Eps. 20

225 26 12
                                    

Gemes sumpah, kmrin sebenerny mau aku panjangin partnya... Tapi kok udh kemaleman:(

Yaudah deh lanjut eps sekarang:)


Happy Reading~


Mobil dengan kecepatan rata-rata melaju pada jalanan yang tidak terlalu senggang dan ramai. Pria itu semakin mempercepat lajunya lantaran ia sudah terlambat sekitar lima belas menit. Ia melirik jam tangan rolex yang melingkari tangannya. Lalu dia menghela nafas, "Aku harus cepat." ucapnya.

Syukur tak lama dari itu ia telah sampai di sebuah rumah elit yang ditinggali oleh kedua orangtuanya. Pria itu memarkirkan mobilnya di depan gerbang rumah megah itu.

Tin! Tin!

Tak berselang lama, pagar terbuka dengan otomatis. Mempersilakan mobil sedan hitam itu masuk ke dalamnya. Memasukki halaman pekarangan rumah yang tampak seperti istana. Setelah ia selesai dengan urusannya, ia keluar dari mobil. Lalu berjalan mendekati pintu besar nan mewah rumah itu. Ia langsung masuk ke dalamnya, ya wajar saja itu juga rumahnya. Meskipun rumahnya saat ia masih kecil sampai remaja dulu.

Nuansa klasik ruang tamu rumah itu menyambutnya. Ia dapat mencium aroma khas rumahnya yang dulu. Dia menghentikan langkahnya, dan berdiri di tengah-tengah ruangan. Memejamkan matanya sejenak, melepaskan rasa rindunya terhadap rumah masa kecilnya ini.

Bayangan saat ia masih kecil, sampai remaja, dan menikah terputar di kepalanya bagaikan film dokumenter. "Na Jaemin?"

Matanya terbuka kembali. Mendapati sesosok wanita paruh baya dengan pakaian modisnya. Wajahnya tak pernah berubah sejak ia pergi dari rumah ini. "Annyeonghaseyo, eomeonim." salamnya sembari membungkuk sopan. Wanita itu tersenyum hangat pada putra semata wayangnya. Sudah sangat lama anaknya tidak datang kemari, rindu rasanya.

"Duduklah, Nak." titah ibunya menyuruhnya duduk. Namun anaknya itu menggeleng sembari tersenyum. "Tidak, eomeonim. Aku kemari hanya ingin menjemput Na Minhee. Ada dimana dia?" sang ibu hanya dapat tersenyum miris saat anaknya menolak. Ya maklum saja mereka berpisah dengan cara tidak baik-baik.

"Dia ada di kamarmu. Bersama seorang pengasuh. Aku akan memanggilnya." ucap sang ibu namun segera ditahan oleh putranya. "Biar aku saja yang memanggilnya. Eomeonim tunggu disini saja." ungkapnya lalu pergi dari sana. Sang ibu melihat punggung lebar Jaemin dengan tatapan nanar. Seperti ini rasanya jika anaknya menjadi seperti membencinya. Bahkan saat bertemu untuk pertama kali setelah sekian tahun lamanya, Jaemin seperti memandang ibunya orang lain. Bukan keluarga.

Jaemin menginjak-injak tangga yang berlapis marmer itu. Dan membawanya menuju lantai dua. Dimana kamarnya berada. Pria itu masih sangat ingat dimana kamarnya. Pintunya sangat khas dengan banyaknya stiker atau hiasan lainnya. Dan pintunya juga dicoret-coret oleh dirinya sendiri saat masih remaja dulu. Ia memasuki kamar tersebut tanpa mengetuk, menyembulkan kepalanya. Melihat Minhee yang tengah bermain dengan seorang pengasuh di dalam. Pengasuh yang bersamanya membungkuk serta memberi salam, dan dibalas anggukan oleh Jaemin.

"Minhee-ya?" panggil sang ayah. Namun karena anak itu terlalu asik hingga tak tahu jika ayahnya memanggil, dia tidak menoleh. Sang pengasuh akhirnya memangku Minhee dan memberitahunya jika ayahnya datang. Seketika anak itu langsung melepaskan dirinya dari sang pengasuh. Lalu agak berlari pada ayahnya dengan langkah yang agak kurang lancar karena baru dapat berjalan.

Na Jaemin menggendong anaknya. "Kau senang bermain disini, Nak?" Minhee menjawabnya dengan gelakan ala bayi serta jari telunjuk yang masuk di mulutnya. Jaemin tersenyum hangat melihatnya. Gemas sekali.

"Ayo kita pergi. Kita akan bertemu eomma!" ungkapnya. Jaemin menoleh pada pengasuh yang berdiri memperhatikan pasangan ayah dan anak itu. Pria itu mengucapkan terimakasih padanya sebelum pergi dari sana.

Boss In Love 2 : SaudadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang