Bonus : He feels lucky

178 23 0
                                    

Note. Time set Juna kelas sebelas

...


Pelatihan daerah atau pelatda adalah pelatihan yang harus diikuti oleh para peserta olimpiade yang lolos ke nasional. Biasanya pelatihan ini bertempat di setiap ibu kota provinsi masing-masing.

Dari SMA Pancasila hanya tiga murid yang lolos sampai ke nasional tahun ini. Mereka adalah Juna dari matematika, Akmal dari kimia, dan Mark dari fisika.

Mereka berada dalam satu kamar yang sama. Bahkan ruang pelatihan Akmal dan Juna bersebelahan. Berbeda dengan Mark yang cukup jauh dari mereka, tetapi justru lebih dekat dari kamar.

Saat ini hanya ada Akmal dan Juna di kamar, sedangkan Mark masih berada di ruang pelatihan karena jadwalnya berbeda.

Kebetulan jadwal Akmal dan Juna sama, nanti mereka akan melakukan
posttest. Oleh karena itu, kini keduanya fokus dengan bukunya masing-masing. Juna berada di atas kasur, sedangkan Akmal duduk di kursi dekat pintu.

Juna yang sedang fokus mengerjakan soal hanya melirik sedikit pada ponselnya yang berdering. Namun, Juna sedikit terkejut saat tahu yang meneleponnya adalah Hanin.

Refleks Juna tersenyum dan langsung mengambil ponselnya. Sebelum mengangkat panggilan itu, Juna menoleh dan melihat ke arah Akmal yang sedang fokus pada bukunya. Jangan lupakan earphone yang ada di telinganya.

"Mal! Akmal!"

Tidak ada sahutan, Juna berasumsi bahwa Akmal terlalu fokus atau mungkin suara dari earphone lebih keras daripada panggilannya. Itu tandanya Akmal tidak akan mendengar pembicaraannya dengan Hanin.

Juna segera mengangkat panggilan itu dan suara Hanin langsung menyapanya.

"Rezvannn."

"Iya, Nin."

"Hehehe gue udah pesimis tahu. Takut ngga diangkat."

"Buktinya ngga 'kan?"

"Iya sih, tapi gue takut ganggu lo."

"Lo tuh ngga pernah ganggu, jangan mikir gitu."

Terjadi jeda sejenak sampai suara Hanin kembali terdengar. "Lo lagi ngapain nih? Belajar pasti ya?"

"Ya namanya juga pelatihan. Lo udah sampai Jogja?"

"Baru selesai beres-beres nih. Tadi Yohan juga sempet nganterin."

Senyuman di bibir Juna perlahan luntur. Berbagai pertanyaan muncul di pikirannya. Sejak kapan mereka sedekat itu?

"Yohan nganterin sampai Jogja?"

Tawa pelan Hanin terdengar, tetapi tetap ini tidak bisa membuat dia tenang. Entah, mendadak dia jadi agak gelisah.

"Ya ngga lah, Jun. Dia nganter sampai stasiun doang."

"Ohh, kalian ... dekat sejak kapan?"

"Loh kita 'kan pernah pergi bertiga? Kan lo yang ngenalin Yohan ke gue?"

Ah, Juna melupakan fakta itu. Namun, entah kenapa dia tidak puas dengan jawaban Hanin. Dia justru jadi berpikir, apa selama dia sibuk dengan persiapan lomba ini mereka jadi lebih dekat ya?

"Rezvan lo masih disana?"

"Hah? Iya."

"Semangat ya lombanya. Gue mau turun dipanggil bunda."

"Ah iya. Makasih."

Panggilan itu terputus dan pandangan Juna mendadak kosong. Dia jadi melamun dan memikirkan perkataan Hanin tadi bukannya lanjut belajar.

Congratulation✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang