JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, DAN SHARE CERITA INI KE TEMAN-TEMAN KALIAN.
Lili mengasihani dirinya sendiri sekarang, bu Beta memang kejam. Dengan tega guru itu menghukumnya menyapu lapangan sepak bola seorang diri, lama-lama Lili bisa berganti profesi. Bukan menjadi seorang murid lagi, melainkan seorang tukang kebun sekolah.
"Mana daun-daunnya banyak yang gugur kayak perasaan gue lagi," dumel Lili dengan wajah tidak ikhlas.
"Semoga nanti mertua gue modelannya nggak kayak bu Beta," cibir Lili sambil melempar asal sapu di tangannya dengan kesal.
Ia dudukkan pantatnya di atas hamparan rumput itu, sedikit beruntung, karena hari ini tidak terlalu panas, malahan angin-angin sepoi menerpa dirinya sekarang.
Kini ia memejamkan matanya lama, tangannya merentang lebar menikmati suasana saat ini. Sejenak saja, Lili mencoba menghapus rasa sesak di dadanya.
"L-lo mau nembak Melodi?" tanya Lili berusaha menyembunyikan kegugupannya, tapi nyatanya jantungnya tetap jedag-jedug sendiri sedari tadi.
"Gue capek menduga-duga, Li. Gue mau tau, apa dari perhatian gue selama ini, Melodi ada rasa sama gue? Em ... rasa lebih dari sahabat maksud gue," cicit Gerhana sambil menggaruk telinganya yang memerah.
"Oh ... bagus sih, gercep juga lo." Lili terkekeh geli setelahnya, kini ia menggigit bibir bawahnya untuk mengurangi rasa sesak yang menyelusup di dadanya.
"Lo dukung gue, kan?" tanya Gerhana memastikan.
Ya, enggak lah!
"Jelas dong, gue pasti dukung lo!" pekik Lili dengan semangat.
Hal itu mampu membuat Gerhana senang bukan main dan Lili sakit bukan main.
Mulai sekarang Lili harus melupakan Gerhana secepatnya, sudah cukup ia menyakiti dirinya sendiri selama ini. Memang dari Awal, Lili kan yang terlalu memaksakan dirinya sendiri.
Ck, mencintai sendirian ... berat bos!
"Gue bisa," gumamnya pelan sambil tersenyum lebar. Ia membuka perlahan kedua matanya, tetapi bersamaan dengan itu senyumnya dibuat luntur secara perlahan ketika melihat wajah Galaksi berada di depannya dalam jarak dekat, bahkan hidung keduanya hampir saja bersentuhan.
"Lo ngapain di sini?" tanya Lili sambil memundurkan wajahnya untuk memberikan jarak di antara keduanya.
"Bel istirahat lima menit lagi bakal bunyi, bu Beta tadi keluar dulu dari kelas. Yaudah, gue juga ikut keluar." Lili mengangguk membalasnya, kini tangannya terulur meraih sapu yang tadi ia lempar dengan asal.
"Gue nggak sengaja lewat sini, eh malah lihat lo merem sambil senyum-senyum sendiri. Li ... lo nggak gila, kan?" tanya Galaksi dengan wajah khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinite Feelings [END]
Подростковая литература[RE-PUBLISH] Lili tidak menyangka, bagaimana bisa ia terjebak dalam friendzone yang membuat dirinya jungkir balik sendiri. Meskipun mengetahui jika si doi menyukai orang lain, Lili masih gencar mempertahankan perasaannya. Tetapi sialnya, ia malah d...