0.9 | Lara yang tak berkesudahan

214 53 24
                                    

Matahari tenggelam di langit barat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari tenggelam di langit barat. Mega merahnya memancar menyorot wajahku. Aku menatap benda langit tersebut, nyalanya sudah tidak sesilau beberapa jam lalu meski masih tampak sedikit lingkaran merah.

Aku sembuh. Sakit karena luka, dan sembuh karena luka yang baru.

Aku menenteng sepasang sepatu di tangan kiri, sementara sebelah tangan berpegangan pada pagar pembatas. Merah dari sang baskara yang tenggelam terbiaskan di permukaan air Sungai Han. Aku bisa melihat biasan dari sang baskara dihancurkan oleh riak air sungai.

Dulu aku sering kemari, bersama Taehyung saat merasa kesepian atau butuh hiburan. Namun, sekarang aku sendirian, berdiri di sisi jalan dengan kaki mati rasa tanpa alas. Matahari semakin menghilang, dan sinar kemerahan yang memancar mulai berubah menghitam. Aku menoleh ke belakang saat menyadari seseorang berjalan ke arahku. Rupanya Ryu Jungkook. Dia berjalan dengan santai, suara hentakan hak setinggi dua senti dari sepatu pantofel hitam mengkilap miliknya mengalun teratur seiring langkahnya.

Kemeja abu-abu yang dia kenakan sudah terlihat sedikit berantakan dengan bagian belakang yang keluar dan dasi yang mulai longgar. Rambutnya sedikit jatuh berhamburan mengenai dahi yang dibasahi keringat lelah. "Baru pulang dari kantor, Jung?" tanyaku basa-basi.

Jungkook mendekat, lantas ikut-ikutan berpegangan tangan pada pagar pembatas. "Mau pulang, tapi melihat kau ada di sini aku singgah sebentar." Jungkook membalas tanpa menatap ke arahku, melainkan sambil berjongkok mengambil sebuah kerikil dan bangun lagi dengan tangan berayun melempar kerikil yang tadi ke arah air sungai. Jungkook tersenyum kecil saat melihat riak air akibat kerikil yang dia lempar barusan. "Lihat sungai itu, Sana. Airnya berombak karena kerikil yang kulempar. Namun, meski sempat berombak gara-gara kerikil tadi, airnya masih tetap bisa kembali seperti semula."

Aku menatap Jungkook dengan raut penuh tanya. Pada dasarnya maksud yang ingin disampaikan Jungkook sungguh dapat kumengerti dengan sangat mudah. Air sungai itu bagaikan hubunganku dengan Taehyung, dan kerikil yang dilemparnya adalah Lee Seojin. Meski sempat menggoyahkan hubungan kami, tapi Seojin bukanlah apa-apa untuk kami. Barangkali begitulah maksud sederhana yang Jungkook coba jelaskan padaku.

Namun, untuk yang kali ini aku tetap tidak ingin mengerti meski yang sebenarnya sangat sangat mengerti dengan jelas. Yang salah bukan dirimu, Jung, karena gagal menjelaskan padaku. Tetapi yang sebenarnya akulah yang menolak mengerti apa yang telah kau sampaikan. Aku sadar bahwa pemikiran semacam ini akan menyakitiku, karena fakta yang sesungguhnya tidaklah semudah menjadikan air dengan kerikil sebagai contoh.

"Apakah ini salahku, Jung? Karena terlalu larut dalam duka." Aku merenung sambil berpegangan pada pagar pembatas. "Namun, haruskah aku berkata bahwa aku butuh semangat dari seseorang, Jung? Haruskah aku memberitahu pada Taehyung dulu bahwa aku butuh semangat darinya? Haruskah aku menyatakannya secara langsung apa yang kubutuhkan untuk bangkit kembali? Mengapa dia tidak mengerti, Jung. Mengapa? Apakah dia tidak bisa merasakan apa yang melukaiku? Ataukah memang dia tidak ingin memahami apa yang kurasakan? Jung ... mengapa Taehyung malah berpaling dariku saat aku sangat membutuhkannya?!"

The Only Way [TaeSana]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang