Jadi apa Juna benar-benar tidak pulang? Jawabannya tidak. Dia pulang, tetapi dia hanya sebentar di rumah dan pergi ke Yogyakarta.
Katanya, dia mau menyelesaikan permasalahan yang ada. Akmal saja sampai tak habis pikir dengan pemuda itu.
"Ngapain sih, Jun?"
"Menyelesaikan masalah."
"Bukannya nambah masalah?"
Juna yang sedang sibuk mengetikkan pesan di ponsel pada Yohan jadi menoleh pada Akmal.
"Gue harus mastiin sesuatu, Mal."
"Apa? Ini kan masalah mereka ya biar mereka aja."
Pandangan Juna lurus ke depan sebelum akhirnya membalas perkataan Akmal. "Gue harus mastiin Hanin bahagia dulu. Baru gue bisa mikirin diri sendiri."
...
Saras heran saat melihat putranya pulang, bukannya pemuda itu bilang mau membantu kakak tingkatnya di kampus?
"Loh acaranya ngga jadi, Van?"
"Jadi Ma, tapi panitianya udah pas jadi aku ngga ikut."
"Ohh, terus ini beres-beres mau kemana?"
"Mau ke Jogja, Ma."
"Sekarang banget? Kamu baru sampai rumah kemarin loh."
"Iya Ma, udah bilang sama Yohan."
"Udah bilang papa belum? Oiya itu Yohan apa kabar? Udah lama ngga ke rumah. Cuma Hanin aja yang masih suka mampir."
Juna menghentikan aktivitasnya dan beralih melihat mamanya. "Nanti papa pulang aku izin. Yohan baik kok Ma, cuma emang sibuk gitu katanya."
Saras mengangguk mengerti. "Dadakan gitu awas papa ngga bolehin. Titip salam ya Van, sama Yohan, oiya Hanin juga."
"Pasti bolehin Ma, 'kan aku udah gede."
Saras berdecak pelan. "Gede apanya? Dimata mama kamu masih anak kecilnya mama."
Juna tertawa mendengarnya. Benar sih, mau sebesar apapun kita, kita akan tetap jadi anak kecil di mata orang tua apalagi Mama.
Saras tersenyum hangat, perlahan dia mengelus rambut putranya. "Lakukan yang terbaik, Rezvan. Mama percaya kamu."
Juna menghentikan tawanya dan melihat ke arah mamanya bingung. Jadi, beliau tahu? Apa Akmal mengatakan sesuatu?
"Bukan dari Akmal atau yang lain. Tapi kamu, 'kan putra mama makanya mama tahu."
"Mama tahu kamu sedang bingung, Rezvan. Tapi mama juga tahu kamu bisa."
Juna tidak mengatakan apapun, dia hanya memeluk mamanya erat. Memang naluri seorang ibu itu tidak pernah salah.
Saras menepuk-nepuk pelan punggung putranya. "Kamu masih punya uang ngga? Mau sangu berapa?"
Juna menggeleng dalam pelukan mamanya. "Ngga usah Ma. Rezvan masih punya uang kok hasil lomba dulu."
Saras melepas pelukannya dan meletakkan tangannya di bahu putranya. "Itu uangnya kamu tabung aja. Jangan dipakai semua."
Juna baru akan membuka mulutnya saat terdengar klakson mobil. Juna tahu papanya pasti sudah pulang.
"Sana bilang papa dulu."
Juna mengangguk dan melangkahkan kakinya keluar. Saras berbalik dan melihat putranya sudah berjalan menuju teras rumah. Kini Saras ganti membuka koper yang akan dibawa Yeonjun dan memasukkan beberapa lembar uang yang sudah dia lipat rapi di sana. Setelahnya segera dia tutup kembali saat merasa ada langkah kaki mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Congratulation✓
General FictionFeat Choi Yeonjun and Hwang Yeji (local name) About Jiya who loves someone that look at her as his little sister. © Freyy03 2020