Jiya berbalik karena tidurnya terganggu. Dia bersiap menarik ke atas selimutnya saat teriakan mamanya terdengar.
"Jiya bangunn. Katanya mau pergi sama Juna?"
"Nanti dulu, Maa."
"Eh ayo siap-siap. Mandi terus dandan yang cantik."
Ayu membuka gorden kamar Jiya sepenuhnya. Membuat sinar matahari masuk dan mengganggu Jiya yang ingin tidur lagi.
Jiya menahan napas. "Mama ngapain sih?"
"Ayo kamu mandi. Nanti pake baju yang kemaren mama beliin. Terus dandan yang cantik ya."
Jiya pasrah saat dia ditarik mamanya bangun dan diseret ke kamar mandi.
Dua puluh menit kemudian Jiya keluar dan kaget melihat mamanya masih di kamarnya. Duduk anteng sambil melihat skin care yang Jiya pakai.
"Udah selesai sayang? Ayo ganti bajunya dulu. Nanti mama bantu make up kamu."
"Mama, ga perlu. Jiya pake bedak sama lip blam aja."
"Kamu ga percaya sama mama? Mama bakal make up kamu cantik kok. Ga menor, tenang aja," ujar Ayu sambil mengibas-ibaskan tangannya.
Jiya lagi-lagi hanya mengangguk pasrah. Tidak paham dengan mamanya yang mendadak excited, ralat sangat excited saat Juna akan mengajaknya pergi. Padahal 'kan cuma ke tunangan temennya doang.
Jiya sudah memakai dress hitam yang diberikan mamanya. Kini dirinya sudah dibawa mamanya ke depan meja rias.
"Ini rambut kamu mau digerai aja?"
"Diiket aja Ma, nanti panas."
Ayu mengangguk dan mulai menata rambut Jiya. Setelahnya kembali pada beberapa make up di depannya.
"Tutup mata sayang."
Jiya menurut, membiarkan mamanya memberi make up pada mukanya.
"Buka mata kamu."
Jiya membuka mata dan melihat pantulan dirinya di cermin.
"Gimana?"
Jiya menatap dirinya. Mama benar, ini bukan make up menor yang dia khawatirkan. Ini justru sesuai dengan dirinya.
"Suka kan?"
"Makasih, Maa."
Jiya memeluk mamanya erat. Ayu balas mengelus punggung anaknya dengan lembut. "Udah anak mama udah cantikk bangett."
Beberapa menit setelahnya Tama masuk ke dalam kamar Jiya dengan teriakan nyaringnya. "Jiyaa ada Bang Juna tuh."
Kedua orang itu menoleh pada Tama yang melongo di depan pintu. "Weleh bisa cantik juga lo."
"Dari dulu," ujar Jiya sambil memutar bola matanya.
Ayu tertawa melihat berdebatan singkat anaknya. "Udah ayo turun. Tadi katanya Juna udah dateng."
Perlahan Jiya beranjak, kini dirinya mengambil high heels miliknya.
Jiya turun dibantu mamanya, sedangkan Juna sedang berbincang dengan papanya di ruang tengah.
Jiya terdiam, melihat Juna di sana. Dengan jas birunya, dipadukan dengan kaca mata dan rambut abu-abu. Sebentar, sejak kapan Juna mewarnai rambutnya?
Jaya berhenti berbicara dan menoleh menatap putrinya. "Saya tunggu ucapan kamu, Juna."
Jiya mengernyit. Mereka membicarakan apa sih?
Juna tersenyum pada Jaya. Setelahnya dia menoleh pada Jiya. "Yuk, perlu dibantu ngga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Congratulation✓
General FictionFeat Choi Yeonjun and Hwang Yeji (local name) About Jiya who loves someone that look at her as his little sister. © Freyy03 2020