Sore itu, setelah kegiatan saling mengungkapkan perasaan masing-masing, mereka kembali berjalan menuju arah aula.
Namun, ada sesuatu yang mengganjal di hati Jiya. Dia bingung, mereka hanya mengungkapkan perasaan, tetapi mereka apa?
Jiya melirik ke arah Juna yang terkena sinar senja. Ah, tampan sekali.
"Kenapa, Ji?"
Jiya meneguk ludahnya, saat tiba-tiba Juna menoleh. Namun, tetap saja dia harus menanyakan apa yang mengganjal di hatinya sekarang.
"Kak, aku mau nanya."
Juna hanya menggumam sembari menunggu apa yang akan Jiya tanyakan.
"Kita ini apa?"
"Kita ya kita. Kamu dan aku."
Jiya baru saja ingin menghela napas kesal karena ketidakpekaan pemuda itu lagi. Namun, langkah sang pemuda terhenti begitu pula dengan langkahnya.
"Ji, aku ngga bisa buat pacaran sama kamu, tapi aku ngga bohong soal aku suka sama kamu."
"Jadi, maksud kakak?"
"Kita jalani aja. Kamu kejar mimpi kamu, aku juga kejar mimpi aku. Kalau kita berdua udah siap, aku bakal datang ke rumah kamu. Kamu gapapa 'kan?"
Sial sial sial sial.
Sepertinya menanyakan hal itu adalah keputusan yang salah. Kenapa sih pemuda di hadapannya selalu berhasil membuat dia jatuh?
"Jiya, kamu gapapa 'kan?"
Jiya hanya mampu mengangguk pelan yang dibalas oleh senyum simpul sang pemuda.
Hari itu, mereka tahu bahwa ngga semua tentang suka harus pacaran. Terlebih di umur mereka yang seharusnya memikirkan masa depan. Bahwa ada banyak hal yang lebih penting dari sekadar hubungan romansa pacaran.
...
Waktu kembali berlalu, kini Jiya sibuk dengan KKN dan skripsi yang sudah di depan mata. Saat Jiya sibuk dengan KKN berbeda dengan Juna yang sibuk melamar pekerjaan.
Juna sudah menganggur hampir dua bulan karena lamaran kerjanya ditolak. Mungkin karena kualitas perusahaan itu terlalu tinggi. Entahlah atau mungkin dia kurang beruntung. Namun, setelah dipikirkan lagi, semua tujuan Juna selalu dia dapatkan. Em, mungkin kecuali asmara karena perasaannya pernah bertepuk sebelah tangan, tetapi untuk urusan sekolah dia selalu mendapatkannya. Mulai dari SMA, beasiswa luar, dan menjadi lulusan terbaik. Mungkin ini cara Dia untuk berlaku adil.
Juna sempat hampir putus asa, tetapi lamaran pekerjaannya yang kelima diterima. Perusahaan itu memang bukan perusahaan yang besar ataupun berstandar internasional. Namun, perusahaan itu sudah berstandar nasional dan cukup dikenal di daerahnya.
Baiklah, apapun Juna syukuri. Mungkin itu yang terbaik, siapa tahu dia akan mendapatkan kejutan manis lagi?
Jiya sudah pulang dari tugas KKN-nya. Kini, dia sedang bergelut dengan tugas skripsi. Awalnya dia sudah senang saat judulnya di ACC dia berpikir ini awal yang baik. Namun, harapannya pupus saat dia langsung diberi tumpukan revisi setelahnya. Ah, skripsi memang tidak mudah.
Jiya meletakkan kepalanya di meja, dia pusing sampai rasanya tidak selera makan, tetapi hari ini Juna mengajaknya makan di luar saat jam makan siang.
Bagaimana hubungan keduanya? Baik, mungkin sangat baik. Keduanya mengambil prinsip dan komitmen untuk tidak pacaran dan bersikap seperti mereka biasanya. Jiya mulai mengerti, bahwa apa yang mereka lakukan cukup benar. Lagi pula, dia adalah mahasiswa tingkat akhir yang sibuk dengan skripsi, pasti tidak akan punya waktu untuk itu. Tetap saja, masing-masing dari mereka menjaga perasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Congratulation✓
General FictionFeat Choi Yeonjun and Hwang Yeji (local name) About Jiya who loves someone that look at her as his little sister. © Freyy03 2020