dikit lagi mencapai ending💃
Hope you enjoy!
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️when i realized
Fanfiction🏅The winner of JMM WEEK (Fanfiction). Irana membenci Guntur! Entah guntur di langit atau Guntur yang selalu mengintilinya setiap waktu hanya untuk mengusilinya. Intinya, Irana benci Guntur apa pun yang terjadi. [JINRENE LOKAL] ©Short Story by BBYD...