congratulation 3

208 30 1
                                    

"Kak."

Juna yang sedang membaca salah satu novel di ruang tengah jadi menoleh ke arah Jiya yang baru saja memanggilnya.

"Mama sama Papa ke mana?"

"Arisan. Kalo Tama lagi beli martabak di depan. Katanya mau nginep kos temen."

Jiya mengangguk lalu melirik novel yang dibaca Juna. Ah, novelnya Tama.

"Ih, Kak. Aneh tau ngga, masa Tama bacaanya gitu."

Juna melirik lalu dirinya paham. Pasti karena novel Harga Sebuah Percaya milik Tere Liye ini.

"Bayangin Kak, orang kaya Tama baca novel angst kaya gitu. Ngga cocok!"

Juna terkekeh lalu menyela. "Ini masih mending Ji, tahu Akmal?"

"Temen kakak? Yang pacar Vitri itu?"

Juna mengangguk. "Tebak deh pas nonton 'Dilan' siapa yang ngajak?"

Jiya berpikir sesaat. "Vitri?"

Juna menggeleng. "Akmal."

Jiya mengerutkan keningnya tanda  tidak paham dengan maksud pemuda itu.

"Akmal bacain novel Dilan dari series satu sampai tiga."

Baru kali ini Jiya paham, hm ternyata ada yang lebih parah dari Tama.

"Terus alasan dia ngajak Vitri karena, 'Vit aku pengin bisa memperlakukan kamu kaya perlakuan dilan ke milea, makanya nonton yuk' gitu."

Jiya menjadi histeris mendengarnya. "Aaaa sossweettt."

"Tapi tau ngga responsnya Vitri?"

Jiya menggeleng. Mungkin Vitri akan tersipu?

"Vitri bilang gini ...,"

Ada jeda sebentar, Juna mengambil napasnya.

"BERARTI LO MAU NINGGALIN GUE KAYA DILAN IYA?!"

Tawa Jiya pecah, apalagi melihat Juna yang benar-benar totalitas menirukan Vitri.

"Ya ampun kasihan Kak Akmal," ujar Jiya sembari menghapus air matanya karena kelelahan tertawa. Perlahan dirinya beranjak ke kamar berniat mengambil laptop dan ponselnya.

Saat di depan pintu, Jiya berbalik dan melihat ke arah Juna. "Kakkkk pengin susu coklattt."

"Bikin lah."

"Kakakk yang buatinnn. Dah lama tauu."

"Kok kakak?"

"Tolong kakk."

Kini Jiya sudah menampakkan muka memelasnya, membuat Juna jadi ngga tega.

"Yaudah. Nanti ke sini lagi?"

"Iyaaa. Ini mau ambil laptop sama hp."

Juna beranjak ke dapur dan mulai membuat susu coklat untuk Jiya. Sementara itu, Jiya kembali duduk di sofa ruang tengah.

Saat Juna kembali dari dapur, Jiya terlihat sibuk memindahkan file dari laptop ke ponselnya.

"Minum dulu nih."

Jiya mendongak dan tersenyum simpul. "Makasih kakkk."

Juna mengangguk dan kembali duduk. Beberapa menit kemudian suasana hening, Juna yang sedang membaca buku melirik Jiya melalui ekor matanya.

Ah, dia tertidur. Matanya terlihat lelah sekali. Juna berpikir, lebih baik membawa Jiya ke kamarnya atau mengambilkan selimut?

Setelah cukup lama berpikir, Juna memilih opsi kedua. Karena menurutnya opsi pertama kurang sopan. Bagaimanapun Jiya pasti punya privasi di kamarnya yang tidak seharusnya orang lain tahu.

Congratulation✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang