"Bukankah bulan ini sangat indah? Dengan keindahannya ia membuat kita turut bahagia dengan hati yang tenteram menatapnya tanpa berkedip. Seperti itulah dirimu, sangat sempurna dan selalu membuatku tenang saat bersama."
"Tidak, Tae. Kau hanya melihat satu sisi dari bulan, yaitu cahaya dan keindahannya. Kau melupakan satu titik, di mana sebenarnya bulan juga memiliki cacat."
"Ya, kau benar. Aku melupakan bahwa bulan juga memiliki cacat. Tapi ketahuilah, Sayang, cacat pada bulan sama sekali tidak mengurangi keindahannya. Karena di sisi lain, bulan punya kelebihan bisa bersinar begitu indah dan kita tetap bisa memandangnya dengan mata telanjang. Seperti itu juga aku, kau, dan orang-orang yang ada di luar sana, kita semua memiliki kekurangan, hanya saja semua kekurangan tersebut tertutupi oleh sisi positif kita."
__________________■■____________________
Agustus 2020
Cahaya purnama di malam yang sunyi menemaniku bersenandung di balik cahaya redupnya yang memancar di sebalik gorden yang tidak tertutup dengan sempurna. Cahaya sang rembulan malu-malu menampakkan diri, masuk ke dalam kamar yang sama sekali tidak ada cahaya lampu.
Kebiasaanku sejak kecil, duduk bersila pada lantai keramik balkon untuk memandangi indahnya purnama dengan ditemani secangkir teh panas dan selimut tebal yang membungkus tubuh agar tidak kedinginan akibat dinginnya malam.
Tetapi untuk yang kali ini, aku membiarkan bulan bersinar seorang diri tanpa dihiraukan. Aku tidak tahu apakah ada orang lain yang menunggu purnama di luar sana selayaknya diriku biasanya. Jikapun tidak ada, aku berharap purnama tidak akan bersedih karena dia telah tergantikan dan aku sudah tidak pernah menunggunya lagi.
Aku tidak menunggu purnama lagi karena terlalu sibuk menjalani kehidupan yang sekarang. Aku membuat diri sendiri letih karena menghias kamar sepanjang hari, bahkan sampai jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam.
Seperti kamar pasangan pengantin baru yang sedang melakukan bulan madu, aroma lembut dari bunga geranium yang kuletakkan di atas meja rias menghanyutkanku saat menghirup aromanya yang sangat khas. Biar kutebak, pasti di saat dia datang nanti, pasti dia akan sangat senang.
Aku mencoba menyusun beberapa imajinasi kecil dalam kepalaku tentangnya, meskipun ini sudah bukan yang pertama kalinya.
Sebuah kue coklat bertingkat aku letakkan di atas meja persegi yang berada di depan televisi. Aku tersenyum sambil membaca tulisan 'selamat hari jadi pernikahan yang kelima' dan kemudian berdecak kagum merasakan kepuasan atas kerja kerasku sendiri.
Jam di dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam, dan aku sudah bersiap-siap di depan pintu kamar dengan berjaga-jaga supaya aku benar-benar mengejutkannya pada saat dia datang.
Aku mengambil kue yang sebelumnya kuletakkan di atas meja dan kemudian berdiri di depan papan pintu yang tertutup. Tepat di saat itu juga suara pintu diketuk terdengar bersamaan dengan suara berat khasnya yang memanggilku. "Sayang ... Aku pulang." Dan pintu terbuka, menampilkan sosok tinggi berjas hitam lengkap dengan dasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Only Way [TaeSana]✓
Non-FictionPemikiran Yoon Sana terlampau sederhana, sehingga untuk percaya pada praduga tentang Han Taehyung suami yang begitu ia cinta itu bahkan susah sekali. Ia jatuh, terperosok tanpa sadar bahwa seseorang yang menjadi semesta tempatnya bernaung sudah berp...