19. Koma

902 68 0
                                    

Tiga hari kemudian...

Sedari tadi Taeyong nampak menunggu seseorang di mejanya. Taeyong harap Mark masuk hari ini. Namun sepertinya Mark tidak masuk hari ini.

Kemudian Yuta datang dengan tatapan tajam pada Taeyong. Seakan Yuta kesal dengan Taeyong. Tapi kenapa Yuta kesal tanpa alasan? Pasti ada alasan dibalik itu.

"Yuta, apa kau tahu-"

"Diam, Pecundang!"

Kalimat Taeyong dipotong oleh Yuta dengan cepat ketika Taeyong akan bertanya pada Yuta mengenai Mark.

Sampai akhirnya jam pelajaran pun dimulai, Mark tidak kunjung datang juga. Sepertinya Mark benar - benar tidak masuk hari ini.

ΔΔΔ

Jaehyun dan Johnny duduk dengan ekspresi cemas di ruang tunggu. Sebagai seorang kakak Jaehyun tidak bisa diam di tempat, karena cemas berlebihan ia terus saja bulak - balik jalan di tempat.

Sampai akhirnya Doyoung yang merupakan dokter spesialis dan dokter khusus Mark keluar dari ruang ICU.

"Bagaimana keadaan adikku?" tanya Jaehyun.

Doyoung tidak bisa berkata apapun lagi. Ia mengusap matanya dan menyanggupkan diri untuk mengatakan itu.

"Dia masih koma."

Jaehyun dan Johnny tidak sanggup berkata - kata. Mereka hanya meneteskan air mata.

"Apa tidak ada cara lain lagi selain mencari donor jantung?" tanya Jaehyun.

"Mencari donor memang sulit, tapi tanpa itu kecil kemungkinan Mark selamat," ucap Doyoung.

"Tapi aku akan melakukan yang kubisa," ucap Doyoung.

"Ku mohon selamatkan adikku!" ucap Jaehyun memohon.

"Kalian berdoa saja, kami akan melakukannya sebisa mungkin. Permisi!"

Jaehyun dan Johnny berjalan mendekati jendela. Dari sana samar - samar terlihat Mark yang terkulai lemas tak berdaya dengan infus dan alat bantuan oksigen menutupi mulut dan hidungnya.

Tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan selain berharap keajaiban terjadi. Jaehyun sudah kehilangan orang tuanya, jadi ia tidak ingin kehilangan satu - satunya adik yang ia sayangi.

Namun siapa yang tahu, keajaiban bisa saja terjadi dimanapun dan kapanpun.

***

Sepulang dari kampus, Taeyong bermaksud untuk berbicara dengan Yuta. Tapi Yuta nampak kesal dan tidak mau bicara dengannya.

Jadi Taeyong hanya bisa pasrah. Ia juga sempat mencari ke kelasnya Jaehyun tapi Jaehyun dan Johnny tidak masuk selama tiga hari lamanya.

Lalu dimana lagi ia harus mencari Mark. Taeyong bahkan tidak tahu dimana Mark dirawat, jika memang Mark masih dirawat.

Hal itulah yang masih saja membuatnya merasa bersalah. Lalu Taeyong pergi ke taman untuk melupakan rasa bersalahnya sejenak.

Taeyong duduk di tempat kemarin. Bayang - bayang rasa bersalah itu masih saja membayangi dirinya. Ia tidak tahu lagi harus bagaimana.

"Ini semua salahku, seandainya bisa kuperbaiki hari itu."

.

.

.

Sore hari pun tiba. Taeyong masih saja duduk disana. Sampai seseorang menepuk bahunya.

"Ikutlah bersamaku!"

Taeyong menoleh. Ternyata dia adalah Yuta. Anehnya, ekspresi kesal itu hilang dari wajahnya.

"K-kemana?" tanya Taeyong.

"Menjenguk Mark," jawab Yuta.

"A-apa? Bagaimana dengan keadaannya?" tanya Taeyong.

"Dia kritis."

"Aku kemari untuk menjeputmu, ini adalah permintaan terakhir Mark padaku," ucap Yuta.

"Tapi-"

Yuta langsung saja memegang kerah baju Taeyong. Lalu membenturkan tubuh Taeyong di pohon, Yuta memojokkan Taeyong.

"Kenapa ha?"

"Aku takut melihatnya pergi," jawab Taeyong.

Yuta pun memukul Taeyong dengan keras. Dengan harapan Taeyong sadar dari hayalannya yang tidak jelas itu.

"Pecundang, apa kau tidak ingin menuruti permintaan terakhir Mark ha?" bentak Yuta.

"Sebelum dia kritis, dia memintaku untuk menemuimu dan membawamu untuk melihat bintangnya untuk terakhir kali," lanjutnya.

"APA KAU TIDAK MAU MENEPATI ITU HA? APA KAU HANYA INGIN RASA BERSALAHMU ITU TERUS MENGHANTUIMU?!" bentak Yuta.

"A-aku bintangnya?" gumam Taeyong.

"Kau bodoh! Sekarang baru kau tahu ha?" Yuta bermaksud untuk memukul Taeyong lagi. Namun tiba - tiba saja, Yuta melepaskannya dan tidak jadi memukulnya.

"Sudahlah. Percuma memukulmu!" ucap Yuta lalu berjalan dan berhenti saat beberapa langkah.

"Aku harap kau tidak menyesal, ketika kau mencari Mark, ketika itu ia tidak ada lagi disini."

Yuta pun pergi meninggalkan Taeyong. Taeyong terbelalak mendengar ucapan itu. Untuk dua kalinya Taeyong mendengar kalimat itu.

Taeyong pun memgejar Yuta dan mengikutinya dari belakang. Taeyong berharap ketika sampai di sana ia tidak terlambat untuk menepati permintaan Mark.

"Bertahanlah Mark."

Taeyong mengemudi mobilnya secepat mungkin dan mengikuti jalur yang dilewati Yuta.

"Tunggu aku, Mark."

TBC.

Haii semua ^_^
Tinggal satu chapter lagi. Tunggu ya akhir dari kisah ini?
Menurut kalian, cerita ini bakal sad ending atau happy ending?
Jangan lupa vote dan komen ya ^_^
Bye bye
Ketemu lagi di ending~

smuthiemarkeu_ 30/12/2020

I'am Back [Taemark]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang