Eps. 14

239 31 50
                                    

Duhh maaf gais telat banget update:(

Mohon maklum ya, aku banyak kerjaan + lagi sakit juga

Semoga aja cepet sembuh sebelum puasa besok, amiiinn...





Happy Reading~





Tepat hari ini, adalah hari yang membuat pria itu bersemangat. Karena, dia akan mengumumkan bahwa Lily Putih adalah calon istrinya. Namun sayangnya, sepuluh menit sebelum acara dimulai pun sang wanita belum juga datang.

Na Jaemin melirik jam tangan rolex yang melingkar di tangan. Lalu helaan nafas terkuar lagi karena tak ada tanda-tanda kehadiran wanita itu. Akhirnya, dia menelpon sang wanita.

Di tempelkannya layar ponsel ke telinga, dan tak ada respon apapun dari seberang. Rasa kesal mulai tumbuh di dirinya, dia akhirnya mengetikkan pesan singkat untuk kerabat kerjanya itu. Dan tak ada respon sama sekali, bahkan tidak terbaca.

Na Jaemin melempar ponselnya ke sembarang tempat. Syukur ponselnya jatuh di sofa sebelahnya. Kedua tangannya bertumpu di kedua lututnya. "Hanyeon-ah, kau dimana..." erangnya pelan sembari mengusap wajahnya gusar.

Plup!

Dering notifikasi pesan masuk terdengar. Dia terburu meraih ponselnya dan berharap bahwa yang membalas adalah wanita itu. Benar saja, dia membalas pesan yang mengatakan bahwa dia tak bisa datang dikarenakan putra wanita itu yang demam dan harus dibawa ke rumah sakit.

Begitu membacanya, Jaemin merasa kesal. Namun dia tak bisa marah dengan wanita itu karena dia tak bersalah, ini hanya ketidak sengajaan. Dan akhirnya dia hanya membalas sewajarnya saja.

"Permisi Tuan Na, lima menit lagi acara akan dimulai. Anda diharap untuk bersiap." ucap seorang wanita yang membawa beberapa lembar kertas. Dia yang bertugas mengatur jalannya acara ini.

"Bagaimana dengan Park Hanyeon-ssi? Apa tidak dapat di tunda?" tanyanya.

"Nyonya Lee sudah mengonfirmasi tentang ketidak hadirannya untuk datang ke acara ini, hanya anda yang akan klasifikasi nanti." jelasnya.

Na Jaemin menghela nafas samar. Entah apa yang akan di bicarakan publik nantinya jika hanya dia mengatakan bahwa dia dekat dengan wanita itu. Bisa-bisa publik akan mengklaim bahwa Na Jaeminlah yang terlalu berharap.

"Ck. Seharusnya rencanaku berhasil kali ini."

Di lain tempat, Hanyeon menggenggam tangan anak tunggalnya yang terbaring tak berdaya di ranjang pasien. Lelaki kecil itu masih terlelap meski sepertinya kesadarannya masih tetap ada walau hanya beberapa persen.

"Eomma..."

Suara serak khas orang yang sedang sakit terkuar dari mulut kecilnya. Hanyeon mengeratkan genggaman tangannya pada sang anak. "Iya sayang?"

"Eomma dingin..." eluhnya.

"D-dingin? Baiklah... Sebentar, Nak." Wanita itu menarik selimut putranya hingga ke atas dada. Lalu dia meraih remote AC dan menekan beberapa kali tombolnya hingga suhu lebih tinggi.

"Merasa lebih baik?" tanyanya dengan senyum hangat. Lalu di angguki anaknya. "Dimana appa?"

Wanita itu diam, hanya helaan nafas samar yang dia lakukan. Sangat sulit untuk menjawab pertanyaan dari anak tunggal yang sebenarnya sudah di tinggal ayahnya ini. Ya walaupun mereka tak tahu yang sebenarnya.

"Appa? A-appa pergi sayang. Mungkin nanti dia akan kemari." jawabnya karena tidak tahu harus menjawab apa lagi.

"Tapi aku ingin appa kemari sekarang." kukuhnya.

Boss In Love 2 : SaudadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang