Yoon sana
Sama sekali tidak bisa kuingat sejak kapan semuanya berubah drastis. Seseorang yang paling dekat di hatiku tiba-tiba terasa seperti orang asing, hancur bersama-sama terkikis waktu. Harapan indah berubah menjadi mimpi buruk yang menyeramkan, menangis ketakutan hingga tersedu-sedu sambil berteriak mengatakan betapa menyakitkannya jalan yang kutempuh seorang diri.
Kadang aku berpikir, aku menginginkan belas kasihan orang lain untuk diriku dengan tulus, tetapi mengapa kenyataannya justru terasa menyakitkan saat Taehyung datang padaku dan mengatakan bahwa dia siap menampung, membawaku, dan menurut sertakan diriku sebagai daftar orang yang paling berharga dalam hidupnya.
Sejauh perjalanan yang kami tempuh bersama, beberapa pekan terakhir dia terasa sangat asing. Tidak jarang aku mendapatinya pulang larut malam, merenung di balkon hingga waktu menjelang batas dini hari, dan berdebat dengan seseorang melalui sambungan ponsel. Pesan-pesan yang terkirim padaku, membawaku pada perasaan penasaran hingga menginginkan semuanya tuntas sekarang juga jikalau aku mengikuti tempat yang dikirimkan melalui pesan teks padaku sebelumnya.
"Tae, kau sedang di mana?"
"Kenapa masih bertanya, hm? Bukankah sudah kukatakan sebelumnya bahwa aku ke kantor untuk menyelesaikan urusan pekerjaan." Bisa kudengar suaranya yang bicara dari sambungan telepon, sangat tenang seolah-olah tidak terjadi apa-apa. "Tenang saja, Sana. Aku akan pulang lebih awal hari ini. Sampai jumpa nanti sore."
"Baiklah, sampai jumpa. Maaf karena mengganggumu." Lantas aku mengakhiri sambungan ponsel dan lanjut berjalan menuruni tangga sembari memperbaiki tas selempang yang hampir terjatuh dari bahuku.
Dengan langkah yang pelan aku mengendap-endap memperhatikan ruangan televisi, pintunya terbuka lebar dan aku mendapati eksistensi Ibu Han yang duduk di sofa dengan menatap televisi di hadapannya. Saat berada di depan pintu utama, kucoba untuk membukanya tanpa membuat suara hingga papan pintu terbuka separuh dan menampilkan sosok pria tampan dengan postur tubuh tinggi yang dibaluti sweater basic berwarna biru tua dengan huruf L di bagian dada kanannya.
"Jung? Apakah kau datang untuk menemui Taehyung? Dia baru saja pergi lagi."
Eksistensi seorang Ryu Jungkook yang berjalan keluar dari mobilnya mengalihkan atensiku. Ia menatapku dengan matanya yang besar dengan raut penuh keterkejutan. "Oh, Sana? Kau mengagetkanku." Lantas ia terkekeh dan menunjukkan sebuah kotak kecil yang dibawa olehnya. "Aku datang bukan untuk menemui Taehyung, aku hanya ingin memberikan coklat ini untuk Gyuri, kemarin dia ingin minta," ucapnya lagi sembari menyodorkan kotak kecil penuh coklat tersebut padaku.
"Dia sudah pulang, Jung. Namjoon sudah menjemputnya beberapa saat lalu."
Saat aku berucap, Jungkook terlihat menggelengkan kepalanya dan memaksaku untuk mengambil kotak tersebut. "Tidak, tidak, jangan kembalikan padaku. Untuk nanti saja jika Gyuri kemari lagi. Atau kau juga boleh memakannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Only Way [TaeSana]✓
Non-FictionPemikiran Yoon Sana terlampau sederhana, sehingga untuk percaya pada praduga tentang Han Taehyung suami yang begitu ia cinta itu bahkan susah sekali. Ia jatuh, terperosok tanpa sadar bahwa seseorang yang menjadi semesta tempatnya bernaung sudah berp...