10. PAINFUL ( JODOH ) - END

5.8K 477 350
                                    


  
    
Oke ini END yah😭
  
  
Juga, ini panjang dan membosankan😭 banyak narasinya dari pada dialog. Semoga kalian nggak bosen🙏🏼
   

Selamat membaca. Warning banyak typo ❤

~~~~~~~~




Rissa tau, apa yang di lakukannya di masa lalu memang tidak bisa di benarkan. Dulu, Rissa hanya terus menuruti egonya untuk terus mempertahankan Elang dan cintanya. Itu salah. Rissa tau. Lalu, meskipun di masa sekarang apa yang didapatkannya terjadi seperti cerminan perbuatannya di masa lalu, Rissa sama sekali tidak menyesali karena telah mempertahankan Elang-nya hingga saat ini.

Yah! Rissa memang bodoh. Itu juga yang selalu Rissa dengar dari mulut segerombolan orang-orang di sekitarnya, yang sebenarnya tidak terlalu mengenal bagaimana Rissa yang sesungguhnya. Orang selalu bicara seenaknya dan mengomentari apa yang di sudah menjadi keputusan hidupnya.

Yah! Mereka bebas berpendapat. Mereka boleh berkomentar semaunya, karena sesungguhnya itu tidak akan mengubah keputusan apapun yang sudah Rissa ambil. Mereka boleh mengatai Rissa semaunya. Mereka boleh memanggil Rissa wanita bodoh karena sudah memberikan kesempatan kedua pada lelaki yang jelas-jelas sudah mengkhianatinya.

Rissa berterima kasih atas semua simpati yang didapatnya. Rissa mencoba memahami, semua ocehan dan pendapat yang diterimanaya adalah bentuk sebuah kepedulian dari sesama umat manusia. Rissa paham akan perasaan itu.

Orang-orang boleh berkomentar apa yang mereka suka. Mereka bebas melakukan itu. Tapi, mereka tidak berhak untuk menghakiminya dan Elang. Meraka tidak berhak menentukan jalan cerita hidup Rissa ke depannya. Karena sesungguhnya, mereka tidak benar-benar merasakan apa yang Rissa rasakan sekarang ini. Mereka hanya melihat, lalu berempati padanya seakan mereka ikut menjadi korban atas apa yang Rissa alami.

Mereka ikut merasakan sakit, tapi mereka tidak benar-benar merasakan bagaimana berada di posisi Rissa.

"Mbak --"

Rissa menoleh. Tersenyum manis saat mendapati sosok Retta yang berdiri di ambang pintu kamarnya dengan raut cemas yang tidak bisa ditutup-tutupi.

"Jangan yah mbak?" Retta mulai berjalan mendekati Rissa yang duduk tenang di pinggir ranjang. "Biar Retta aja yang nemuin. Mbak istirahat aja"

Rissa terkekeh renyah. "Kamu loh dek, emangnya mau ngapain menuin dia?" Rissa bicara dengan nada geli. "Emangnya bisa ngadepin Sella? Dia mulutnya berbisa loh"

Retta mendengus keras-keras. Wajah ayunya nampak begitu imut ketika sedang merajuk seperti ini.

"Retta udah dua puluh loh, mbak. Kalau soal mendusa itu mah, gampang" sambil mendengus, Retta berujar percaya diri. "Dia mah modal bacot doang. Lagian, tuh lampir nggak tau malu yah. Bisa-bisanya datang bertamu ke mari tanpa merasa bersalah sedikitpun"

Rissa hanya bisa geleng-geleng kepala medemgar sungutan Retta yang begitu membenci Sella. Adiknya itu seakan lupa, bahwa apa yang di lakukan kakanya di waktu silam, tidak jauh berbeda dengan apa yang Sella lakukan saat ini.

"Mulutmu itu loh, dek" Rissa menepuk pelan lengan Retta. "Jangan terlalu benci sama seseorang. Nggak baik"

Lagi-lagi Retta mendengus. "Iya. Iya. Tau kok. Tapi kalo orangnya nggak tau malu kaya si mendusa itu, yah nggak apa-apa dong mbak"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOVE THING  [ HUNLISA ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang