Huh, kudu cemungut ngerjain book ini:)
Bentar lagi udah sampe klimaks and tamat:v ya Allah napa cepet banget ya?:v
Happy Reading~
Hari yang begitu panjang bagi mereka semua. Syukur, pekerjaan mereka telah selesai. Sesi pemotretan sudah usai, dan hanya menunggu foto-foto itu disebar ke sosial media maupun media cetak saja. Setelahnya mereka akan melanjutkan sesi pemotretan yang akan datang serta fokus pada pemasarannya.
Mereka saling membungkuk dan mengucapkan terimakasih karena kerja keras mereka. Lelah, namun setidaknya acara ini telah berjalan lancar meski ada sedikit kendala. Di lain sisi, wanita itu mengemasi barangnya. Dia sudah tak sabar ingin memeluk putranya yang dia titipkan pada adik iparnya. Maksudnya, sepupu suaminya.
Setelah semua dirasa sudah rapi, Hanyeon membalikkan tubuhnya hendak pergi. Saat perjalanan menuju pintu keluar pun beberapa dari mereka ada yang membungkuk hormat padanya. Wanita itu membalasnya dengan senyuman ramah.
Hingga langkah kaki jenjangnya mengantarnya pada pintu keluar. Saat itu juga hujan turun deras di hari menuju senja seperti ini. Matanya menatap langit gelap yang mengguyur ibu kota. Huh, padahal dia ingin sekali segera bertemu dengan anaknya.
Akhirnya, dia hanya diam di teras gedung itu sampai hujannya benar-benar reda. Kini matanya berotasi, melihat sekeliling. Ah, syukurlah Na Jaemin tidak ada disini. Jika dia ada disini, pasti dia akan mengajaknya pergi entah kemana. Sudah lelah Hanyeon diikuti dan dipaksa untuk berada di dekat Na Jaemin.
Namun saat dia merotasikan matanya, dia justru melihat seseorang yang berada tak jauh darinya. Pria itu. Pria yang ternyata diam-diam memotretnya dan mengoleksi fotonya. Mungkin bagi kalian terdengar seram, tetapi entah mengapa kali ini tidak. Justru Hanyeon malah hal itu membuat hatinya tergelitik. Hingga dia tidak bisa menahan senyumnya jika kembali mengingatkannya.
Tak berselang lama, pria itu ternyata membalas pandangannya. Hanyeon agak tertegun, dia mengerjap beberapa kali saat pria itu menangkapnya basah sedang memperhatikan pria itu. Wanita itu mengalihkan tatapannya. Ah, mengapa ia terlihat seperti remaja yang sedang jatuh cinta?
Pria yang ada tak jauh darinya itu terdiam. Kedua sudut bibirnya tertarik membentuk senyum tipis. Entah mengapa melihat wanita yang tadi dia dapati tengah mengamatinya terlihat sangat lucu saat dia malu-malu.
Dia akhirnya mengikis jarak antara dia dan wanita itu. Menyisakan sekitar satu meter saja di antara dua orang itu. "Nyonya Lee?"
Wanita itu menoleh dengan wajah yang terlihat gugup. Ah sial, mengapa sekarang dia yang gugup? Padahal tadi Jaejoong yang gugup saat ia datangi. "O-oh... Kim Jaejoong-ssi. Kau juga ada disini?" sungguh terlihat bodoh saat Hanyeon berbasa-basi seperti ini.
Jaejoong tergelak sangat pelan sampai Hanyeon tidak dapat mendengarnya. Pria itu menganggukkam kepalanya. "Hujan sangat deras, sementara stasiun agak jauh dari sini." jawabnya.
Hanyeon mengerutkan dahinya, "Apa kau akan langsung pulang? Tidak menginap di hotel?" tanyanya dan di jawab gelengan oleh pria itu. "Saya tidak mungkin menginap." jawab pria itu jujur. Jaejoong tidak menginap karena uang saku yang tidak cukup.
Hanyeon terdiam saat mendengar penuturan sang pria. Ada rasa tak tega jika dia membiarkan pria itu pulang pergi, sementara urusannya di Seoul masih begitu banyak. Dia seakan mengerti jika pria itu tidak memiliki uang yang cukup untuk menginap di hotel. Dan, tiba-tiba sebuah ide melintas di kepalanya.
"Bagaimana jika anda menginap di rumahlu? Maksudku, tinggal sementara di paviliun rumahku." ucap wanita itu. Jaejoong terdiam, dia merasa tak enak hati dengan wanita di sampingnya. Merasa jika dia akan merepotkan wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss In Love 2 : Saudade
Fanfiction[END] Pernahkah kalian kehilangan orang yang kalian cintai? Ya, dia mengalaminya. Dia kehilangan cintanya saat usia pernikahannya masih seumur biji jagung. Berat, tetapi harus dia lakukan. Menerima takdir dengan ikhlas. Inilah dia dan kisahnya, sete...