How Do I

10 2 2
                                    

Sudah hampir semalaman hujan tak kunjung mereda bagaikan pertanda alam untuk sang gadis yang sedari tadi hanya duduk memandang ke arah jendela kamar yang terbuka. Ia membiarkan hawa dingin menyeruak ke dalam kamarnya.

Nana menyetuh rangkaian tulip putih pemberian Tana sebelum akhirnya mereka berpisah di depan rumah. Seakan bunga ini merupakan simbol dari sebuah harapan di setiap pertemuan hingga perpisahan mereka.

Sembab pada mata dan kemerahan pada beberapa bagian wajahnya menjadi bukti dari tangisannya. Sudah hampir satu minggu saat pertemuannya dengan Tana, Nana hanya membaca ulang buku diary semasa SMA-nya. Mungkin sudah lebih dari 3 kali ia terus mengulang membacanya tiada jemu.

Nana berdiri lalu berjalan menuju sebuah gantungan dengan kebaya berwarna biru muda tergantung di sana. Ia memandang kebaya itu, lalu menyentuhnya perlahan sambil memerhatikan beberapa detail payet yang terpatri.

"Besok aku harus pakai ini ya? kenapa ini rasanya sangat sakit Ya Tuhan?" Nana bicara pada dirinya sendiri.

"Ini rasanya jauh lebih sakit daripada saat Tana pergi dengan Arsya. Ini lebih sakit karena sebenarnya gw bisa aja bilang sama Ibu buat batalin perjodohan ini, tapi gimana perasaan Ibu? Gw gak boleh egois, Tana udah berulang kali nyakitin gw, tapi Ibu selalu tulus menyayangi gw. Haruskah gw sekarang mengangkat keinginan bersama Tana ketimbang menyenangkan Ibu?" Nana seolah berdiskusi dengan dirinya sendiri.

TOK
TOK
TOK

"Teh, ini Ibu. Boleh ibu masuk?" suara ibu dari luar pintu kamar Nana.

"Sebentar Bu" Nana dengan cepat meraih selembar tisu untuk mengusap segala jenis cairan di wajahnya.

CEKLEK

"Masuk Bu" Nana membuka pintu dan mempersilakan ibu masuk.

Nana mendukkan wajahnya sebagai usaha untuk menyembunyikan jejak tangisnya di sana. walaupun terlihat sia-sia karena ibu pasti menyadarinya.

"Kam kenapa Teh? Sok atuh cerita sama Ibu" Ibu berkata sambil mengusap sayang sebagian kepala Nana.

"Nggak apa-apa Bu. Ibu seneng kan Nana akhirnya mau dilamar besok"

"Iya Ibu seneng, tapi kayaknya itu koq kadi beban buat kamu?" tanya ibu lagi sambil mengusap sebelah pipi putrinya. "Ibu bahagia kalau Teteh bahagia juga"

"Iya Bu, aku bahagia koq" ucap Nana yang sebenarnya sangat ingin menceritakan perasaannya pada Ibu, namun sudah terlambat, ia tak mungkin meminta Ibu secara sepihak dan mendadak untuk membatalkannya. Melihat kesiapan rangkaian acara dari keluarga Nana maupun besan yang pasti sudah melakukan persiapan acara besok. Tenda sudah terpasang di halaman, para keluarga besar sudah berkumpul dan membantu keluarga Nana untuk menyiapkan aneka hidangan. Banyak hal yang harus Nana pertimbangkan daripada keegoisan pribadinya.

"Ya udah kamu tidur ya Teh" perintah Ibu.

"Iya Bu, makasih ya. Nana sayang Ibu" Nana berpelukan dengan ibu sebelum ibu keluar.

Nana merebahkan dirinya di atas tempat tidur.

Drrrtt

Ponselnya bergetar, terlihat 1 panggilan video di sana. Nana berpikir sejenak untuk menerimanya atau tidak panggilan dari calon suaminya itu.

"Halo Zain" jawab Nana saat panggilan video mereka sudah terhubung.

🌹🌹🌹🌹

🌹🌹🌹🌹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Coreana Agashi (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang