Menahan Tangisan

10 3 0
                                    

Hari minggu siang sepulang latihan karate, Nana berjanjian dengan para sahabatnya. Vania yang berulang tahun, mengajak Nana, Neneng, Maya, dan Nuri untuk makan di salah satu resto pizza & pasta yang berada di salah satu mall.

"Happy birthday Vania" ucap Neneng yang membawa kue ulang tahun berbentuk bulat dengan enam buah lilin kecil di atasnya. Disusul ucapan selamat dari empat sahabat lainnya.

"Thank you all" jawab Vania yang terharu sambil cipika-cipiki ala anak cewek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Thank you all" jawab Vania yang terharu sambil cipika-cipiki ala anak cewek.

Birthday lunch diselingi dengan obrolan seputar sekolah, cerita-cerita seru, hingga gebetan pastinya. Nana pun tak luput dari desakan penasaran teman-temannya yang menanyakan kelanjutan hubungannya dengan Tana.

Nana bercerita tentang kencannya kemarin, hingga pulang ke rumah. Tentunya dengan nge-skip pertikaian antara Meita dan genk-nya. Bagaimana pun juga itu masalah mereka, Nana yakin lambat laun gosip perselisihan itu akan tersebar di sekolah.

Selesai makan, mereka melanjutkan kegiatan kebersamaannya dengan berjalan mengelilingi mall. Seperti kebiasaan sebagian besar remaja perempuan, mereka mampir ke beberapa store pakaian, hingga toko buku dengan tanpa membeli satu pun di sana. Cuci mata? Yes yang penting happy.

"Na, itu si Tana kan?" ucap Nuri yang membuat Nana dan ketiga anak lainnya menoleh ke arah telunjuk Nuri.

Deg!

Nana merasakan pukulan kencang dalam dadanya saat melihat Tana duduk berhadapan dengan seorang wanita berambut panjang di sebuah coffee shop. Terlihat wanita itu menggenggam tangan Tana, namun tak nampak penolakan dari pria itu.

"Itu ceweknya siapa?" tambah Neneng.

"Samperin deh!" timpah Vania dengan kesal.

"Jangan!" cegah Nana dengan tangan yang menahan jalan Vania.

"Kenapa Na?" tanya Vania sebagai tanda protesnya.

"Gw.. gw kan..." Nana memejamkan mata untuk menahan air matanya "Gw kan bukan pacarnya dia, kita nggak pernah ada komitmen" lanjut Nana.

"Shit!" jawab Vania, sedangkan Neneng beranjak memeluk Nana.

"Kita duduk di sana aja, mumpung kosong yuk" ajak Maya yang menunjuk bangku panjang di sisi kiri.

"Nah lo tenangin diri dulu di sini. Kita siap dengerin dan bantu lo" ucap Vania sambil mengelus bagian belakang kepala Nana.

"Gak habis pikir deh sama sikap Tana kemarin sama lo! Jijik gw! Ternyata buaya! Jaim banget kalau di sekolah, taunya busuk!" Nuri yang berdiri sambil melipat tangan di depan dada.

Neneng menatap Nuri sambil menempelkan telunjuk di bibirnya, seperti meminta Nuri untuk diam. Nuri yang paham berkata "Sorry, gw kelepasan" yang dijawab anggukkan oleh Neneng.

Coreana Agashi (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang