Eps. 19

240 33 11
                                    

Karena kesetiaan kalian dengan book ini, aku terhura banget 😭

Makasih banget sayang² akuhh 😭😭






Happy Reading~






Kacamata hitam yang menggantung di hidung bangirnya kini ia lepas. Pemuda Park mengamati rumah besar nan mewah bak milik bangsawan. Pemuda itu menutup pintu mobilnya. Lalu kakinya melangkah besar pada gerbang yang membatasi area luar dengan area rumah bangsawan tersebut.

Jisung memencet tombol bel pada pintu gerbang tersebut. Dan munculah suara dari dalam sana. "Nuguseyo?"

"Annyeonghaseyo, Park Jisung imnida." jawab lelaki itu.

"Eoh? Park Sajangnim?! Ne, silakan masuk!"

Ternyata kedatangan Jisung di rumah itu di sambut dengan antusias oleh penghuninya. Lalu gerbang tersebut terbuka dengan otomatis. Pria itu langsung masuk ke dalamnya, melalui halaman luas rumah itu. Kakinya yang beralaskan sepatu sport mengantarnya ke pintu utama rumah.

Dia mengetuknya lebih dulu, dan tak berselang lama dari itu pintu dibuka oleh seorang asisten rumah tangga. "Selamat datang, Park Sajangnim." sambut sang asisten rumah tangga dengan hangat. Pria itu mengangguk dengan senyum ramahnya.

"Ne, terimakasih atas sambutannya." ucapnya.

"Mari, silakan masuk." wanita itu menyingkirkan tubuhnya, memberi ruang untuk Jisung masuk. Pemuda Park melepas sepatunya dan menempatkannya di rak sepatu. Lalu di antar oleh sang asisten rumah tangga menuju ruang tamu dimana sang tuan rumah telah menunggunya.

Pria yang berusia matang berdiri, senyumnya merekah saat pemuda Park telah datang menemuinya. "Selamat datang di rumah saya, Park Jisung-ssi." sambutnya sembari mengulurkan tangan untuk berjabat dengan lelaki itu.

Jisung menyambut jabatan tangan sang pria dengan hangat. "Terima kasih atas sambutan hangatnya, Tuan Kim Kibum." Jisung menyapanya kembali. "Silakan duduk," ucap Kim Kibum sembari menunjuk kursi panjang yang berharga puluhan juta won. Pemuda itu mendudukkan diri dengan nyaman di sofa empuk itu.

"Jadi... Apa keperluan anda kemari?" tanya sang tuan rumab langsung pada inti. Jisung diam sejenak dengan senyuman yang masih terukir di wajahnya. Walaupun senyumnya telah berganti menjadi senyum yang sulit di artikan.

"Maaf, apabila kedatangan saya mengganggu anda, Tuan Kim Kibum." Jisung malah menjawabnya dengan basa-basi. Jelaslah Kim Kibum menanggapinya dengan gelakan renyah. Baginya pemimpin perusahaan besar keluarga Park itu ternyata memiliki sifat yang begitu lugu.

"Tentu tidak, Park Jisung-ssi. Justru kedatangan anda adalah suatu kehormatan bagi kami." jawabnya dengan sisa tawanya. "Jadi, katakan saja apa keperluan anda kemari?" Kibum mengulangi pertanyaan yang sama. Namun yang dilakukan pemuda itu hanya tersenyum ramah, sembari menunduk melihat lantai rumah sejenak. Keheningan tercipta dalam beberapa detik, hingga dia menjawab, "Saya ingin membahas tentang black box kecelakaan pesawat satu tahun yang lalu."

Seketika raut wajah Kim Kibum berubah. Wajahnya seperti agak memucat dan iris matanya agak bergerak tak tenang. Pertanda bahwa pria itu panik. Jisung dapat membaca raut wajah pria itu secara jelas. Satu sudut bibirnya terangkat samar, ekspektasinya benar. Ada sesuatu yang disembunyikan pria itu.

"Saya ingin tahu, apakah blackbox pesawat F1105 telah ditemukan? Mengapa belum ada penemuan atau kabar lebih lanjut dari blackbox tersebut?" Jisung melempar pertanyaan lagi. Dia semakin membuat hawa disana tak tenang.

Sang lawan bicara berdeham pelan. Ia meneguk ludahnya dengan susah payah. "Maaf Jisung-ssi, tetapi... Blackbox pesawat yang anda maksud masih belum ditemukan." jawab pria itu lalu disusul dengan senyuman canggung.

Boss In Love 2 : SaudadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang