congratulation 14

160 31 0
                                    

Hari ini adalah hari kelulusannya. Tadi pagi orang tuanya menghubunginya, katanya mereka mungkin sampai Jakarta jam delapan, berarti kemungkinan bisa sampai di Bandung jam sepuluh, sedangkan acara kelulusan Jiya dimulai jam sembilan. Ya sudah, tidak apa-apa. Jiya bersyukur orang tuanya tetap bisa hadir.

Sekarang Jiya dan Lia sudah bersiap berangkat menuju kampus, lengkap dengan kebaya dan juga toga. Kembarannya tadi juga bilang kalau mereka sebentar lagi berangkat, katanya masih nunggu satu orang lagi. Jiya berpikir, mungkin orang yang dimaksud Tama itu Surya. Namun, ada satu yang mengganjal. Apa Juna akan datang?

Mungkin Jiya terlalu khawatir, padahal ini baru jam enam. Namun, siapa sangka ternyata orang yang dia pikirkan menelponnya.

"Halo, Kak."

"Acaranya jam berapa?"

"Mulainya jam sembilan. Hmm, kakak datang?"

Terjadi hening sebentar membuat Jiya takut dengan jawabannya.

"Dateng. Ini kakak mau absen pagi terus berangkat."

"Serius?"

"Iya, Jiya."

Jiya tersenyum senang, ah tetap saja hari ini memang hari yang baik.








Upacara kelulusan sudah selesai. Jiya dan Lia tidak duduk bersama, tentu karena jurusan mereka berbeda. Jiya menatap aula kampusnya takjub, ah akhirnya dia lulus. Jiya menolehkan kepalanya dan melihat kembarannya itu berjalan mendekat dengan Kirana, pasti Surya pergi menghampiri Lia.

"Kiranaaa." Jiya sedikit berteriak dan berjalan mendekat ke arah Kirana dan kembarannya itu. Segera dia memeluk Kirana yang balas memeluknya juga. "Happy graduation!"

"Yaelah gue di sini ngga keliatan apa?"

Jiya melirik sinis ke arah Tama dan berbisik ke arah Kirana. "Ada yang ngomong ngga sih? Kok ngga keliatan?"

Tama dengan kesal menyentil kening Jiya.

"Sakit Tama!"

Kirana tertawa melihat kembaran yang tidak pernah akur itu. "Sini Ji gue fotoin lo."

Jiya menggeleng. "Ngga ah. Gue foto sama lo aja. Males amat sama Tama."

"Milis imit simi timi."

"Apa sih lo."

Kirana segera menengahi sebelum mereka ribut beneran. "Udah sini gue fotoin. Kasihan tahu ortu lo sama Kak Juna nungguin di sana."

"Mama papa udah dateng?"

"Udah."

Jiya tersenyum dan mengulurkan ponselnya ke arah Kirana. "Yaudah fotoin ya, Ran."

Tama kini berdiri di samping Jiya. Dengan tangan kanan memegang bunga dan tangan kirinya merangkul Jiya.

"Awas ah tangan lo."

"Diem deh. Udah keren nih gue," ujar Tama sembari merangkul Jiya lebih erat.

"Sesek Tama! Gabisa napas gue!"

Kirana menghela napas lelah. Ya ampun kapan sih mereka akur? Tahu gini mending dia nyusulin Lia aja.







"Mau minum om? Nanti Juna beliin di depan."

Jaya menoleh ke arah Juna dan menggeleng. "Ngga usah. Habis ini juga kita mau makan bareng, kamu ikut ya?"

Juna tersenyum tidak enak. "Maaf Om, Juna ngga bisa habis ini suruh ke kantor lagi. Kalian aja."

Ayu yang ikut mendengar jadi melihat ke arah Juna. "Gimana kerjaan kamu?"

"Alhamdulilah lancar, Tan."

Congratulation✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang