Aku hancur menjadi kepingan-kepingan kecil. Ingin pulang tetapi tidak punya rumah. Aku mulai takut dengan diriku sendiri. Pikiranku terasa seperti negeri asing. Keheningan berdering di dalam kepalaku dan bisikan lirih membisikan perintah agar aku mengangkat tangan dan mengakui bahwa aku telah kalah.
Membuatku sesak, fakta ini kembali membuatku menyesal karena telah mencari tahu terlalu jauh. Rasa penasaran itu menghancurkanku hingga berada pada titik sesal dan juga hancur yang setara.
Meskipun sudah melihatnya dengan mata kepalaku sendiri aku tetap tidak bisa percaya. Bagaimana bisa Taehyung bermain sejauh ini di belakangku kendati aku tidak mendapati sebab-sebab yang masuk akal sebagai alasan yang mungkin membuat Taehyung berpaling. Satu pengecualian, kekurangan. Mungkin Taehyung mencari apa yang tidak bisa ia dapatkan dariku dari orang lain.
Apakah aku terlalu serakah dengan menginginkan kehidupan yang sempurna dan mengharapkan seorang Han Taehyung agar tetap berada di sampingku setiap saat. Aku begitu tidak tahu diri karena tetap mencintai Han Taehyung yang begitu sempurna, sedangkan diriku hanya wanita biasa yang punya sejuta kekurangan. Harus sampai berapa kali aku mengulang mengatakannya agar Taehyung bilang fakta yang sesungguhnya.
"Sayang, apakah kau menginginkan sesuatu? Aku sudah ingin pulang. Jika ada sesuatu yang kau inginkan silakan pesankan sekarang, aku akan membelikannya untukmu."
Ponsel yang mengeluarkan suara dari speakernya tidak segera kujawab. Diam beberapa saat berhasil membuat seorang Han Taehyung bertanya-tanya selayaknya orang yang tengah kepanikan. "Ah tidak perlu, Sayang. Segeralah pulang, hanya itu yang aku butuhkan." Lagi, Taehyung terkekeh lagi. Setelah mendengar balasan dariku ia terkekeh pelan, dan beberapa saat setelah ia mengatakan kalimat bahwa ia sudah berada di mobil dan akan segera pulang sebelum akhirnya ia mematikan sambungan telepon.
Sebelum Taehyung sampai di rumah kupastikan aku pulang lebih dahulu agar ia tidak menyadari bahwa ada yang pergi mengintainya. Tepat di tempat yang sama seperti sebelumnya, aku memarkirkan mobil di depan garasi tanpa memasukkannya ke dalam. Lalu setelahnya berlari-lari kecil masuk ke dalam kamar untuk mengganti pakaian.
Dengan cepat aku menuruni anak tangga dan menghampiri Ibu Han yang sudah tertidur di atas sofa. Televisi di depannya masih menyala menayangkan acara variety show yang dibawakan empat orang host yang merupakan para karyawan di perusahaan berita milik keluarga Han. Aku menggapai remote dan kemudian mematikan televisi. Bertepatan di saat itu Taehyung datang, ia mencondongkan tubuhnya saat tersadar bahwa aku berada di ruangan televisi.
"Oh, Sayang? Ternyata kau di sini."
Taehyung terkekeh sembari berjalan ke arahku dengan senyum kotak yang tak luntur sampai ia berada di hadapanku. Aku mengisyaratkan agar Taehyung tidak bersuara nyaring karena ada ibunya yang sedang tidur di sofa dengan mengarahkan jari telunjuk pada bibir.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Only Way [TaeSana]✓
Non-FictionPemikiran Yoon Sana terlampau sederhana, sehingga untuk percaya pada praduga tentang Han Taehyung suami yang begitu ia cinta itu bahkan susah sekali. Ia jatuh, terperosok tanpa sadar bahwa seseorang yang menjadi semesta tempatnya bernaung sudah berp...