congratulation 10

186 32 0
                                    

Agak lebih panjang. Siapkan hati dan selamat membaca!

...


"Lang, lo pernah ngerasa salah jurusan ngga?"

Gilang mengernyit dan menoleh pada Jiya yang berada di sebelahnya. "Kenapa?"

Jiya mengangkat bahunya pelan masih dengan pandangan fokus ke depan. "Biasanya 'kan tahun kedua pada mulai ngerasa salah jurusan."

Gilang mengangguk pelan, emang sih. Beberapa temannya juga ada yang mengeluh begitu. "Gue ngga sih, tapi kadang masih agak keki aja kalau liat anak kedokteran."

"Soalnya lo dulu pengin ke sana yaaa?"

"Iya. Tapi setelah dipikir-pikir gue lebih cocok di sini sih."

"Berarti lo merasa beruntung ditolak gitu ya?"

Muka Gilang berubah menjadi datar saat mendengar pertanyaan Jiya. Terlebih gadis itu hanya menampakkan muka polosnya. "Ya, ngga gitu juga. Kalo lo gimana?"

"Kadang. Apalagi kalo matkulnya lagi susah. Mendadak merasa salah jurusan."

"Ngga ada kali matkul yang gampang?"

"Iya apalagi matkulnya Pak Dedi. Padahal gue dah belajar sampai pusing banget eh dapetnya C."

"Gapapa, udah lulus itu."

"Iya sih. Tapi gimana ya ah ngga tahu deh pusing."

Gilang hanya tersenyum tipis mendengar Jiya mengeluh di sampingnya. "Ini mau dikerjain di mana?"

"Perpus aja kali yah? Tapi makan dulu deh. Laper."

"Nanti kalo kenyang ngantuk?"

"Kalo laper ngga bisa mikir?" balas Jiya tidak mau kalah. Hal ini mau tidak mau membuat Gilang hanya bisa mengiyakan perkataan gadis itu.












"Akhirnya selesai!"

Gilang mengangguk, dia sibuk merapikan laptop dan buku miliknya. Sementara itu, Jiya di depannya masih sibuk meregangkan otot-ototnya, terlalu lelah karena duduk terus dari tadi.

"Mau langsung pulang?"

Jiya mengangguk dan mulai merapikan barang bawaannya. "Iya, tadi 'kan udah makan. Irit."

"Yaudah ayo, gue anter."

Jiya kembali mengangguk dan berjalan mengekori Gilang keluar dari perpustakaan.

Gilang membuka loker miliknya dan mengambil tasnya dari sana. Jiya juga melakukan hal yang sama di lokernya.

Omong-omong tentang loker, Jiya jadi mendadak teringat Juna. Dulu dia dan Juna sering belajar bersama di perpustakaan. Menyadari apa yang baru saja dia pikirkan membuat Jiya segera menggelengkan kepalanya. Gilang yang melihatnya jadi bingung karena tiba-tiba Jiya menggelengkan kepalanya begitu.

"Kenapa? Lo pusing?"

Jiya menoleh dan menggeleng cepat. "Ngga, cuma mendadak kepikiran sesuatu."

Congratulation✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang