Mark berlari di tengah derasnya hujan. Kematian ibunya membuat, Mark sedih dan tidak terima akan kenyataan ini. Mark hanya ingin melihat ibunya. Seandainya bisa, ia ingin bertemu ibunya sekali lagi.
Taeyong tidak sengaja melihat Mark yang menngis sembari berlari menuju taman di tengah hujan ini. Taeyong segera berlari dan menghampiri Mark.
Ia melihat Mark berdiri sembari mengusap air mata.
“Mark.”
Taeyong sesegera mungkin memayunginya. Mark sadar ada yang memayunginya, lalu ia menghadap ke arah Taeyong.
Taeyong memeluk Mark dengan erat. Seketika tangisan Mark pecah dan menangis di dalam dekapan Taeyong.
“Menangislah! Lampiaskan segala kesedihanmu, Mark.”
Taeyong menepuk bahu Mark. Ia juga ikut merasa sedih melihat Mark yang menangis. Ia merasa tidak bisa menahan air mata. Taeyong hanya meneteskan sedikit air mata.
“Ada apa Mark?” tanya Taeyong ketika Mark mulai melepas pelukannya dan mendorong Taeyong untuk menjauh.
“Mom. A-aku!” Mark membalikkan badannya dan membelakangi Taeyong.
Mark berjalan beberapa langkah, membuat air huhan menghujaninya. Ia tidak ingin Taeyong mengikutinya. Mark tidak ingin membuat Taeyong meneteskan air mata.
Selain itu, darah mengucur dari lubang hidung Mark. Namun Taeyong tidak mengetahui hal itu. Taeyong hanya tahu Mark sedang sedih.
“Mark!” panggil Taeyong sekali lagi
“Jangan kemari! Tetap disana! Aku mohon!!!” Mark berusaha merahasiakan mimisannya itu dari Taeyong. Walau terasa sakit di kepalanya, ia tidak ingin membuat Taeyong ikut sedih. Membuat Taeyong sedih, itu berarti lebih sakit dari apapun.
“T-tapi-“
Mark menahan rasa sakit yang luar biasa itu. Mark mengatakan sesuatu yang membuat Taeyong terkejut.
“Hidup hanya sekali, jangan pernah mengikutiku.” Kata – kata itu membuat Taeyong terdiam.
“Mengikutiku, sama saja membuat hatimu terluka.” Lagi – lagi Taeyong terkejut mendengar ucapan Mark yang dingin.
Mark pun berjalan meninggalkan Taeyong di taman. Ia segera pulang, ia tahu walau memang kenyataannya begitu sulit diterima. Mark hanya ingin melihat ibunya.
-
-
-
-
Mark berjalan menuju rumahnya. Ketika sampai di depan rumahnya, ia melihat kakaknya Jaehyun menunggunya di tengah derasnya hujan.
Jaehyun melihat Mark basah kuyup. Ia juga melihat dari segi tatapan matanya, sepertinya Mark masih belum menerima kematian ibunya.
“Mark.” Panggil Jaehyun lalu ia mencoba untuk memeluk Mark.
Namun Mark menepis Jaehyun dan mendorongnya. Mungkin Jaehyun benar. Mark masih belum terima akan kenyataan itu.
“Mark!!!”
Jaehyun mengejar Mark. Mark berlari masuk ke dalam rumahnya. Ketika ia ada di dalam rumah, ia melihat ada paman, bibi, Haechan, serta kerabat dekat lainnya sudah ada disana.
Selain itu, kotak peti mayat dengan bunga melati juga ada disana. Di atas kotak peti itu ada foto ibunya. Hal itu membuatnya semakin sedih saja. Ia berharap semua ini hanya mimpi. Tapi sepertinya bukan mimpi, melainkan kenyataan yang pahit.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am Back [Taemark]✓
FanfictionSatu - satunya harapan lelaki beralis camar itu adalah bisa lebih lama lagi di dunia ini. ---- Start : 27 April 2020 End : 30 Desember 2020 ©smuthiemarkeu_