15. Kepulangan Gilang

7.3K 423 1
                                    

Gilang memasuki rumahnya dengan wajah lesu dan lelahnya.

Sesuai perkataanya kemarin malam pada istrinya. Hari ini dirinya pulang. Gilang sampai rumah sekitar jam 11 malam lewat.

Rencana kepulanganya kemarin akan sore hari berangkat dari Palembang namun mendadak batal karena ada salah satu klien ingin mengadakan meeting penting.

Mau tak mau Gilang harus menghadiri meeting penting itu sebagai Ceo perusahaanya.

Baru ketika meeting selesai sekitar jam 7 malam. Gilang meminta sekertaris perusahaannya yang ada disana untuk membelikam tiket penerbangan malam hari.

Gilang mendapat tiket keberangkatan jam 8 malam lebih 40 menit itupun tersisa hanya satu kursi.

Bayangkan jika Gilang tidak mendapatkan tiket pesawat malam ini. Dirinya tak akan bisa pulang malam ini.

Ada waktu sekitar 1 jam 40 menit untuk Gilang berbenah kembali dan beristirahat sejenak.

Setelah melewati perjalanan udara sekitar 1 jam lebih dan perjalanan ke bandara menuju rumahnya. Gilang sampai rumahnya.

Keadaan dalam rumahnya gelap dan sepi. Mungkin istrinya Kara sudah tidur apalagi ini sudah tengah malam.

Gilang membuka pintu kamarnya dengan pelan-pelan tanpa menimbulkan suara yang nantinya akan membangunkan istrinya.

Gilang mendekati Kara yang telah tidur terlelap berbalutkan selimut tebal membungkus tubuhnya.

Gilang tersenyum dan mengecup kening Kara dengan lembut. Baru 2 hari dirinya meninggalkan Kara untuk urusan bisnis.

Gilang sudah teramat rindu dengan istri kecilnya Kara.

Kara menggeliat kecil. Dia membuka matanya dan mengerjap kecil.

"Hai, maaf membangunkanmu." Gilang merasa bersalah telah mengganggu tidur Kara.

"Mas, kapan sampainya?" tanya Kara dengan suara parau khas bangun tidur.

Kara bangkit dari baringnya dan menyadarkan kepalanya pada sandaran ranjang.

Gilang dengan sigap membantu Kara bangun.

"Terimakasih."

"Mas, belum jawab pertanyaan aku."

"Aku baru sampai beberapa menit yang lalu sayang."

"Mas sekarang bersih-bersih dulu. Bentar, aku siapin air hangat buat mas mandi." Kara akan bangkit dari duduknya ditahan oleh Gilang.

"Ga usah. Biar mas sendiri yang siapin."

"Mas lapar tidak? Mau aku siapin makan?" tawar Kara.

"Boleh. Kebetulan mas lapar, sayang."

Gilang lalu memasuki kamar mandi. Kara menyiapkan pakaian tidur suaminya.

Turun ke dapur menghangatkan makanan yang tadi dimasaknya. Sewaktu-waktu jika suaminya pulang dan lapar ia tinggal menghangatkan makananya.

Tak lama Gilang turun ke lantai bawah menghampiri istrinya yang sedang menunggu kedatangannya.

Kara mengambilkan nasi, sayur sop dan ikan gurame asam pedas sebagai lauknya.

Gilang menerimanya dan mulai memakanya. Kara setia menemani suaminya makan.

Gilang menyodorkan sendok berisi makanan berniat menyuapi Kara.

"Ga usah mas. Mas makan aja tadi aku udah makan," tolak Kara.

"Temani mas makan bersama." Gilang sedikit memaksa Kara untuk menerima suapanya.

Kara pun melahap makanan yang disuapi Gilang.

**

Kara dan Gilang telah berbaring di ranjang mereka. Dengan Kara berada dalam dekapan hangat Gilang.

"Gimana mas, keadaan perusahaan di Palembang?" Kara bertanya setelah terdiam beberapa saat.

"Udah lebih baik, sayang. Untungnya masalah disana bisa cepat diatasi. Jadi, aku bisa lebih cepat pulang." Gilang mempererat pelukanya terhadap Kara kemudian melanjutkan berkata, "Kangen sama istri."

Wajah Kara memerah mendengar ucapan Gilang. Gilang melihat wajah memerah Kara jadi gemas sendiri.

Kara menyembunyikan wajahnya ke dada bidang Gilang. "Ish, masa udah kangen aja."

"Seriusan mas ga bohong, sayang." Gilang mengecup puncak kepala Kara dengan gemas.

"Aku juga kangen sama mas," cicit Kara didepan dada bidang Gilang.

"Apa kamu bilang?" tanya Gilang memastikan walaupun sebenarnya ia mendengar jelas.

"Kangen sama mas," ulang Kara.

"Sama mas juga sayang," balas Gilang.

**

Pagi harinya.

Seperti biasa sehabis sarapan Kara berangkat sekolah dengan di antar Gilang.

"Kara masuk dulu mas." Kara mencium punggung tangan Gilang.

"Belajar yang rajin. Jangan lirik-lirik cowo lain. Ingat, udah punya suami." Gilang sudah menunjukan keposesifannya terhadap Kara.

"Iya mas. Kara masuk dulu," pamit Kara lagi sambil mencium punggung tangan Gilang lagi.

Gilang balas mencium kening Kara.

"Nanti mas jemput pulang sekolahnya."

"Oke mas."

Kara turun dari mobil Gilang dan melambaikan tanganya sejenak ke arah mobil Gilang lalu memasuki area sekolahnya.

Gilang akan bersiap meninggalkan area depan sekolah namun tatapan matanya terkunci ke satu titik dimana ia melihat Kara dihampiri seorang cowo.

Gilang menggeram kecil melihat betapa dekat dan akrabnya mereka. Jika, orang lain melihatnya mereka persis seperti pasangan.

Mata Gilang masih fokus pada titik dimana Kara dan seorang cowo itu tadi berada padahal Kara sudah berjalan memasuki area sekolahnya diikuti oleh cowo tadi.

Gilang tak suka melihatnya. Kara hanya miliknya tak boleh ada lelaki lain yang mendekatinya.

Cemburu? Sudah pasti.

Posesif? Itulah sifat dirinya.

Apa yang sudah menjadi miliknya tak membiarkan orang lain mendekat ataupun merebut dari sisinya!

My Little WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang