7. LILI VS LANGIT

1.8K 355 234
                                    

Jangan lupa vote, komen, dan share cerita ini! Anda terhibur, saya bersyukur!

Jangan lupa vote, komen, dan share cerita ini! Anda terhibur, saya bersyukur!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini kelas 11 IPS 3 akan melaksanakan tes voli. Pak Ladushing sekarang sudah berdiri di depan mereka, mengamati anak IPS 3, untuk mengabsen mereka satu per satu.

"Kemarin bilangnya tes basket, sekarang malah tes voli. Minta dipanggilin Shiva nih orang," dumel Lili mulai kesal.

"Ngadi-ngadi emang nih orang," sahut Melodi sambil geleng-geleng sendiri.

"Lili," panggil pak Ladushing, sontak hal itu membuat Lili mendongak menatap pria paruh baya itu.

"Iya, Pak?" sahut Lili.

"Tolong ambilkan bola voli di lapangan belakang ya. Tadi bolanya dipakai anak kelas 12 IPA 2," titah pak Ladushing.

Lili mendengus sebal mendengarnya, "Ayo, Mel!" ajak Lili.

Melodi menautkan jari-jari tangannya, terlihat ada keraguan di wajah gadis itu sekarang. Ah, Lili hampir saja lupa. Jika kelas 12 IPA 2 adalah kelasnya Langit, mantan gadis itu.

"Ayo," jawab Melodi pada akhirnya.

"Eh eh kenapa ngajak Melodi?" tanya pak Ladushing yang membuat kedua gadis itu mengurungkan kakinya untuk melangkah.

Lili menghela napas sejenak, "Ya masa saya sendirian, Pak?" tanya Lili sambil mendumel kesal.

"Ya iya lah, jangan manja kamu! Ambil bola aja harus berdua," balas pak Ladushing sewot.

"Ya iya lah, Pak. Untuk mencintai aja diperlukan dua orang," sewot Lili tak nyambung dari topik pembahasan.

"Kata siapa? Ada tuh yang mencintai tapi nggak mendapat balasan."

Lili sontak melebarkan matanya, "Bapak nyindir saya?!"

Eh!

Semua orang langsung menatap Lili dengan pandangan aneh, begitupun dengan pak Ladushing. Untuk menghilangkan kecanggungan yang dibuatnya, Lili berdehem sejenak, lalu tersenyum lebar ke arah mereka.

Emang ngajak ribut nih guru, tapi lo harus jaga image, Li. Oke!

"Saya ambil bola dulu ya, Pak." Lili langsung buru-buru berlari pergi, tanpa mengajak Melodi untuk menemaninya.

Saat merasa sudah jauh dari lapangan, Lili berjalan seperti biasa. Mendumel kesal sendiri, seperti orang gila. Masalahnya jarak lapangan kelas sebelas dan dua belas jauhnya kebangetan, andai saja Lili ini temannya balveer sudah Lili panggil balveer tadi untuk membantunya.

Apalagi ia harus melewati tanah kosong yang akan dibuat bangunan kelas baru, banyak lubang galian di sini yang membuatnya harus hati-hati untuk melewatinya.

Tetapi tak lama kemudian, ia pun akhirnya tiba di lapangan belakang dan hal itu membuat semua kelas 12 IPA 2 menatapnya sekarang.

"Kamu Lili kan? Anak kelas 11 IPS 3? Mau apa ke sini?" Bu Damini, guru olahraga anak kelas 12 itu langsung bertanya ketika melihat kedatangannya.

Infinite Feelings [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang