congratulation 4

179 31 2
                                    

Setelah pagi itu, Juna kembali ke rumahnya. Padahal Ayu sudah menyuruhnya di rumah saja. Namun, Juna merasa nggak enak kalau terus-terusan menginap di sana.

Karena Juna sudah pulang, Jiya jadi di rumah sendiri. Mama dan Papa pergi urusan pekerjaan. Sementara itu, Tama kumpul klub fotografi, Jiya yakin ini pasti akan sampai sore atau bahkan malam.

Jiya mengambil ponselnya dan mulai mengetikkan sesuatu di sana.

Kak Juna🐯

Kak|
Aku mampir ya? Dirumah gada orang|


Setelah mengirim pesan itu, Jiya tergerak mengambil jaket dan juga helmnya.









Juna menyapa Bibi Ida, pembantu rumah tangganya. Memang setelah tahu Juna pulang, Saras, mamanya Juna, menyuruh Bi Ida untuk menemani Juna.

"Bi, Amy sehat kan?"

"Sehat mas, tapi dia rindu mas kayaknya."

Juna terkekeh mendengarnya. "Bi, saya ke depan ya?"

Juna tergerak menggendong Amy, kucing peliharaan Juna dari zaman SMA. Namun, langkahnya yang akan keluar terhenti saat melihat seseorang yang sangat tidak asing. Tentu hal ini membuatnya sedikit terkejut.

"Hanin?"

Tak disangka gadis itu menoleh dan memberikan senyum tipisnya pada Juna.

"Rezvannn."

Juna merubah raut wajahnya menjadi datar dan segera menyanggah panggilan gadis itu. "Juna."

Sementara itu, sang gadis hanya terkekeh geli. "Iya iya maksud gue Juna. Lagian kenapa sih lo ngga suka dipanggil Rezvan sekarang?"

Juna hanya mengangkat bahunya acuh tak acuh. "Ngga suka aja. Duduk dulu, Nin."

Hanin tentu mengangguk dan mulai masuk ke dalam teras rumah keluarga Mahardika.

"Jun lo dah balik yaa?"

"Ngga kebalik, Nin?"

"Hehehe. Di rumah ada siapa?"

"Bi Ida."

"Eh Amyyyy."

Hanin tergerak mengambil kucing yang ada digenggaman Juna. Kini keduanya sama-sama duduk di teras rumah.

"Kapan pulang, Nin?"












Jiya terdiam di atas motornya. Beruntung dia tidak berhenti tepat di depan rumah Juna. Hal itu karena pemandangan yang dia lihat membuatnya sesak.

Di sana Juna tengah berbincang dengan Hanin, yang mana ada kabar yang beredar kalau Juna menyukai Hanin.

Jiya menggigit bibirnya. Perlahan dia memutar balikkan motornya untuk kembali ke rumah. Jiya benci ini, ini adalah kedua kalinya dia menangis karena Juna.

Pertama, saat Juna pergi kuliah di Inggris dan kedua saat melihat Juna berbicara dengan Hanin. Tolong ingatkan Jiya bahwa mereka bukan siapa-siapa.

Bukankah Jiya tidak pantas untuk cemburu?











"Gue sering pulang kok."

"Kirain lupa karena udah jadi warga Jogja."

Congratulation✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang