22. SESUATU YANG HILANG

1.6K 395 186
                                    

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, DAN SHARE CERITA INI KE TEMAN-TEMAN KALIAN.

Jam istirahat baru saja berbunyi beberapa menit yang lalu, kini Lili berdiri di depan pintu kelas Langit dengan wajah kesalnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam istirahat baru saja berbunyi beberapa menit yang lalu, kini Lili berdiri di depan pintu kelas Langit dengan wajah kesalnya.

"Maksud Abang, Kak Kaisar itu Kak Langit?" tanya Lili heboh.

"Lah, lo belum tahu? Alasan gue biarin lo pacaran sama Langit kan karena gue tahu lo udah nunggu dia dah lama banget, makanya gue ikut seneng perasaan lo akhirnya terbalaskan."

Sial, kenapa Langit tidak berkata jujur padanya. 

"Terus dia ngasih liontin itu ke gue, pas dia mau pindah sekolah. Dia bilang-"

"Kalau kita ketemu lagi, gue janji bakal balas perasaan lo." Langit memotong ucapan Lili lebih dulu.

"Iya! Bener banget! Itu yang dia bilang ke gue," balas Lili dibuat terperangah, Langit ternyata bisa membaca pikirannya.

Ah, kenapa Lili bodoh sekali, sih. Kenapa Lili tidak peka, saat Langit menanyakan liontin itu. Apa jangan-jangan Langit juga baru tahu, kalau gadis yang ia beri liontin waktu itu adalah dirinya? Mengingat saat kecil, Langit tidak pernah peduli dengan kehadirannya, bahkan Lili yakin Langit tidak tahu namanya waktu itu, karena enggan bertanya.

Apalagi kemarin ... ah, konyol! Bisa-bisanya Lili menceritakan tentang cinta pertamanya di depan orang itu sendiri. Lili benar-benar malu, sungguh memalukan.

"Lo ngapain di sini?" Suara itu berhasil membuat Lili tersentak dari lamunannya.

Laki-laki dengan raut ketusnya itu menatap Lili heran, "Eh, Kak Sakha. Gue mau ketemu—"

"Abang lo?" potongnya. "Udah, sana masuk." Lili mengangguk, ia lalu melangkah masuk ke dalam kelas tersebut. Hal itu sukses membuat semua pasang mata menatap ke arahnya, Lili berasa jadi artis sekarang.

"Eh, Li. Ada berita baru, ya?" tanya salah satu kakak kelasnya dengan antusias.

Lili seketika menatap datar ke arah mereka, "pantengin terus aja akun lambe cendana, nanti gue upload di sana."

"Tuh akun nggak berdebu, Li? Lama banget lo gak update," ucap kakak kelasnya itu.

"Banyak yang report akun itu akhir-akhir ini, mungkin karena aib dia kesebar kali, ya." Lili mengusap-usap dagunya heran. "Padahal gue buat itu akun, untuk kepentingan kita bersama," sambung Lili yang dibalas tawa geli dari mereka.

"Lo kenapa ke sini?" Akhirnya Awan bersuara, ia menatap adiknya itu dari atas sampai bawah dengan pandangan curiga.

"Lili mau nyamperin ...." Kini pandangan Lili jatuh ke arah Langit yang sekarang juga menatapnya, Langit yang paham sudah bersiap-siap untuk berdiri.

"Kak Angkasa," sambung Lili tiba-tiba. Gadis itu langsung berjalan melewati bangku Langit begitu saja, untuk menghampiri sosok Angkasa yang sekarang sedang sibuk main game di ponselnya.

Infinite Feelings [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang