Pangeran Sekolah

10 3 0
                                    

"Teh nggak sarapan dulu" Ibu setengah berteriak dari dalam rumah saat anaknya sudah berjalan di teras.

"Masih kenyang Bu. Teteh juga kan bawa cookies, jadi kalau lapar tinggal ngemil. Assalamu'alaikum" ucap Nana saat menutup pagar.

"Wa'alaikumsalam" jawab Ibu, lalu menutup kembali pintu rumah.

Pagi ini Nana berangkat dengan penuh semangat, namun diliputi kegugupan.

Derap langkah suara sepatu sneakers converse hitam yang mulai lusuh itu, menyusuri jalanan kompleks yang hampir setiap hari menjadi rute pijakannya. Terpaan angin kencang dan dingin saat memasuki musim penghujan, menjadi alasan bagi para pejalan kaki di sekitar untuk mengenakan outer ataupun atasan berlengan panjang.

Nana hampir sampai di ujung jalan kompleks menuju jalan utama yang dilalui angkutan umum. Hingga saat ia berbelok ke arah kanan, nampak seorang yang bisa membuat irama jantung Nana derdetak kencang. Ia tersenyum ke arah Nana, yah dia pria berjaket hitam dengan motor sport berwarna senada yang bisa membuat hampir semua wanita menempel seperti nasi dengan prangko.

 Ia tersenyum ke arah Nana, yah dia pria berjaket hitam dengan motor sport berwarna senada yang bisa membuat hampir semua wanita menempel seperti nasi dengan prangko

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semakin Nana berjalan mendekat, semakin kencang debaran jantungnya. Nana mencoba menarik nafas beraturan, agar semua terlihat kembali seperti biasa.

"Koq dia nggak pakai seragam? Bukannya kemarin pas bonceng gw pake motor bebek ya? Sekarang kenapa jadi pake motor sport gini?" batin Nana yang khawatir.

"Hai Tana, koq ga pake seragam?" tanya Nana yang bersyukur karena mendapatkan alasan untuk menyapanya.

"Hai Na. Kemarin gw nginap di rumah teman, belum sempat pakai seragam. Nanti gw ganti di pom bensin dekat sini aja" jawab Tana.

"Oke, gw naik sekarang Tan?" tanya Nana yang mencoba menyamarkan getaran pada suaranya.

"Naik minggu taun depan aja Na!" jawab Tana, lalu ia memakai helm.

"Yee orang nanya beneran ih" jawab Nana dengan wajah sebal.

"Lagian pertanyaan lo aneh. Udah cepet naik!" Tana menyerahkan helm pada Nana.

"Tan, motor lo tinggi amat?" Nana yang sudah memakai helm masih meragu untuk naik ke atas motor Tana. Sejujurnya, ini merupakan pengalaman pertama Nana berboncengan dengan pengendara motor sport. Ia juga sebenarnya tidak menyukai diboceng dengan motor sejenis ini, karena jelas sangat tidak nyaman dan aman. Nana lebih memilih berboncengan dengan motor bebek atau matic biasa.

"Pegangan ke sini" Tana menunjuk ke arah pundaknya.

"Duh gw harus megang pundak Tana gitu? Ga ada cara lain apa?" batin Nana yang masih memikirkan cara lain untuk bisa duduk di sana.

"Na koq belum naik kenapa? Mau gw bantu" Tana hendak turun, namun Nana segera mencegahnya "Eh nggak usah Tan" Nana mengcengkram keras kedua pundak Tana sambil bertumpu di sana, kemudian ia mulai memposisikan duduk ternyaman sambil menutup paha yang terangkat dengan tas ranselnya.

Coreana Agashi (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang