4. SALAH KIRIM

2.2K 357 140
                                    

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, DAN SHARE CERITA INI KE TEMAN-TEMAN KALIAN.

Galaksi meringis risih, karena sedari tadi Lili menarik-narik kaosnya, apalagi sesekali gadis itu juga menggigit lengannya tanpa ampun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Galaksi meringis risih, karena sedari tadi Lili menarik-narik kaosnya, apalagi sesekali gadis itu juga menggigit lengannya tanpa ampun. Sekarang keduanya berada di kamar milik Galaksi, seperti biasa, gadis itu selalu mengganggu dirinya untuk main game.

"Sakit, Li!" keluh Galaksi berusaha fokus dengan gamenya yang belum selesai.

"Gue malu, Gal!" Sekarang Lili malah bahunya, gadis itu menyembunyikan wajahnya di belakang punggung Galaksi.

"Bisa diam nggak lo? Mau gue buang?" ancam Galaksi mulai sebal.

"Gal, gue besok nggak mau sekolah! Ish, Gal! Dengerin gue dong!"

Galaksi membuang napas jengah, "Malu kenapa, sih? Nggak jelas lo!" Akhirnya Galaksi menyerah, ia letakkan ponselnya itu di atas nakas. Tangannya mencekal pergelangan tangan Lili agar menghentikan pukulannya, kemudian ia duduk berhadapan dengan gadis itu.

Lili menghembuskan napasnya sejenak, akhirnya ia menceritakan semuanya pada Galaksi apa yang ia alami saat di ruang ganti anak futsal tadi. Wajah Galaksi terlihat berubah-ubah, awalnya mengerut heran dan sekarang menjadi terbahak-bahak mendengarnya.

"Kok lo malah ketawa, sih?" tanya Lili mulai sebal.

"Yah gimana nggak ketawa, lo bego!" ejek Galaksi sambil mencubit kedua pipi Lili karena gemas.

"Gue malu, kalau bukan karena tiket konser Blackpink itu, gue kagak mau, sumpah!" Lili tiba-tiba menyandarkan dahinya ke bahu Galaksi, ia ingin mengubur diri rasanya saat ini.

"Tapi Li, kenapa sih lo nyusahin diri sendiri? Kenapa lo nggak tanya abang lo aja?" tanya Galaksi heran.

"Udah, tapi katanya Abang dia nggak tahu!" Lili mengerucutkan bibirnya sebal.

Galaksi tersentak sejenak, "Masa, sih? Beneran Bang Awan nggak tahu?" tanya Galaksi lagi.

"Iya, katanya Bang Awan malah Langit itu sombong, ngeselin terus malah kabar-kabarnya nih dia kan orang kaya, terus kekayaannya itu hasil pesugihan." Lili bercerita dengan wajah dramatisnya.

"Bang Awan bilang gitu?" Lili mengangguk mantap menjawabnya.

"Padahal Langit itu temennya sendiri loh." Lili mengangguk sejenak, tetapi sedetik kemudian kedua matanya melotot mendengarnya.

"A–apa? Teman? Langit temannya bang Awan?" tanya Lili kaget.

"Iya, lo nggak tahu? Langit itu murid pindahan Li, dia baru pindah pas awal kelas dua belas kemarin, kebetulan satu kelas sama bang Awan, terus sering kemana-mana bareng juga kok."

Lili terdiam sejenak, kurang ajar memang abangnya, berani sekali dia mempermainkannya.

"Kok lo nggak ngasih tahu gue, sih?" tanya Lili mulai kesal.

Infinite Feelings [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang