Eps. 9

229 32 18
                                    

Maap gaiss aku telat up:( klen marah ya sma aku? Kok kmrin yg komen cmn dikiiiiiitt banget:(







Happy Reading~





Pukul tujuh malam. Ryujin duduk di ruang tengahnya. Dia sedang bersantai bersama ponselnya,layarnya menampilkan percakapannya bersama sang kekasih.

"Ryujin-ah!"

Wanita itu menoleh pada teman yang memanggilnya dengan nada yang tak biasa. Dia agak mengerutkan dahinya begitu melihat temannya tampak cemas. "Yaa... Apa Hanyeon menelponmu? Mengapa sampai sekarang dia tidak juga pulang?"

"Eoh? Apakah mungkin dia bersama Direktur Na?"

"Ya! jinjja! Mana mungkin dia mengajak Hanyeon selama ini. Kakinya sedang sakit jika kau ingat." ucap Chaeryeong. Ah benar juga, tidak mungkin Hanyeon pergi selama itu. Bahkan saat kakinya sakit?

Mustahil, Na Jaemin itu sangat protektif. Dia pasti tidak mungkin mengajak Hanyeon sampai semalam ini. Akhirnya Lee Chaeryeong menelpon atasannya itu. Lebih baik dia bertanya apakah wanita itu ada bersamanya atau tidak.

Sesaat telepon tersambung dan akhirnya di angkat oleh sang atasan. "Yeoboseyo?"

"Ne, Na sajangnim. Maaf jika aku mengganggu, aku hanya memastikan apakah Hanyeon-ssi aman bersama anda ata tidak." ucapnya langsung pada intinya.

"A-apa?! Dia tidak ada bersamaku. Apa dia tidak ada disana?!"

Lee Chaeryeong meneguk ludahnya perlahan. Dia melirik Ryujin yang tampak penasaran pada percakapan mereka. "I-iya, dia... Belum pulang sejak acara pagi tadi." jawabnya jujur. Lee Chaeryeong pikir, wanita itu bersama Na Jaemin karena pria itu sering mengajak Hanyeon pergi secara privasi.

"Aiisshh... Jinjja! Kenapa kau tidak mengatakannya padaku?!"

"M-maafkan saya, sajangnim. Saya pikir... Hanyeon-ssi memang ada bersama anda."

"Hhh... Sudahlah! Aku kesana sekarang!" ucap pria itu di akhir telpon. Dan akhirnya dia menutupnya secara sepihak. Ah, mungkin setelah ini Lee Chaeryeong dan Shin Ryujin akan menerima semprotan dari Direktur Na.

Di lain tempat, pria dan wanita itu duduk di sofa yang sama. Namun dalam keadaan hening, pria itu sebenarnya melirik si wanita yang tampaknya jadi tak nafsu semenjak apa yang dia katakan tadi.

Sementara si pria telah menghabiskan kue nya sejak beberapa menit yang lalu. "Ada apa Nyonya Lee? Mengapa anda terlihat lesu?" tanyanya saat tak nyaman dengan raut wanita itu.

Ukiran senyuman yang tipis tercetak dan dia menjawab, "Tidak ada. Hanya... Teringat masa lalu saja." jawabnya lalu melirik pria itu. Di bawah remangnya cahaya lampu ini, pria itu bahkan sangat tampan. Mirip seperti almarhum suaminya. Ah, mengapa suasananya sangat menyayat hati seperti ini?

"Maaf, karena saya... Anda jadi-"

"Anniaeyo. Bukan salahmu," sela wanita itu disusul dengan gelakan halusnya. "Yaa... Mungkin, aku memang belum bisa melupakannya saja. Kau tahu kan bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang kau cintai? Sangat menyakitkan. Bahkan rasanya... Seperti kau kehilangan separuh jiwamu." Wanita itu lalu agak memudarkan senyumnya. Menjadi senyum pilu.

Boss In Love 2 : SaudadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang