0.2 | Keraguan

321 88 57
                                    

"Lebih baik kita bercerai saja, Tae

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lebih baik kita bercerai saja, Tae."

__________________■■____________________

Yoon Sana

Untuk ke sekian kalinya hatiku dibuat semakin goyah. Kalimat-kalimat pedas dari perbincangan orang-orangnya berlalu-lalang secara tak sopan dalam kepalaku. Hatiku yang kecil seolah diremas dengan sangat keras hingga hancur tak berbentuk dan rasa sakitnya kutanggung sendiri, lalu ribuan kali bolak-balik bertanya kesalahan apa yang telah aku lakukan sampai-sampai diberikan takdir seberat ini.

Aku bertanya-tanya apakah Taehyung memang bagian dari takdirku, apakah memang dia satu-satunya yang mampu menuntunku sampai akhir. Hatiku mulai goyah. Setiap malam aku melihatnya melamun di balkon, bahkan dia menangis secara diam-diam agar tidak tertangkap basah olehku. Nyatanya aku sudah tahu semuanya, aku berpura-pura tidur lebih awal dan mengawasinya yang selalu pulang larut malam dengan wajah kelelahan.

Seringkali aku mendapati Taehyung yang terlihat gelisah, dia sangat sulit untuk tidur. Dia pulang hampir tengah malam, tapi dia masih sering menghabiskan waktu dengan menikmati sejuknya angin malam di balkon. Aku berpura-pura tidur, diam-diam mengintip dari balik selimut yang membungkus tubuhku dan memperhatikan apakah Taehyung masih berada di balkon atau dia tertidur di sofa karena kelelahan.

"Ma ... Mama tau tidak, Uncle Jungkook yang tampan itu kemarin membawa satu kardus penuh coklat ke dalam bagasi mobilnya. Dia sangat pelit, saat aku ingin minta dia langsung mengoceh dan bilang anak-anak tidak boleh memakan terlalu banyak coklat, padahal aku cuma mau minta satu ... lalu, sebenarnya untuk siapa coklat sebanyak itu ya? Apa untuk pacarnya? Atau dia akan menghabiskannya seorang diri? Sayang sekali..."

Sejak tadi aku tidak terlalu memperhatikan apa yang dibicarakan anak perempuan yang duduk di sofa bersama mainan lego yang ada di tangannya ini. Dia anak yang aktif, namanya Gyuri, bulan depan usianya sudah akan memasuki tujuh tahun. Sejak tadi dia bercerita banyak hal, aku hampir saja menyesal karena tidak terlalu memperhatikan apa saja yang ia ucapkan. Tapi saat ia membahas tentang coklat dan Jungkook, aku langsung menoleh padanya dan terkekeh sambil menggelengkan kepala.

"Gyuri sayang ... berapa kali harus Aunty katakan padamu untuk jangan memangil Aunty dengan sebutan Mama, nanti mama Gyuri mengomel pada Aunty lagi." Aku menghela napas, tidak kusangka menasehati anak-anak sesulit ini. Bahkan Gyuri meledekku saat aku menegurnya. "Tentang Uncle Jungkook, jangan menghiraukannya, biarkan saja dia menghabiskan coklat itu sendirian. Biar nanti dia tahu rasa kalau giginya sudah copot semua."

Bisa kulihat Gyuri terkekeh dengan suara cekikikan khasnya. "Kalau giginya copot bagaimana dia makan nantinya, Aunty? Pasti pacarnya juga akan meninggalkannya karena dia jadi jelek." Gyuri masih tertawa, matanya menyipit dan membentuk bulan sabit. Sungguh tidak bisa aku tahan lagi, aku ikut tertawa bersama Gyuri. Tidak bisa dibayangkan bagaimana wajah Jungkook jika dia tidak punya gigi. Ini candaan sederhana, tapi aku tertawa terbahak-bahak dan hampir melupakan dunia.

The Only Way [TaeSana]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang